Begini Dampak Buruk Teknologi Terhadap Kesehatan Mental

Begini Dampak Buruk Teknologi Terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah fondasi penting dalam menjalani hidup yang sehat dan produktif. Sayangnya, di era modern ini, gangguan terhadap kesehatan mental semakin meningkat akibat berbagai tekanan, mulai dari gaya hidup yang serba cepat hingga paparan teknologi yang berlebihan. Dampak buruk teknologi terhadap kesehatan mental beberapa di antaranya adalah ketergantungan dan stres. 

Kehidupan yang dipenuhi stres, ketergantungan pada teknologi, dan kehadiran media sosial membawa tantangan baru yang sering kali tidak disadari. Semua ini dapat memengaruhi kesehatan psikologis individu secara mendalam, menciptakan gangguan yang tidak hanya bersifat emosional tetapi juga fisik. Kami dari tim WeCare akan membahas seputar masalah di atas dalam artikel berikut ini. 

Kecanduan Gadget dan Kecanduan HP

Dalam era teknologi, gadget dan HP menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, ketergantungan berlebihan terhadap perangkat ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Apa Itu Kecanduan HP?

Kecanduan HP bukan sekadar istilah bercanda. Ini adalah kondisi nyata yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Orang yang kecanduan HP sering merasa cemas atau kesal jika tidak bisa menggunakan ponselnya dalam waktu lama. Mereka juga bisa kehilangan minat pada aktivitas lain dan lebih memilih bermain ponsel.

Dampak Kecanduan HP pada Kesehatan Mental

Berikut beberapa efek yang sering terjadi:

  • Meningkatkan Kecemasan

Kecanduan HP bisa menyebabkan “digital detox anxiety” atau kecemasan saat berpisah dari ponsel. Gejala fisiknya bisa berupa berkeringat, gemetar, dan jantung berdebar. 

  • Gangguan Tidur

Cahaya dari layar ponsel bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur kita. Akibatnya, kualitas tidur menurun dan kita jadi lebih mudah lelah di siang hari. Penelitian juga menunjukkan bahwa tidur dekat ponsel bisa meningkatkan stres dan mengurangi rasa rileks sebelum tidur.

  • Isolasi Sosial

Terlalu fokus pada ponsel bisa mengurangi interaksi sosial di dunia nyata. Akibatnya, kita jadi sulit membangun hubungan yang bermakna dan merasa kesepian.

  • Depresi

Membandingkan hidup kita dengan apa yang kita lihat di media sosial bisa memicu perasaan tidak berharga dan tidak mampu. Penelitian menunjukkan bahwa paparan lama terhadap konten media sosial bisa meningkatkan risiko depresi, terutama bagi orang yang cenderung berpikir negatif.

  • Penurunan Performa

Sering mengecek ponsel saat bekerja atau belajar bisa mengganggu konsentrasi. Akibatnya, performa kerja atau nilai sekolah bisa menurun. Ini tentu bisa menambah stres kita.

  • Masalah dalam Hubungan

Terlalu sering mengecek ponsel saat bersama orang lain bisa membuat mereka merasa diabaikan. Ini bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan, baik dengan keluarga maupun pasangan.

Kecanduan Gadget

Apa Itu Kecanduan Gadget? Kecanduan gadget adalah kondisi di mana seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan perangkat elektronik hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Menurut Dr. Sherry Pottgen, dari North Scottsdale Pediatrics, Amerika Serikat, kecanduan gadget sering dibandingkan dengan kecanduan zat lain karena sama-sama memengaruhi otak dan menjadi cara untuk melarikan diri dari perasaan tidak nyaman atau kebosanan.

Dampak Kecanduan Gadget 

Sama halnya dengan kecanduan HP, mereka yang tak bisa lepas dari gadget juga mengalami efek-efek negatif seperti di bawah ini:

  • Perubahan Kimia Otak

Ananth Indrakanti dalam tulisannya yang diunggah pada laman situs UC Barkley Sutardja Center for Entrepreneurship and Technology menjelaskan bahwa penggunaan gadget berlebihan bisa “mengubah kabel” otak kita. 

Interaksi terus-menerus dengan gadget melepaskan dopamin, hormon yang terkait dengan rasa senang. Lama-kelamaan, otak kita jadi kurang sensitif terhadap dopamin, sehingga kita butuh lebih banyak stimulasi untuk mendapatkan rasa senang yang sama. Ini bisa menyebabkan kecemasan, kurang motivasi, dan depresi jika keinginan itu tidak terpenuhi.

