Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menarik perhatian publik setelah berita mengenai anak-anak yang menjalani cuci darah di rumah sakit tersebut viral di media sosial X. Cuci darah dilakukan oleh mereka yang mengalami gagal ginjal kronis.
Daftar isi:
Penjelasan RSCM Mengenai Anak-anak yang Cuci Darah
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) menyatakan bahwa RSCM dilengkapi dengan unit dialisis yang khusus ditujukan untuk anak-anak yang menderita masalah ginjal kronis.
Karena RSCM adalah pusat rujukan nasional untuk kasus-kasus nefrologi anak dan masih sedikit rumah sakit dengan fasilitas serupa, banyak anak dengan kondisi ginjal berat dirujuk ke sana. Sebagian besar pasien anak yang mengalami gagal ginjal kronis disebabkan oleh faktor genetik.
Lebih lanjut dr. Piprim menegaskan bahwa secara nasional, tidak ada peningkatan signifikan dalam kasus gangguan ginjal pada anak-anak di Indonesia. RSCM adalah salah satu dari sedikit rumah sakit yang memiliki fasilitas dialisis anak, sehingga kasus yang terlihat di sana tidak mencerminkan tren nasional.
Ketua UKK Tumbuh Kembang Anak IDAI, Prof Dr dr Rini Sekartini, SpA(K), juga menambahkan bahwa meskipun banyak anak dengan gagal ginjal kronis di RSCM, hal ini tidak menunjukkan peningkatan keseluruhan kasus.
Kasus cemaran etilen glikol pada obat sirup tahun 2023 yang sempat dikaitkan oleh netizen, juga sudah lama terjadi dan tidak ada kaitannya kejadian yang viral tersebut.
Klik Untuk Donasi - Tak Punya Ongkos untuk Cuci Darah ke Rumah Sakit, Jihaan Butuh Bantuan Segera!- Terdanai Rp.2,043,000
- Pencapaian 14.80%
- Donatur 55
Pergeseran Tren Gagal Ginjal Kronis Ke Usia Lebih Muda
Penyakit ginjal kronik kini semakin banyak dialami oleh usia produktif, bukan lagi didominasi oleh usia lanjut. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit ginjal kronis dari 2% pada tahun 2013 menjadi 3,8% pada tahun 2018, atau sebanyak 739.208 jiwa.
Prevalensi gagal ginjal kronis pada berbagai kelompok usia juga meningkat, dengan usia 15-24 tahun mencapai 1,33%, usia 25-34 tahun sebesar 2,28%, usia 35-44 tahun sebesar 3,31%, dan seterusnya hingga usia 75 tahun ke atas dengan 7,48%.
Penyebab Anak Muda Terkena Gangguan Ginjal
Menurut Dr. Muhammad Hafiz Aini dari RS Universitas Indonesia, kasus gagal ginjal tertinggi di Indonesia dialami oleh pasien di bawah usia 50 tahun. Penyebab utama masalah ginjal pada pasien muda (18-45 tahun) meliputi:
- Diabetes
- Hipertensi
- Radang Ginjal
- Gangguan Struktur Ginjal (kista, dll.)
- Batu Ginjal
Faktor-faktor ini sering kali dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, obesitas, dan gangguan genetik. Karena sebagian besar pasien muda tidak menunjukkan gejala khusus, kesadaran akan gejala yang mengarah pada kondisi ini sangat penting untuk mencegah perburukkan.
Gaya Hidup yang Dapat Menyebabkan Kerusakan Ginjal
Gaya hidup anak-anak yang semakin tidak baik telah berkontribusi pada peningkatan kasus gagal ginjal, diabetes, dan obesitas. Terdapat beberapa aspek gaya hidup yang dapat membahayakan kesehatan ginjal, antara lain:
Kurangnya Aktivitas Fisik
Anak-anak yang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, termasuk penyakit ginjal. Aktivitas fisik yang rendah berkontribusi pada obesitas dan diabetes, yang keduanya merupakan faktor risiko utama penyakit ginjal.
