Dahulu setelah menikah perempuan diharapkan untuk menjadi ibu rumah tangga agar bisa mengurus suami, anak dan rumah. Namun seiring berjalannya waktu, perempuan kini tak hanya menjadi ibu rumah tangga saja tapi juga ada yang bekerja. Berbeda dengan dahulu, kini perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga dianggap kuno dan menjadi beban ekonomi bagi keluarga. Hal yang sama juga dialami oleh ibu rumah tangga yang bekerja. Mereka dianggap tidak peduli pada keluarga. Stigma yang berseliweran di masyarakat ini membuat posisi ibu rumah tangga dan ibu bekerja menjadi jelek. Benarkah mereka seperti apa yang dipikirkan oleh sebagian orang tersebut?
Klik Untuk Donasi - Derita Hidrosefalus dan Spina Bifida, Nazeeya Telah Melakukan 10x Operasi dikepalanya!- Terdanai Rp.543,000
- Pencapaian 2.59%
- Donatur 13
Stigma Ibu Rumah Tangga
Ibu rumah tangga kerap menerima stigma yang tidak mengenakan. Mereka dianggap tidak memiliki kemampuan apa pun, malas, hobi bergosip dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa anggapan sebagian masyarakat tentang ibu rumah tangga:
- Malas
Stigma ini kerap menempel pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Karena berada di rumah seharian, mereka dianggap tidak produktif dan hanya menghabiskan waktu dengan menonton TV. Para ibu ini dianggap tidak berkontribusi secara ekonomi kepada keluarga. Mereka hanya menghabiskan uang suami saja. Padahal menurut artikel berjudul “Ibu Rumah Tangga: Streotype Perempuan Pengangguran” yang dipublikasikan di jurnal An Nisa’a Raden Fatah pada tahun 2017 disebutkan jika ibu rumah tangga dibayar seperti pegawai, penghasilan mereka mencengangkan.
Di Toronto Kanada pekerjaan ibu rumah tangga yang banyak itu bisa mendapatkan gaji mencapai $124.000, per bulannya. Jika dirupiahkan dengan kurs hari ini 14,892.30/dolar, maka gaji ibu rumah tangga per bulan sekitar 1,846,645,200. Di Amerika Serikat lebih besar lagi. Sementara itu, di Indonesia dengan menggunakan patokan gaji standar tahun 2016, maka ibu rumah tangga akan mendapat 8,2 juta/bulan plus uang lembur sebanyak 5,6 juta/bulan. Total jadi per bulan adalah Rp13,8 juta/bulan. Masih relevan stigma ibu rumah tangga adalah seorang yang malas dan membebani ekonomi keluarga?
- Tukang Gosip
Karena sering berkumpul bersama dengan sesama ibu-ibu lainnya, stigma yang satu ini kerap menempel pada ibu rumah tangga. Padahal berkumpul bersama belum tentu menggosip. Bisa sama berkumpul untuk saling berbagi ilmu atau informasi penting, seperti sekolah yang bagus, makanan yang baik untuk anak, atau berbagi resep masakan. Hanya karena beberapa ibu rumah tangga suka menggosip, bukan berarti semua ibu rumah tangga seperti itu.
- Bergantung Pada Suami
Stigma yang satu ini tentunya menyakitkan bagi para ibu rumah tangga. Hanya karena mereka tidak bekerja, bukan berarti mereka menggantungkan hidup pada suami. Tentunya pembagian peran ini sudah dibicarakan terlebih dahulu sebelum menikah. Suami ingin istrinya tidak capek karena mengurus rumah tangga sudah cukup melelahkan, sehingga urusan mencari uang cukup suami saja. Karena tidak mudah membagi waktu antara mengurus rumah dan bekerja, terutama jika bekerja di luar rumah.
Sebenarnya sekarang ini sudah banyak ibu rumah tangga yang mencoba mengisi waktu luang mereka dengan berbisnis rumahan. Ada yang melakukan ini untuk menyalurkan hobi dan ada juga yang untuk membantu ekonomi keluarga. Teknologi saat ini sangat membantu bagi para ibu untuk bisa berbisnis dari rumah. Jadi stigma ini tak lagi relevan saat ini.
