Sobat WeCare, sudah mendengar informasi terbaru mengenai erupsi Gunung Lewotobi? Bagi yang belum mengetahui kondisi terkini, Kami dari WeCare.id sudah merangkum info terakhir seputar meletusnya gunung yang berada di daerah Flores Timur tersebut. Berikut hasil rangkuman tim WeCare.id dari beberapa media online.
Kronologi Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki 2024
Peristiwa erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, dimulai pada 4 November 2024 setelah status gunung dinaikkan ke Level IV (Awas). Letusan pertama menewaskan sepuluh orang, terdiri dari empat pria dan enam wanita, yang mayoritas berasal dari Desa Klatanlo dan satu orang dari Desa Dulipali.
Gunung setinggi 1.584 meter ini terus meletus hingga beberapa hari berikutnya dengan intensitas bervariasi. Pada 8 November, gunung di Flores Timur tersebut memuntahkan abu yang mencapai 10 km disertai hujan pasir serta awan panas.
Letusan berikutnya terjadi pada 10 November dengan lima kali letusan dalam satu hari, menghasilkan kolom abu setinggi 1.000-1.500 meter dan aliran lava sejauh 4.340 meter.
Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi semakin intensif, dengan letusan terbaru yang menghasilkan kolom abu mencapai ketinggian 9 kilometer. Pihak berwenang telah menetapkan zona larangan aktivitas dalam radius 7 km dari pusat erupsi, dengan perluasan sektoral hingga 9 km ke arah barat daya-barat laut.
Dampak erupsi Gunung Lewotobi menyebabkan ribuan penduduk mengungsi. Lebih dari 12.000 penduduk terpaksa mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi hingga tanggal 11 November.
Untuk mengatasi dampak erupsi Gunung Lewotobi, pemerintah daerah telah menetapkan masa tanggap darurat selama dua bulan. Selain itu, aktivitas penerbangan di empat bandara di Pulau Flores dihentikan sementara akibat sebaran abu vulkanik.
Sebagai langkah antisipasi, masyarakat diimbau untuk tidak memasuki zona merah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu radius 7 kilometer dari pusat erupsi dan area sektoral 9 kilometer di arah barat daya-barat laut.
Dampak Letusan Gunung Berapi terhadap Lingkungan
Apa dampak dari letusan gunung berapi, seperti Gunung Lewotobi, bagi lingkungan? Kami di WeCare.id sudah menggali informasi dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan tersebut. Berikut bahasan lengkapnya.
Gunung berapi merupakan salah satu fenomena alam yang memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah wajah bumi. Ketika meletus, gunung berapi tidak hanya menimbulkan kerusakan, tetapi juga membawa perubahan signifikan pada ekosistem dan iklim global. Letusan gunung berapi bisa terjadi tanpa peringatan yang jelas, menjadikannya salah satu bencana alam yang paling tidak terduga.
Emisi Gas Berbahaya
Selama letusan gunung berapi, berbagai jenis gas dilepaskan ke atmosfer. Uap air merupakan komponen utama, namun gas-gas berbahaya lainnya seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, hidrogen klorida, dan karbon monoksida juga ikut terlepas. Gas-gas ini tidak hanya berbahaya bagi makhluk hidup di sekitarnya, tetapi juga berkontribusi pada perubahan iklim global.
Sulfur dioksida, misalnya, dapat bereaksi dengan air di atmosfer membentuk hujan asam yang merusak lingkungan, bangunan, dan infrastruktur.
Pengaruh terhadap Iklim
Letusan gunung berapi, seperti Gunung Lewotobi, memiliki dampak ganda terhadap iklim. Di satu sisi, karbon dioksida yang dilepaskan berkontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di sisi lain, aerosol sulfat yang terbentuk di stratosfer justru memiliki efek pendinginan karena dapat memantulkan radiasi matahari dan menyerap panas.
Aerosol ini juga terlibat dalam reaksi kimia yang dapat merusak lapisan ozon, menambah kompleksitas dampak letusan gunung berapi terhadap atmosfer bumi.
Kerusakan Fisik dan Infrastruktur
Material piroklastik dan lahar yang dihasilkan dari letusan dapat menghancurkan apa pun yang dilaluinya. Bangunan, jalan, dan infrastruktur lainnya bisa rusak parah atau bahkan lenyap dalam hitungan menit. Contoh klasik adalah kehancuran kota Pompeii dan Herculaneum akibat letusan Gunung Vesuvius.
Dampak ini tidak hanya dirasakan di area sekitar gunung berapi, tetapi bisa meluas hingga wilayah yang jauh karena abu vulkanik dapat terbawa angin ke berbagai penjuru.