  • Gangguan Perkembangan Kognitif dan Emosional

Penelitian menunjukkan bahwa kecanduan gadget bisa mengganggu perkembangan kognitif dan emosional anak-anak. Terlalu banyak waktu di depan layar berarti kurang interaksi tatap muka, yang bisa mengurangi rasa empati terhadap orang lain. Selain itu, paparan terus-menerus terhadap “kehidupan sempurna” di media sosial bisa mengikis kepercayaan diri anak-anak.

  • Risiko Depresi

Sebuah studi terhadap siswa SMA di China menemukan bahwa anak-anak dengan risiko kecanduan internet sedang hingga berat dua kali lebih mungkin mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang tidak kecanduan.

  • Kecanduan Gadget di Kalangan Mahasiswa

Penelitian terhadap mahasiswa Universitas Shahrekord yang diterbitkan pada jurnal Addiction & Health pada tahun 2014 menunjukkan bahwa berdasarkan enam kategori perilaku kecanduan ponsel, sebagian besar mahasiswa masuk dalam kategori perilaku kebiasaan (21,49%), kecanduan (21,49%), dan disengaja (21,49%). 

Dari segi indikator kesehatan mental, ditemukan bahwa mahasiswa terkena gangguan depresi (17,30%), gangguan obsesif kompulsif (14,20%), dan sensitivitas interpersonal (13,80%).

Pengaruh Media Sosial

Melansir University of California-Davis Health, sebanyak 4,9 miliar orang menggunakan media sosial pada 2023, dengan rata-rata penggunaan selama 145 menit per hari. Media sosial memang memudahkan komunikasi dan berbagi informasi, tetapi dampaknya terhadap kesehatan mental tidak bisa diabaikan:

  • Ketergantungan dopamin

Setiap “like” atau komentar memberikan rasa penghargaan instan, yang dapat membuat seseorang kecanduan mencari validasi di dunia maya.

  • FOMO (Fear of Missing Out)

Perasaan takut ketinggalan tren atau aktivitas orang lain membuat seseorang terus memantau media sosial, memicu kecemasan dan stres.

  • Ilusi kesempurnaan

Kehadiran filter dan editan foto menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis, menyebabkan banyak pengguna merasa tidak puas dengan penampilan mereka.

Cyberbullying

Media sosial juga menjadi sarana perundungan, yang berdampak negatif pada rasa percaya diri dan kesehatan mental korban.

Dampak Cyberbullying

Cyberbullying adalah salah satu dampak negatif terbesar dari penggunaan media sosial. Menurut data, sekitar 44% pengguna internet pernah mengalami perundungan online. Perundungan ini mencakup penghinaan, ancaman, atau pelecehan yang dilakukan melalui platform digital. 

Remaja dan anak-anak sangat rentan terhadap dampak cyberbullying. Melansir Psych Central sebuah studi Swedia tahun 2019 menunjukkan bahwa anak muda yang terlibat dalam cyberbullying, baik sebagai target maupun pelaku, memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala depresi dan kecemasan.

Pada kasus yang ekstrem, cyberbullying dapat memicu pikiran untuk bunuh diri, terutama pada anak-anak dan remaja.

Cyberbullying bisa menyebabkan atau meningkatkan risiko:

  • Depresi
  • Kecemasan
  • Kesepian
  • Pikiran bunuh diri
  • Harga diri rendah
  • Isolasi sosial
  • Penyalahgunaan zat
  • Kesedihan

Bahaya Overload Informasi

Dengan kemajuan teknologi, kita dikelilingi oleh informasi dari berbagai sumber. Kondisi ini sering disebut information overload atau kebanjiran informasi, yaitu ketika otak kewalahan memproses informasi yang berlebihan. Bagaimana overload informasi mempengaruhi kesehatan mental?

Kebanjiran informasi membuat kita merasa harus selalu tahu segalanya, yang akhirnya memicu stres dan kecemasan. Sulit untuk memilah informasi yang benar-benar penting, sehingga kita merasa terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian.

  • Gangguan Tidur

Kecanduan informasi sering kali membuat kita terus menatap layar sebelum tidur, yang menghasilkan paparan cahaya biru. Ini dapat mengganggu ritme tidur alami, menyebabkan insomnia dan kelelahan. Kualitas tidur yang buruk dapat memperlemah kontrol individu terhadap kondisi emosional.

