Usianya baru 4 tahun tapi Jawidah sudah divonis menderita meningitis tuberkulosis (TBM) atau meningitis TB. Ketika lahir Jawidah tampak sehat dan normal dan dia tak memiliki keluhan apa pun. Semuanya berubah ketika dia menginjak usia 2 tahun. Jawidah kerap alami demam tinggi selama seminggu. Demam tersebut tak kunjung membaik. Setelah diperiksa lebih lanjut, Jawidah didiagnosis idap TBM.
Daftar isi:
Apa Itu Meningitis TB?
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru dan menyebar melalui udara. TB disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri ini bisa menyebar melalui aliran darah dan menginfeksi organ serta jaringan lainnya.
Terkadang, bakteri ini bisa mencapai selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut meninges. Jika meninges terinfeksi, maka bisa menyebabkan kondisi berbahaya yang dikenal sebagai meningitis tuberkulosis atau meningitis TB. Penyakit ini bisa mengancam nyawa dan menyebabkan peradangan pada lapisan yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Berat Badan Turun Drastis Hingga 20 kg, Arya Butuh Pertolongamu Segera!
Bagaimana Seseorang Bisa Mengidap TBM?
Bakteri tuberkulosis masuk ke tubuh melalui tetesan kecil dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Kemudian bakteri ini berkembang biak dalam paru-paru, masuk ke aliran darah, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika bakteri mencapai meninges dan jaringan otak, terbentuk abses kecil yaitu kantong-kantong nanah. Abses ini bisa pecah dan menyebabkan meningitis TB.
Meningitis tuberkulosis ini bisa terjadi segera, atau beberapa bulan atau tahun kemudian setelah infeksi awal. Proses infeksi ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam tengkorak, yang mengakibatkan kerusakan saraf dan jaringan otak yang sering kali parah.
Fakta Penting Tentang TBM
Meningitis tuberkulosis biasanya berkembang secara perlahan. Siapa saja bisa terkena TB dan meningitis tuberkulosis, tapi lebih sering terjadi pada orang yang hidup dalam kondisi buruk dan mereka yang memiliki penyakit lain, terutama infeksi HIV.
Infeksi TB biasanya dimulai di paru-paru dan dalam sekitar 1-2% kasus, infeksi dapat berkembang menjadi meningitis TB. Setidaknya 20% orang yang terinfeksi akan mengalami efek jangka panjang yang parah, seperti kerusakan otak berat, epilepsi, kelumpuhan, dan kehilangan pendengaran. Tragisnya, antara 15-30% pasien akan meninggal meskipun sudah mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Seperti Apa Gejala TBM?
Awalnya meningitis tuberkulosis menunjukkan gejala samar seperti nyeri, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan, biasanya disertai sakit kepala yang terus-menerus. Gejala samar ini bisa berlangsung selama beberapa minggu sebelum muncul gejala meningitis yang lebih spesifik, seperti sakit kepala parah, tidak suka cahaya terang, dan leher kaku.
Pada anak-anak kecil, gejala lain meningitis TB termasuk:
- Ubun-ubun bayi yang menonjol
- Anak-anak menjadi rewel atau sulit makan
- Kepala dan leher melengkung ke belakang, biasanya pada bayi di bawah 3 bulan
- Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, gejala kognitif bisa dimulai dengan mudah marah dan memburuk menjadi mengantuk sampai hampir tidak sadarkan diri.
Perkembangan penyakit yang lambat membuatnya sulit didiagnosis dan sering kali sudah parah sebelum pengobatan dimulai. Tanpa diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat, meningitis TB dapat memburuk dan menyebabkan gejala serius yang mengubah hidup dan mengancam jiwa. Pada tahap ini, pasien mungkin mengalami efek berikut dari penyakit ini:
- Koma
- Kejang
- Cacat intelektual
- Tuli
- Kelumpuhan pada satu sisi tubuh
- Hidrosefalus (penumpukan cairan serebrospinal)
- Kelainan neurologis lainnya
Siapa Saja yang Berisiko Terkena Penyakit TBM?
