Ketika anak menjadi terlalu hiperaktif, sebagian orang ada yang mengatakan hal tersebut dikarenakan terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Pada orang dewasa dikatakan setelah mengonsumsi makanan dengan kandungan gula tinggi membuat mereka jadi bersemangat juga penuh energi. Namun, apakah benar karena gula orang mengalami sugar rush? Pendapat ini sudah berlangsung bertahun-tahun, tapi sebenarnya sains modern tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Daftar isi:
- 1. Awal Mula Muncul Istilah Sugar Rush
- 2. Bukti Gula Tidak Ada Hubungan dengan Hiperaktif
- 3. Hubungan Gula dengan Mood
- 4. Efek Sugar Crash Lebih Nyata
Daftar isi:
Awal Mula Muncul Istilah Sugar Rush
Pertama kalinya sains tertarik dengan hubungan antara hiperaktif dan gula adalah saat Diet Feingold jadi terkenal di sekitar tahun 1973. Perancang diet ini adalah Dr. Benjamin Feingold, seorang ahli alergi. Dia menganjurkan untuk menghilangkan bahan tambahan makanan, seperti perasa buatan juga pewarna, dari makanan anak-anak. Ini dikarenakan bahan-bahan tersebut bisa mengakibatkan anak menjadi hiperaktif. Walaupun awalnya diet khusus ini tak menyebutkan gula, gula dimasukkan dalam kelompok bahan makanan tambahan karena pendapat umum yang mengatakan gula mempengaruhi perilaku yang dikenal dengan istilah sugar rush.
Pak Alidin seorang Buruh Kebun Alami Jantung Bocor, Bantuanmu Sangat Diharapkan!
Bukti Gula Tidak Ada Hubungan dengan Hiperaktif
Selama bertahun-tahun melalui berbagai eksperimen, para ilmuwan sudah membuktikan bahwa klaim gula mengakibatkan hiperaktif tidak memiliki bukti substansial. Contohnya, Dr. Hoover dari Universitas Kentucky, dia mengamati bahwa menambahkan dan menghilangkan bahan makanan tambahan dalam makanan anak-anak memicu hiperaktif menurut laporan dari orang tua. Namun demikian tes klinis objektif membuktikan sebaliknya. Sugar rush tersebut tidak terjadi karena gula.
Dr. Wolraich dari University of Iowa mengumpulkan sekelompok anak prasekolah yang normal dan sekelompok murid lainnya yang dilaporkan sensitif terhadap gula. Anak-anak tersebut diberi sukrosa, aspartam, atau sakarin. Hasilnya aspartam atau sakarin dipercaya tak mempengaruhi perilaku. Setelah melakukan tes hiperaktif pada anak-anak tersebut, dia tidak bisa menemukan perbedaan yang signifikan dalam perilaku anak-anak.
Percobaan yang sama dilakukan oleh Dr. Shaywitz dari Fakultas Kedokteran Universitas Yale. Hasil yang sama dilaporkan untuk aspartam dosis tinggi.
Hubungan Gula dengan Mood
Penelitian baru menemukan bahwa mengonsumsi camilan manis tidak membuat mood jadi lebih baik, bahkan justru membuat orang yang mengonsumsinya menjadi merasa lebih buruk. Para ilmuwan di Jerman dan Inggris melakukan analisis data dari 31 penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut melibatkan hampir 1.300 orang dewasa. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki efek gula pada aspek suasana hati seperti marah, kewaspadaan, depresi, dan kelelahan.
Hasil penelitian sebelumnya tersebut terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang penelitian yang menemukan perbaikan mood, tapi ada juga yang malah sebaliknya. Namun menggabungkan hasil dari beberapa penelitian, kesimpulan dari para peneliti adalah makanan manis tidak mempunyai efek positif pada suasana hati, terlepas dari berapa banyak yang dikonsumsi. Faktanya, justru orang yang makan gula cenderung merasa lebih lelah dan kurang waspada pada satu jam pertama sesudahnya.
Dr, Konstantinos Mantantzis dari Universitas Humboldt Berlin mengatakan bahwa pendapat kalau gula bisa meningkatkan suasana hati sudah banyak mempengaruhi budaya populer. Oleh karena itu, orang di seluruh dunia berpikir mengonsumsi minuman manis bisa membuat orang jadi lebih waspada atau melawan kelelahan. Namun bukti penelitiannya dengan jelas menyanggah pendapat tersebut. Justru gula membuat orang yang merasa lebih buruk.
Mengapa Mitos Sugar Rush Masih Dipercayai?
National Institutes of Health pada tahun 1982 mengumumkan bahwa telah terbukti secara ilmiah tidak terdapat hubungan antara gula dengan hiperaktif. Namun, mengapa mitos ini masih tetap ada? Sebagian besar mungkin karena psikologis. Seperti yang disebutkan dalam eksperimen di atas, orang tua yang percaya gula berhubungan dengan hiperaktif melihat bukti tersebut meskipun orang tua lain tidak melihat bukti tersebut.
Kemungkinan lain bisa jadi karena saat ada pesta ulang tahun atau semacamnya anak-anak cenderung lebih bersemangat dan pada acara-acara tersebut biasanya disajikan makanan manis. Karenanya sebagian berpikir anak-anak itu mengalami sugar rush. Mungkin orang bingung antara kedekatan dengan korelasi walaupun dibandingkan makanan yang bisa lebih disalahkan adalah lingkungan.
Efek Sugar Crash Lebih Nyata
Alih-alih sugar rush yang terjadi setelah mengonsumsi banyak gula adalah justru sugar crash. Beberapa ilmuwan melihat bukti yang terjadi pada tubuh orang setelah mereka mengonsumsi banyak gula. Temuan mereka adalah makanan manis bisa membuat orang mengalami “sugar crash.”
Orang-orang tersebut mengatakan bahwa satu jam setelah makan makanan manis, mereka merasa sangat lelah. Jadi menurut sains bukannya sugar rush, justru orang akan mengalami sugar crash sesudah mengonsumsi gula.
Nah, sekarang kamu jadi tahu kalau sugar rush itu tidak terbukti menurus sains. Makan makanan dengan kandungan gula yang tinggi tidak menyebabkan anak jadi hiperaktif, orang menjadi bersemangat atau bahkan mood jadi lebih baik. Justru yang terjadi sebaliknya, orang akan jadi mudah lelah. Kalau kamu mengalami bad mood, berbuat baik pada orang akan memperbaiki mood menurut laman situs University College London. Contoh kebaikan yang bisa kamu lakukan adalah menolong pasien yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan. Caranya cukup unduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja.
Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!
Klik Untuk Donasi - Bersama WeCare.id Wujudkan Pemerataan Kesehatan di Indonesia- Terdanai Rp.682,500
- Pencapaian 1.37%
- Donatur 13
Referensi
Ball, L. (2021). Curious Kids: are sugar rushes real? Diambil kembali dari theconversation.com.
Busting the Sugar-Hyperactivity Myth. (2007). Diambil kembali dari webmd.com.
Huynh, N. (2010). Does Sugar Really Make Children Hyper? Diambil kembali dari yalescientific.org.
Krisch, J. A. (2017). There’s No Such Thing as a Sugar Rush, According to Science. Diambil kembali dari fatherly.com.Lloyd, J. (2019). There’s no such thing as a sugar rush. Diambil kembali dari sciencefocus.com.
Sumber Featured Image : Total Shape dari Pixabay