- Menyia-nyiakan Pendidikan
Bagi perempuan yang sekolah tinggi dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja, mereka dianggap perempuan yang menyia-nyiakan pendidikan. Sudah sekolah tinggi-tinggi tapi hanya jadi ibu rumah tangga saja. Terkadang komentar masyarakat lebih pedas lagi dengan mengatakan para ibu tersebut bodoh karena lebih memilih untuk diam di rumah daripada berkarier. Karena itu tak mengherankan beberapa orang memandang rendah perempuan dengan latar pendidikan tinggi tapi memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
Miris! Seorang Ibu mengalami Kehamilan Ektopik dan Menunggak Biaya Rumah Sakit
Stigma Ibu Bekerja
Tak hanya ibu rumah tangga yang harus menghadapi stigma tidak menyenangkan dari masyarakat, ibu bekerja pun sama. Mereka menghadapi cibiran dari sebagian orang yang berpikir kalau ibu bekerja itu menelantarkan keluarga dan masih banyak lagi. Berikut ini kritikan yang sering dialamatkan kepada ibu bekerja
- Tidak Memperhatikan keluarga
Stigma ini tentulah tidak sepenuhnya benar karena ada juga ibu bekerja yang tetap bisa mengurus keluarganya. Jika laki-laki bekerja masih bisa jadi ayah hebat, pastinya ini juga berlaku untuk para perempuan yang bekerja. Mereka tentunya akan fokus bekerja selama jam kerja saja. Di luar waktu itu, keluarga akan menjadi fokus utama mereka. Meski lelah, mereka tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Sekarang ini ibu bekerja tidak selalu identik dengan pergi ke luar rumah. Banyak sebagian dari mereka yang bekerja dari rumah sehingga bisa tetap mengurus rumah tangga.
- Tidak Dapat Diandalkan
Hanya karena ibu bekerja tidak berada di rumah sepanjang hari, mereka kerap dianggap tidak paham tentang urusan rumah tangga. Mereka dianggap tidak becus mengurus hal-hal, seperti menyuapi anak, apalagi mengurus anak yang rewel. Karena mereka bekerja bukan berarti para perempuan itu tak mampu mengurus rumah tangga. Seperti halnya ibu di rumah, ibu bekerja pun mempunyai peran yang sama ketika di rumah, yaitu sebagai istri dan ibu. Semua orang memiliki kekurangan juga kelebihan dan hal tersebut adalah faktor individual yang tak berpengaruh pada status apakah dia perempuan bekerja atau di rumah.
- Mementingkan Karier Daripada Keluarga
Tak semua perempuan yang bekerja sekadar ingin mengejar egonya untuk bisa berkarier seperti laki-laki. Sebagian dari mereka ada juga yang bekerja karena ingin membantu suami karena keuangan keluarga tidak mencukupi. Tentunya suami dan istri telah membahas masalah ini terlebih dahulu sebelum istri memutuskan untuk bekerja, sehingga bisa bekerja sama dengan baik.
- Malas Mengerjakan Pekerjaan Rumah
Stigma lain yang kerap dilontarkan pada ibu bekerja adalah mereka dianggap malas mengerjakan pekerjaan rumah. Kenyataannya, para ibu tersebut mempunya dua pertiga waktu dalam rumah yang dihabiskan bersama keluarga. Mengerjakan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah keduanya memerlukan fokus serta tenaga yang cukup. Karena harus bekerja di luar rumah, ibu bekerja terkadang bangun lebih pagi agar bisa menyiapkan makanan untuk keluarga. Mereka juga memastikan semua kebutuhan suami dan anak sampai esok hari terpenuhi.
- Sulit Jadi Ibu yang Baik
Sebagian orang masih berpikir kalau ibu bekerja tidak akan bisa melakukan perannya sebagai ibu dan istri. Mereka dianggap sulit untuk bisa menjadi istri dan ibu yang ideal. Namun, banyak ibu yang bekerja juga sukses membesarkan anak mereka dan mampu berkomunikasi dengan baik. Jika para ibu bekerja bisa membangun komunikasi dan kerja sama yang baik dengan suami, mereka bisa menjalani dua peran tersebut dengan baik. Adanya pembagian tugas sejak awal bisa mengatasi kesulitan para ibu bekerja.
Semua stigma di atas, yang sering kali menimpa para ibu rumah tangga dan ibu bekerja, hanya didasarkan pada beberapa kasus saja. Sebagian masyarakat menyamaratakan semua ibu sama, padahal tidak semua ibu yang full-time di rumah dan bekerja itu semua sama seperti kasus-kasus para ibu yang bermasalah. Semua prasangka dan penilaian buruk itu harus segera dihentikan. Daripada sibuk menilai orang lain, lebih baik sibuk beramal baik. Kamu bisa berdonasi lewat WeCare.id untuk membantu pasien yang membutuhkan bantuan finansial. Cukup dengan mengunduh aplikasi WeCare.id di ponselmu melalui Google Store atau App Store. Apa pun dan berapa pun donasi yang kamu berikan akan sangat membantu pasien yang membutuhkan.
Yuk, donasi sekarang melalui WeCare.id!
Referensi
Ariefiansyah, m. (2019). 5 stigma negatif (dari mereka yang sok iye) tentang ibu rumah tangga beserta bantahannya. Diambil kembali dari miyosiariefiansyah.com.
Astutik, d. M. (2022). 4 stigma negatif yang dihadapi ibu bekerja, salah satunya dianggap ‘menelantarkan’ anak. Diambil kembali dari beautynesia.id.
Bennhold, k. (2010). The stigma of being a housewife. Diambil kembali dari nytimes.com.
Milhania. (2019). 5 stigma negatif tentang ibu bekerja, benarkah tak bisa diandalkan? Diambil kembali dari mommyasia.id.
Tnn. (2012). The stigma of a housewife. Diambil kembali dari timesofindia.indiatimes.com.