Dampak pada Pertanian dan Mata Pencaharian
Abu vulkanik yang menutupi area pertanian dapat membuat tanaman tidak dapat dikonsumsi dan menghambat fotosintesis. Kerusakan lahan pertanian bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk pulih, memengaruhi ketahanan pangan dan perekonomian masyarakat setempat.
Meskipun letusan gunung berapi dapat menyebabkan kerusakan langsung, akibat letusan tersebut juga memiliki dampak jangka panjang pada kesuburan tanah dan ekosistem. Abu vulkanik justru dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mengandung mineral penting seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Beberapa daerah pertanian paling produktif di dunia, seperti tanah vulkanik di Islandia dan Jawa, memiliki kesuburan yang berasal dari aktivitas vulkanik di masa lalu.
Mengganggu Ekosistem
Namun, masuknya abu secara tiba-tiba juga dapat mengganggu ekosistem yang ada, menggeser spesies asli dan mengubah proses alami. Vegetasi dan habitat dapat hilang, dan kehadiran abu dapat memiliki efek yang lebih luas terhadap iklim.
Pembentukan Lahan Baru
Di balik daya destruktifnya, letusan gunung berapi juga memiliki sisi positif. Aktivitas vulkanik di bawah laut dapat membentuk pulau-pulau baru, contohnya yang terjadi di Hawaii. Kepulauan Hawaii terbentuk sepenuhnya dari aktivitas vulkanik, dengan lima belas gunung berapi di dalamnya, meskipun hanya sepertiga yang masih aktif.
Proses ini menunjukkan bagaimana gunung berapi berperan dalam pembentukan daratan baru di planet kita.
Darurat Gunung Lewotobi, Mari Kita Bantu Masyarakat yang Terdampak
Klik Untuk Donasi - Bersama Bantu Masyarakat Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi- Terdanai Rp.17,168,201
- Pencapaian 16.31%
- Donatur 34
Fenomena erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, yang terjadi pada awal November 2024 telah menyebabkan kerusakan signifikan. Dampak erupsi meluas hingga radius 7 kilometer dari puncak gunung, mengakibatkan kerusakan pemukiman warga dan hujan abu vulkanik. Tim penyelamat masih melakukan pencarian korban di antara reruntuhan bangunan yang tertimpa material vulkanik.
Untuk meringankan beban korban, WeCare.id bersama Amartha Foundation dan Fajar Sikka menginisiasi penggalangan dana. Bantuan yang dibutuhkan meliputi kebutuhan pokok seperti sembako, obat-obatan, pakaian anak, makanan sehat, air bersih, dan masker medis.
Sobat WeCare dapat berpartisipasi dengan cara berdonasi melalui WeCare.id. Buka kampanye untuk letusan Gunung Lewotobi kemudian klik donasikan. Tentukan jumlah donasi dan pilih metode pembayaran yang tersedia. Selain donasi langsung, dukungan juga bisa diberikan dengan menyebarluaskan informasi penggalangan dana ini.
Mari ulurkan tangan untuk membantu para korban!
Referensi
Englund, L. (2023). Volcanic Eruptions and Their Impact on Environment and Climate. Journal of Geography & Natural Disasters.
Eruption: Volcanic Eruptions and Blow Ups: A Comparative Study. (2024). Diambil kembali dari fastercapital.com.
Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT erupsi — Warga yang pindah bertambah, titik lokasi pengungsian diperluas. (2024). Diambil kembali dari www.bbc.com.
Jehadu, S. S. (2024). Gunung Lewotobi Terus Meletus hingga Senin Malam, Tinggi Kolom Abu 2,5 Km. Diambil kembali dari regional.kompas.com.
Purab, Y. (2024). Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 9 Km. Diambil kembali dari news.detik.com.
Purab, Y. (2024). Gunung Lewotobi Meletus 5 Kali Hari Ini, Aliran Lava Mencapai 4.340 Meter. Diambil kembali dari www.detik.com.
Puspapertiwi, E. R. (2024). Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus, Ketahui Status Gunung Api Indonesia per November 2024. Diambil kembali dari www.kompas.com.
Volcanic eruptions and environment. (2011). Diambil kembali dari www.lenntech.com.
Volcanic Eruptions Effect on the Environment. (2023). Diambil kembali dari www.highlandsenvironmental.com.
What are the effects of earthquakes and volcanoes on people and the environment? (2023). Diambil kembali dari www.internetgeography.net.
Sumber Featured Image :Tetiana Grypachevska on Unsplash