Pernah mendengar istilah duck syndrome? Istilah yang berasal dari Universitas Stanford ini kerap digunakan untuk menggambarkan mahasiswa yang tampilan luarnya seperti orang yang tak mengalami kesusahan, namun sebenarnya mereka panik saat menghadapi beban kuliah, tuntutan keluarga, tuntutan diri sendiri untuk sukses.
Daftar isi:
- 1. Mengapa Disebut Istilah Duck Syndrome?
- 2. Gejala Duck Syndrome
- 3. Faktor Risiko Munculnya Duck Syndrome
- 4. Bisakah Duck Syndrom Bisa Didiagnosis?
Daftar isi:
Mengapa Disebut Istilah Duck Syndrome?
Apa hubungannya duck syndrom ini dengan bebek? Jadi mengambil gagasan dari bebek yang tampak tenang tanpa beban meluncur di permukaan air padahal di bawah kakinya bekerja keras agar dia tetap di permukaan. Orang yang melihat bebek tersebut tak akan menyaksikan usaha kakinya yang mengayuh keras untuk bisa terus mengapung.
Ternyata beberapa orang yang mengalami duck syndrome ini mungkin mereka terlihat tenang dan tampaknya melalui hidup dan memenuhi tuntutan dengan mudah. Akan tetapi, pada kenyataannya mereka juga merasa panik saat berusaha untuk bisa bertahan. Sindrom ini tidak termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental, juga bukan diagnosis kesehatan mental formal. Namun orang yang mengalami sindrom ini sering mengalami kecemasan, depresi klinis, atau penyakit mental yang lainnya.
Gejala Duck Syndrome
Istilah ini tidak termasuk ke dalam istilah formal kesehatan mental, namun terdapat gejala yang berhubungan dengan kesehatan mental. Mungkin mereka mengalami stres yang luar biasa, tapi mereka mencoba untuk memperlihatkan wajah pemberani atau bahkan memperlihatkan seseorang yang sempurna dan tanpa usaha. Gejala stres yang dirasakan di antaranya:
- Merasa kewalahan atau hal-hal berjalan di luar kendali
- Kesulitan menenangkan dan menentramkan pikiran
- Merasakan perasaan buruk mengenai diri sendiri, kesepian, bisa juga membandingkan diri dengan orang lain kemudian percaya bahwa mereka lebih baik dari dirinya
- Merasa gugup
- Gejala fisik di antaranya kekurangan energi, ketegangan otot, sulit tidur, mual, gigi terkatup, atau mulut kering
- Gejala kognitif di antaranya merasa khawatir terus-menerus, pikiran yang berlomba, pelupa, kesulitan untuk fokus, dan penilaian yang buruk.
- Perubahan perilaku di antaranya perubahan nafsu makan, menunda-nunda sesuatu, perilaku gugup seperti gelisah ataupun menggigit kuku, atau peningkatan penggunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan.
Faktor Risiko Munculnya Duck Syndrome
Karena sindrom ini merupakan sebuah konsep informal, maka faktor risiko yang berhubungan dengan sindrom ini juga tidak jelas. Akan tetapi, terdapat beberapa indikator yang menjadi penyebab mereka mengalami sindrom ini, seperti:
- Stres karena lingkungan sekolah
- Tekanan dari diri sendiri dan keluarga untuk selalu berprestasi
- Perlindungan dari keluarga yang berlebihan
- Media sosial yang bisa membuat mereka berpikir kehidupan orang lain sempurna dan mudah
- Mereka yang belum belajar menghadapi situasi sulit atau terbiasa dengan intervensi orang tua mungkin ketika berusaha sendiri untuk mengatasi meningkatnya tuntutan diri atau kekecewaan akan terasa sulit
- Lingkungan yang kompetitif bisa memicu munculnya perasaan stres atau kewalahan
Penelitian menunjukkan bahwa kita secara sistematis melihat orang lain hidupnya lebih bahagia dari kita, bahkan orang yang kita kenal baik. Hal ini karena kita melihat mereka hanya di lingkungan sosial atau di dunia media sosial, yang dibuat dengan hati-hati oleh mereka agar hanya memperlihatkan yang bahagia saja. Kita tidak bisa mengamati kehidupan emosional pribadi mereka. Kita tidak tahu seperti apa hidup bagi mereka. Akibatnya adalah persepsi kita mengenai kehidupan mereka didasarkan pada ilusi.
Membuat asumsi mengenai kebahagiaan orang lain mendorong kita untuk menyembunyikan pengalaman emosional negatif kita sendiri sehingga memicu perasaan kesepian, ketidakbahagiaan, dan kurang puas dengan kehidupan kita sendiri.
Bisakah Duck Syndrom Bisa Didiagnosis?
Jawabannya adalah tidak, namun masalah kesehatan mental yang dirasakannya bisa ditangani. Tidak ada kriteria resmi untuk mendiagnosis duck syndrome. Namun untuk kondisi kesehatan mental seperti, depresi dan kecemasan ada pemeriksaan yang sangat efektif. Jika merasakan gejala kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya, segera kunjungi dokter.
Gejala kecemasan di antaranya:
- Khawatir berlebihan sehingga mengganggu hubungan, sekolah, pekerjaan, atau bidang kehidupan lainnya
- Kekhawatiran atau kecemasan yang menyulitkan atau di luar kendali.
Sementara itu, gejala depresi di antaranya:
- Perasaan sedih atau putus asa
- Kehilangan minat dalam aktivitas yang disukai
- Gangguan tidur
- Kesulitan berpikir atau berkonsentrasi
- Perasaan tidak berharga, bersalah, atau gagal
- Perubahan nafsu makan atau berat badan yang signifikan
- Memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Informasi mengenai duck syndrome ini cukup menarik dan mungkin tanpa kita sadari kita pernah mengalaminya, atau orang-orang di sekitar kita juga pernah memperlihatkan gejala sindrom ini. Jika sindrom ini memicu munculnya depresi atau kecemasan, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Selain membantu mereka yang mengalami sindrom ini, kita juga bisa membantu orang lain yang mengalami masalah biaya pengobatan. Caranya cukup unduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja.
Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!
Referensi
Boardman, S. (2019). You Aren’t the Only One with Duck Syndrome. Diambil kembali dari marieclaire.com.
Dryden-Edwards, R. (2021). medicinenet.com. Diambil kembali dari Duck Syndrome.
Kirby, S. (2021). What Is Duck Syndrome & Are You Suffering From It? Diambil kembali dari Betterhelp.com.
Featured Image : Wolfgang Hasselmann on Unsplash