  • Kesulitan Berkonsentrasi

Terlalu banyak informasi membuat otak kesulitan fokus pada satu tugas. Hasilnya? Produktivitas menurun, dan kita merasa semakin frustrasi karena sulit menyelesaikan pekerjaan.

  • Perbandingan Sosial dan Rendahnya Harga Diri

Media sosial adalah ladang subur untuk perbandingan sosial. Melihat “kehidupan sempurna” orang lain dapat menurunkan rasa percaya diri dan memperburuk perasaan tidak puas terhadap diri sendiri.

Candu Game Online

Game online adalah salah satu bentuk permainan yang populer yang bisa membuat pemainnya menjadi kecanduan bisa tidak bisa mengendalikan dirinya. Kecanduan ini disebut dengan istilah Internet Gaming Disorder (IGD) dalam DSM-5-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, Text Revision). 

DSM-5-TR adalah semacam “kamus” untuk gangguan mental yang membantu para profesional memberikan diagnosis yang tepat. 

Beberapa gejala IGD termasuk:

  • Terpaku dengan game
  • Munculnya sikap menarik diri secara sosial dan emosional ketika aktivitas bermain game terhalang atau tidak dapat dilakukan.
  • Meningkatnya toleransi yang menyebabkan keinginan untuk menghabiskan waktu bermain game semakin lama.
  • Ketidakmampuan untuk mengurangi atau berhenti bermain game
  • Kehilangan minat pada aktivitas lain karena gaming
  • Terus bermain game meskipun ada masalah
  • Menyembunyikan informasi sebenarnya tentang durasi bermain game dengan cara berbohong.
  • Menggunakan permainan untuk mengatasi perasaan negatif.
  • Potensi mengalami konsekuensi negatif seperti pemutusan hubungan kerja atau hubungan personal akibat kecanduan bermain game.

Akibat kecanduan ini, seseorang rentan mengalami depresi, kecemasan, hingga isolasi sosial, serta penurunan performa akademik atau pekerjaan.

Ancaman Tak Kasat Mata dari Radiasi Elektromagnetik

Perangkat elektronik seperti ponsel, WiFi, dan gadget lainnya memancarkan radiasi elektromagnetik yang dapat memengaruhi kesehatan kita. 

Meski penelitian mengenai dampak radiasi ini masih terus berlangsung, beberapa studi, di antaranya studi yang dilakukan di Iran terhadap 103 pegawai listrik dan penelitian tahun 1997 yang meneliti 540 orang dewasa yang tinggal di dekat jalur transmisi tegangan tinggi menunjukkan bahwa paparan radiasi elektromagnetik yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, dan tidur.

Bahkan dampak radiasi meningkatkan risiko gangguan mental, seperti kecemasan. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat timbul akibat paparan radiasi yang berlebihan:

  • Gangguan tidur: Paparan medan elektromagnetik berpotensi mengganggu siklus tidur, memicu kondisi sulit tidur atau tidur yang tidak berkualitas.
  • Stres dan kecemasan: Paparan berlebihan terhadap radiasi dapat menyebabkan perasaan cemas dan gelisah. Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan pada Saudi Journal of Biological Sciences menemukan bahwa tikus yang terpapar radiasi ponsel mengalami peningkatan kecemasan. 

Tim peneliti melakukan perbandingan antara tikus yang diberi paparan radiasi dengan tikus dalam kondisi normal, dan mengungkapkan adanya transformasi struktural dalam sistem saraf tikus yang terpapar. Percobaan ini dilakukan dengan menstimulasikan kondisi penggunaan ponsel sehari-hari.

  • Gangguan otak: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiasi dapat memengaruhi aktivitas otak, memicu gangguan mood dan depresi.

Gangguan Tidur dan Masalah Kesehatan Mental 

Tidur ternyata memiliki hubungan yang sangat erat dengan kesehatan mental. Orang yang mengalami gangguan tidur seperti insomnia sering kali juga memiliki gangguan mental seperti depresi, skizofrenia, atau bipolar. Bahkan, gangguan tidur bisa menjadi tanda awal dari gangguan mental atau memperburuk kondisi yang sudah ada.

Contoh korelasi antara terganggunya ritme tidur dan kondisi kesehatan psikologis:

  • Depresi dan insomnia: Orang dengan depresi sering kali sulit tidur, dan sebaliknya, orang yang sering mengalami insomnia berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
  • Skizofrenia: Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami gangguan tidur, seperti kesulitan tidur atau sleep apnea.
  • Gangguan bipolar: Sebelum mengalami episode manik, penderita bipolar sering kali mengalami gangguan tidur.
  • PTSD: Orang yang mengalami trauma dan memiliki gangguan tidur sebelum trauma, berisiko lebih tinggi mengalami PTSD.