Kebiasaan Minum yang Buruk
Anak-anak yang jarang minum air putih dan lebih suka minuman manis dalam kemasan meningkatkan risiko gagal ginjal. Minuman manis mengandung gula tinggi yang dapat menyebabkan diabetes dan obesitas.
Pola Makan Tidak Sehat
Konsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan yang tinggi garam, gula, dan lemak dapat merusak kesehatan ginjal. Diet yang tidak seimbang, kurangnya konsumsi buah dan sayuran, meningkatkan risiko masalah ginjal.
Kurang Tidur
Pola tidur yang buruk, seperti sering begadang, juga berpengaruh negatif terhadap kesehatan ginjal. Mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh yang optimal, termasuk kesehatan ginjal.
Penggunaan Obat Pereda Nyeri yang Berlebihan
Obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat merusak ginjal jika digunakan secara berlebihan, terutama bagi mereka yang sudah memiliki masalah ginjal.
Mengonsumsi Terlalu Banyak Daging
Diet tinggi protein hewani dapat meningkatkan kadar asam dalam darah, yang dapat merusak ginjal.
Merokok dan Mengonsumsi Alkohol
Kedua kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko gagal ginjal dan berbagai penyakit serius lainnya.
Dengan meningkatnya prevalensi penyakit ginjal pada usia produktif dan gaya hidup yang tidak sehat, penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah preventif untuk mencegah peningkatan kasus gagal ginjal di masa depan.
Lahir Prematur dan Derita Ginjal Bocor, Mawar Mengharapkan Pertolonganmu Segera!
Gangguan Ginjal Kronis dan kemiskinan
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan diterbitkan pada Journal of Renal Nutrition di tahun 2015 menunjukkan hubungan kemiskinan dengan gagal ginjal kronis. Menurut penelitian tersebut kemiskinan berkontribusi terhadap berbagai dampak negatif dari penyakit ginjal kronis, seperti penurunan fungsi ginjal dan peningkatan risiko penyakit ginjal stadium akhir.
Hal ini disebabkan oleh kebiasaan diet yang buruk, akibat terbatasnya akses ke makanan sehat, termasuk kurangnya ketersediaan buah dan sayuran segar di komunitas berpenghasilan rendah. Hal yang sama banyak dialami penduduk Indonesia. Selain kurangnya pengetahuan tentang gizi, penghasilan masyarakat yang rendah membuat mereka tidak bisa mendapatkan makanan sehat.
Ayo, TemanPeduli mari kita berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka dengan cara berdonasi melalui WeCare.id. TemanPeduli bisa mengirimkan donasi via situs web WeCare.id atau aplikasi WeCare.id yang dapat dengan mudah diunduh di Google Play atau App Store.
Yuk, mari bantu masyarakat yang membutuhkan agar bisa hidup lebih sehat bersama WeCare.id!
Referensi
10 Common Habits that Can Harm Your Kidneys. (2023). Diambil kembali dari myallamericancare.com.
10 Common Habits That May Harm Your Kidneys. (2016). Diambil kembali dari kidney.org.
Azizah, K. N. (2024). Terkait Bocil Cuci Darah, IDAI: Tak Ada Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Anak. Diambil kembali dari health.detik.com.
Crews, D. C., Kuczmarski, M. F., Miller III , E. R., Zonderman, A. B., Evans , M. K., & Powe, N. R. (2015). Dietary Habits, Poverty, and Chronic Kidney Disease in an Urban Population. Journal of Renal Nutrition.
Prasetyo, D. A. (2024). Viral Banyak ‘Bocil-bocil’ ke RSCM untuk Cuci Darah, IDAI Bilang Gini. Diambil kembali dari health.detik.com.
Purnama, B. E. (2024). Di Indonesia, Kasus Gagal Ginjal Tertinggi Dialami Pasien di Bawah Usia 50 Tahun. Diambil kembali dari mediaindonesia.com.
Shanti, H. D. (2023). Kemenkes: Tren penyakit ginjal kronik bergeser ke usia produktif. Diambil kembali dari antaranews.com.
Sumber Featured Image : Olga Kononenko on Unsplash