Tidak semua orang yang mengidap TB akan mengalami meningitis TB. Jika terkena TBM, tingkat keparahan pada tiap pasien akan bervariasi. Para ahli telah menemukan beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan dan keparahan TBM. Sebuah tinjauan yang diterbitkan di Wellcome Open Research pada tahun 2019 menyebutkan faktor-faktor risikonya sebagai berikut:
- Usia: Anak-anak berusia 2–4 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terkena infeksi tuberkulosis, yang dapat berkembang menjadi TBM.
- HIV: Orang dewasa dengan HIV lebih mungkin terjangkit TBM dibandingkan dengan orang dewasa tanpa HIV.
- Malnutrisi: Ada bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan gizi dapat meningkatkan risiko seseorang terjangkit TB. Risiko ini mungkin lebih tinggi pada orang yang kekurangan vitamin D.
- Strain bakteri: Beberapa strain M. tuberculosis lebih mungkin menyebabkan TB di luar paru-paru.
- Imunodefisiensi: Kondisi gangguan pada sistem imun bawaan atau yang didapat, serta obat imunosupresan, yaitu obat untuk menekan atau menghambat sistem kekebalan tubuh juga bisa meningkatkan risiko.
Pengobatan Meningitis Tuberkulosis
Biasanya pengobatan meningitis TB berlangsung sekitar satu tahun, dimulai dengan pengobatan intensif menggunakan tiga atau empat antibiotik dan dilanjutkan dengan dua antibiotik selama sekitar 10 bulan lagi.
TBM cenderung lebih parah dibandingkan dengan bentuk meningitis lainnya. Meskipun 70-85% dari mereka yang terkena akan bertahan hidup, hingga seperempat dari mereka mungkin mengalami efek jangka panjang. Hal ini terutama karena sulitnya mengenali penyakit pada tahap awal.
Ketika pengobatan dimulai, mungkin sudah ada kerusakan pada jaringan otak serta saraf dan pembuluh darah di sekitar otak. Jika pengobatan dimulai sebelum pasien menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak, ada peluang baik untuk bisa pulih sepenuhnya.
Jawidah Butuh Uluran Tangan TemanPeduli
Klik Untuk Donasi - Bantu Adik Jawidah Sembuh dari Radang Selaput Otak- Terdanai Rp.612,000
- Pencapaian 5.72%
- Donatur 9
Karena penyakit meningitis TB yang diidapnya, Jawidah harus kontrol tiap bulan. Namun letak rumah sakit pusat yang berada di Kota Medan cukup jauh dari tempat tinggal keluarganya yang berada di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai, Prov. Sumatera Utara. Karena jauhnya jarak antara tempat tinggal dan rumah sakit, keluarga Jawidah membutuhkan biaya yang cukup besar untuk transportasi dan penginapan.
Namun ayah Jawidah yang berprofesi sebagai tukang servis alat-alat elektronik dengan penghasilan 500 ribu per bulan tak mampu untuk memenuhi semua biaya tersebut. Penghasilan ayahnya hanya cukup untuk biaya sehari-hari, itu pun sangat pas-pasan. Meski serba pas-pasan, orang tua Jawidah ingin tetap mengusahakan kesembuhan anaknya.
TemanPeduli, mari ulurkan tangan untuk membantu kesembuhan Jawidah dengan berdonasi melalui WeCare.id. Untuk mengirimkan donasi cukup buka kampanye penggalangan dana untuk Jawidah di situs web WeCare.id kemudian klik donasi. Pengiriman donasi juga bisa lewat aplikasi WeCare.id yang bisa diunduh di Google Play atau App Store.
Yuk, mari berdonasi untuk Jawidah dan pasien lain yang memerlukan bantuan bersama WeCare.id!
Referensi
Burke, D. (2018). Meningeal Tuberculosis. Diambil kembali dari healthline.com.
Giorgi, A. (2022). What Is Tuberculous Meningitis? Diambil kembali dari verywellhealth.com.
Rees, M. (2022). Tuberculous meningitis: What to know. Diambil kembali dari medicalnewstoday.com.
Seddon, J. A., Tugume, L., Solomons, R., Prasad, K., & Bahr, N. C. (2019). The current global situation for tuberculous meningitis: epidemiology, diagnostics, treatment and outcomes. Diambil kembali dari wellcomeopenresearch.org.TB meningitis. (2017). Diambil kembali dari meningitisnow.org.
Sumber Featured Image : Kelly Sikkema on Unsplash