Stres dan Kesehatan Mental

Stres telah menjadi fenomena yang sangat umum dan melekat dalam konteks kehidupan manusia di era modern. Kehidupan modern tak bisa terlepas dari teknologi dan salah satu dampak negatif dari teknologi terhadap kesehatan mental adalah stres, seperti yang sudah dibahas di atas. 

Tahukah kamu bahwa stres bisa memberikan dampak yang jauh lebih serius dari sekadar perasaan tertekan? 

Apa Sebenarnya Stres Itu?

Stres adalah mekanisme biologis bawaan yang diaktifkan oleh situasi yang menuntut adaptasi atau menghadirkan potensi bahaya. Awalnya, stres dirancang sebagai mekanisme bertahan hidup yang memotivasi kita untuk bertindak. Namun, ketika stres berlangsung terus-menerus, ia bisa menjadi musuh berbahaya bagi kesehatan mental.

Dampak Psikologis Stres yang Perlu Diwaspadai

Stres kronis bisa memicu sejumlah masalah kesehatan mental, di antaranya:

  • Kecemasan
  • Depresi
  • Gangguan tidur
  • Nyeri kronis
  • Kesulitan mengatur emosi

Kesehatan Mental di Era Digital

Itulah beberapa dampak buruk teknologi terhadap kesehatan mental. Di era digital yang serba cepat ini, kesehatan mental menjadi lebih rentan terpengaruh oleh tekanan teknologi, media sosial, dan pola hidup yang sibuk. Memahami dampak yang ditimbulkan dan mengimplementasikan solusi praktis untuk mengurangi stres serta meningkatkan kesejahteraan mental sangat penting. 

Setiap individu perlu belajar mengelola penggunaan teknologi dengan bijak, menjaga keseimbangan dalam kehidupan sosial, dan menjaga kesehatan fisik dan mental untuk meraih hidup yang lebih bahagia dan produktif.

Apakah isu seputar kesehatan mental dan teknologi menarik bagimu, Sobat WeCare? Ayo kunjungi blog WeCare.id dan unduh aplikasi WeCare.id untuk mendapatkan tips kesehatan dan kesehatan mental lainnya terbaru lainnya yang tak menarik.

Referensi

4 Ways Information Overload Impacts Our Mental Health and How To Cope. (2023). Diambil kembali dari mindfulhealthsolutions.com.

Babadi-Akashe, Z., Zamani, B. E., Abedini, Y., Akbari , H., & Hedayati , N. (2014). The Relationship between Mental Health and Addiction to Mobile Phones among University Students of Shahrekord, Iran. Diambil kembali dari pmc.ncbi.nlm.nih.gov.

Cox, J. (2022). How Stress Affects Mental Health. Diambil kembali dari psychcentral.com.

DeBaun, D. T. (2022). How EMF Exposure May Cause Depression, Anxiety & Other Mental Health Issues. Diambil kembali dari defendershield.com.

George, E. L. (2024). mindfulhealthsolutions.com. Diambil kembali dari www.mentalhealth.com.

Gundagi, T., & R, R. K. (2023). Electronic gadget addiction among adolescents: Facts,. International Journal of Advanced Psychiatric Nursing.

Hasan, I., Jahan, M. R., Islam, M. N., & Islam, M. R. (2021). Effect of 2400 MHz mobile phone radiation exposure on the behavior and hippocampus morphology in Swiss mouse model. Diambil kembali dari pmc.ncbi.nlm.nih.gov.

Indrakanti, A., Chutake, M., Prouty, S., Sundaranath, V., & Koverkathu, V. (2018). Gadget Addiction. Diambil kembali dari scet.berkeley.edu.

Internet Gaming. (2023). Diambil kembali dari www.psychiatry.org.

Khawaja, I. S. (2017). Sleep disorders and mental illness go hand in hand. Diambil kembali dari utswmed.org.

Kolonko, C. (2022). The Mental Health Impacts of Cyberbullying and How to Cope. Diambil kembali dari psychcentral.com.

Social media’s impact on our mental health and tips to use it safely. (2024). Diambil kembali dari health.ucdavis.edu.

The Impact of Gaming Addiction on Mental Health. (2024). Diambil kembali dari omegarecovery.org.

TherapyBrands. (2023). health.ucdavis.edu. Diambil kembali dari therapybrands.com.