Empati adalah satu kata yang sering kita dengar. Bahkan 98% manusia memilikinya, kecuali mereka yang memiliki sifat psikopat, narsis, dan sosiopat. Mereka tidak mampu memahami dan berhubungan dengan perasaan dan emosi orang lain.
Walau sebagian besar manusia memiliki rasa empati ini, setiap manusia memiliki kadar yang berbeda. Bahkan sering kali dalam praktiknya orang-orang hanya dapat melakukannya dalam kondisi terbatas.
Pertanyaannya, apakah empati dapat berkembang? Apakah setiap individu terlahir dengan kadar yang berbeda? Apakah penting untuk mengembangkan rasa tersebut? Bagaimana cara untuk menumbuhkan rasa berempati terhadap sesama? Mari kita simak penjelasannya.
Jakarta Bergerak Bantu Masyarakat Terdampak
Daftar isi:
Apakah empati itu?
Rasa empati dapat diterjemahkan sebagai kemampuan untuk memahami seseorang dari perspektif orang lain. Kemampuan ini dapat digunakan untuk memahami emosi dan perasaan orang lain untuk lebih memahami alasan dibaliknya.
Ada beberapa jenis empati yang dimiliki manusia. Berdasarkan Daniel Goleman dan Paul Ekman, Empati terbagi menjadi tiga kategori: Kognitif, emosional, dan rasa sayang.
Empati kognitif
Jenis empati ini merupakan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan.
Empati emosional (afektif)
Orang yang memiliki empati emosional memiliki kemampuan untuk berbagi dengan emosi orang lain. Dengan kata lain, jika ia melihat orang yang sedang bersedih, ia akan ikut sedih.
Empati kasih sayang
Dikenal juga dengan nama empati kepedulian. Orang dengan empati kasih sayang akan bertindak dan berusaha untuk mengubah kondisi orang lain agar lebih baik.
Apakah empati dapat berkembang?
Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa kemampuan berempati terhubung dengan kondisi genetik. Namun kemampuan ini kenyataannya dapat diturunkan dan juga dikembangkan sejak dini. Karena itu strategi paling efektif adalah mengajarkan anak-anak untuk berempati melalui pendidikan kecerdasan emosional.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam berempati. Cara ini bermanfaat untuk mengembangkan kepekaan, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa.
Membaca sastra fiksi
Saat membaca sebuah karya sastra fiksi, kisahnya akan membawa pembacanya ke dalam dunia khayalan tersebut. Bahkan si pembaca sering kali merasa jadi sang karakter utama dan merasakan seluruh emosi yang dialaminya.
Tanpa kita sadari, proses ini merupakan salah satu bentuk empati kita terhadap sang karakter utama. Uniknya, kemampuan ini akan berpengaruh juga dalam kehidupan nyata. Semakin kuat ikatan pembaca pada karakter fiksi tersebut, semakin besar juga rasa empati yang terlatih.
Mendengarkan orang lain
Dengan sering mendengarkan ide dan pikiran orang, kita dapat lebih memahami bagaimana cara orang lain berpikir. Cara ini dapat memberikan hasil terbaik dalam mengembangkan rasa berempati jika kita kesampingkan pikiran dan pendapat kita. Dengan begitu, kepekaan kita dalam merasakan penderitaan orang lain akan bertambah.
Coba memahami orang dengan pendapat berbeda
Biasanya lebih mudah untuk mempercayai dan memahami orang yang sepikiran dengan kita. Sayangnya hal ini dapat menjadi penghalang dalam lingkungan yang berisi orang-orang dengan latar beragam. Hasilnya, rasa empati terhadap mereka yang tidak sepaham cenderung berkurang.
Untuk mengubah cara berpikir seperti ini, cobalah untuk memahami orang-orang dengan cara pikir yang berbeda. Tantangan terbesar dalam melakukannya adalah menghadapi perbedaan pendapat dan bias dari sudut pandang orang lain yang menjadi lawan bicara.
Dapatkah rasa empati berkurang?
Kemampuan berempati dapat tumbuh dengan latihan yang tepat. Namun kondisi ini juga dapat berbalik arah. Sarah Konrath, ahli psikologi dan direktur Program Interdisipliner tentang Empati dan Penelitian Altruisme di Universitas Indiana memastikan hal ini. Dalam studi yang dilakukannya pada 2010 menemukan bahwa generasi muda kurang berempati dan cenderung bersikap narsis, khususnya di negara barat.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Review menemukan tingkat empati warga Amerika menurun 48 persen dari 1979 dan 2009. Kemungkinan penyebabnya antara lain meningkatnya nilai materialisme, berubahnya metode pengasuhan, dan menjamurnya forum digital yang mengumpulkan orang-orang yang sepaham.
Bagaimana cara mengatasi menurunnya empati?
Kemampuan berempati dapat menurun dalam lingkungan apa pun, termasuk lingkungan kerja. Kondisi ini tentunya dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan. Ada 2 langkah yang bisa dilakukan untuk menghindarinya.
1. meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan di lingkungan kerja
Tindak kekerasan verbal sering kali terjadi dalam lingkungan kerja, baik dari atasan maupun sesama rekan kerja. Hal ini akan menimbulkan trauma yang mengarah pada menurunnya rasa empati. Selain itu, kesejahteraan karyawan yang tidak baik juga akan mengurangi rasa empati karyawan terhadap perusahaan.
2. Interaksi sosial
Interaksi sosial antar karyawan dan antara atasan dan bawahan dapat membantu mengurangi ruang individualis. Selain itu, ikatan antar individu akan lebih kuat sehingga membangun komunitas kerja yang lebih solid.
Kedua langkah di atas dapat diterapkan pada lingkungan lainnya. Dengan membangun lingkungan yang sesuai, kemampuan individu untuk berempati dengan sesamanya akan menjadi lebih kuat. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih yakin bahwa orang-orang di sekitarnya mampu memahami dan mendukung saat berada dalam masa sulit.
Kita juga bisa berlatih untuk menumbuhkan rasa empati ke tingkat yang lebih tinggi bersama WeCare. Kita bisa berbagi kebaikan dengan membantupasien tidak mampu yang mengidap berbagai penyakit yang membutuhkan bantuan dana.
Kamu juga bisa berdonasi lebih mudah melalui aplikasi WeCare.id. Caranya, download aplikasi WeCare.id di ponselmu. Donasi yang kamu berikan tentu sangat berharga untuk teman-teman yang membutuhkan.
Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!
Referensi
Cherry, K. (2020, Mei 2). What Is Empathy? Diambil kembali dari https://www.verywellmind.com/
EMPATHY: WHAT IT IS, WHY IT MATTERS, AND HOW YOU CAN IMPROVE. (t.thn.). Diambil kembali dari https://www.mastersincommunications.org/
Global risks. (2019, April 8). Decline in Human Empathy Creates Global Risks in the ‘Age of Anger’. Diambil kembali dari https://www.zurich.com/Specktor, B. (2017, Juni 15). Can Reading Fiction Actually Make You a Better Person? Diambil kembali dari https://www.rd.com/