Seorang anak yang mengalami kesulitan membaca dan menulis bukan berarti bodoh ataupun malas. Bisa jadi, gangguan pada saraf di bagian otak adalah penyebab yang membuatnya memiliki kemampuan literasi yang berbeda. Kondisi ini disebut disleksia (dyslexia).
Bantu Bangun Jembatan dan Perpustakaan untuk SDN 1 Mejusi Timur
Apakah kondisi ini berbahaya? Apa yang harus dilakukan ketika menemui kasus ini pada orang-orang di sekitar kita? Yuk, cari tahu!
Daftar isi:
Daftar isi:
Pengertian dan Asal-usul
Meski gejalanya dikenali sejak tahun 1800-an, gangguan menulis dan membaca hanya dirujuk sebagai disabilitas belajar dan kebutaan huruf. Baru pada 1887, seorang profesor dan dokter spesialis mata bernama Rudolf Berlin di Jerman menemukan tidak ada masalah penglihatan, melainkan perubahan pada otak. Nah, istilah dyslexia kemudian diasosiasikan untuk kondisi ini. Pengertian harfiahnya adalah “kesulitan untuk huruf”.
Gejala Disleksia
Gejalanya variatif, tentunya tergantung pada tingkat keparahan dan usia. Bisa sulit dikenali pada anak balita dan makin terlihat ketika anak memasuki usia sekolah, saat mulai belajar menulis dan membaca. Berikut gejala-gejala Disleksia yang mungkin muncul:
- Kesulitan melempar/ menangkap bola, ataupun bertepuk tangan sesuai irama.
- Kesulitan membaca arah.
- Kesulitan mengingat bentuk huruf dan kata.
- Kesulitan membaca dan menulis.
- Selalu menghindari aktivitas menulis dan membaca.
- Tidak memahami tata bahasa.
- Kesulitan membedakan huruf yang memiliki bentuk mirip atau terbalik, seperti “b dan d” serta “w dan m”.
- Kerap menulis huruf, angka, dan kata secara terbalik.
- Berpikir secara visual, bukan suara atau kata-kata.
- Bisa jadi si pembuat masalah, atau malah terlalu pendiam.
- Mengetahui jawaban secara lisan, tetapi tidak bisa menuliskannya.
Penderita gangguan ini juga kerap menghadapi masalah dalam hubungan sosial karena cenderung merasa dikucilkan, tidak percaya diri, bahkan depresi.
Penyebab Disleksia
Belum ada penelitian yang memastikan apa penyebab pastinya. Namun, kondisi tersebut diduga berkaitan dengan kelainan genetik. Sehingga, kemampuan otak dalam berbahasa dan membaca jadi terganggu. Selain itu, beberapa faktor di bawah ini diduga sebagai pemicunya:
- Riwayat kondisi yang sama dalam keluarga (keturunan).
- Paparan alkohol, NAPZA, dan alkohol saat kehamilan.
- Kelahiran prematur.
- Cedera atau trauma pada otak.
Beberapa ahli juga meyakini bahwa orang dengan gangguan ini tidak menggunakan otak bagian kiri dengan semestinya. Diketahui, otak kiri mengatur kemampuan manusia mengolah kata.
Klik Untuk Donasi - Bantu Sediakan Sarana Prasarana Madrasah di Daerah Terpencil!
- Terdanai Rp.18,000
- Pencapaian 0.02%
- Donatur 5
Pencegahan dan Pengobatan
Tidak ada cara untuk mencegah Disleksia. Begitu pun obat atau teknik pengobatan untuk kondisi ini. Beberapa anak mungkin berhasil menemukan cara sendiri untuk menyesuaikan diri, tetapi kebanyakan tidak bisa. Penanganan terbaik adalah melalui terapi atau pendekatan khusus. Begini tahapannya:
- Tentukan diagnosis melalui pemeriksaan fisik dan psikologis.
- Evaluasi kelemahan dan kelebihan anak.
- Orangtua, guru, dan profesional bertemu untuk menentukan langkah lanjutan.
- Ciptakan suasana dan pengalaman menyenangkan sesuai dengan minat anak ketika berinteraksi.
- Utamakan kegiatan yang melibatkan panca indera seperti indera pendengaran, penglihatan, sentuhan, dan kinestetik.
Berikan perhatian lebih dengan cara melibatkan mereka menjadi peserta aktif dalam proses belajar. Selain itu, pastikan kita mendukung mereka untuk mengembangkan potensi diri.
Menariknya, kebanyakan dari mereka punya kelebihan lain, seperti kreatif, imajinatif, bahkan memiliki IQ tinggi. Walt Disney, Pablo Picasso, dan Albert Einstein adalah deretan tokoh dengan disleksia yang menjadi bukti bahwa kondisi ini bisa diatasi melalui kerja keras dan terapi yang tepat.
Bila ada di sekitar kamu yang menunjukkan gejala disleksia di atas, segera rekomendasikan untuk melakukan terapi. Kamu juga bisa membantu anak-anak lain yang membutuhkan uluran tangan kita demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan baik. Ayo, donasi ke WeCare.id sekarang dengan mengunduh aplikasi WeCare.id di App Store atau Play Store
Klik Untuk Donasi - Berbagi Buku Untuk Tingkatkan Literasi Anak Indonesia- Terdanai Rp.81,366,000
- Pencapaian 17.69%
- Donatur 17
Referensi:
Davis, Ronald D. (1992). Test for Dyslexia: 37 Common Traits. Diakses dari: https://www.dyslexia.com/about-dyslexia/signs-of-dyslexia/test-for-dyslexia-37-signs/
Halodoc.com. (2019). Disleksia. Diakses dari: https://www.halodoc.com/kesehatan/disleksia
Willy, Tjin. (2019). Disleksia. Diakses dari: https://www.alodokter.com/disleksia
Sumber Featured Image : Unsplash.com
