Suara Petasan Sebabkan Pecah Pembuluh Darah Otak?

Suara Petasan Sebabkan Pecah Pembuluh Darah Otak?

Beberapa waktu yang lalu dikabarkan seorang bayi meninggal setelah mendengar suara petasan yang keras. Mengutip laman situs Detik Health bayi tersebut dibawa ke rumah sakit dan dilakukan CT Scan. Hasilnya bayi disebutkan mengalami pecah pembuluh darah otak. Menurut dokter, bayi tersebut mengalami benturan tapi keluarga menyatakan bayi tersebut tidak terbentur. 

Setelah mendengarkan jawaban keluarga, dokter mengatakan pecah pembuluh darah otak bisa juga karena kaget yang amat sangat. Lalu sebenarnya apa yang terjadi pada bayi tersebut?

Alami Kanker Mata Hingga Bola Matanya diangkat, Yahya Butuh Pertolonganmu Segera!

Pendapat Para Ahli Mengenai Pecah Pembuluh Darah Otak Pada Bayi

Mengenai kejadian pecah pembuluh darah otak pada bayi di Gersik tersebut, Dosen Spesialis Anak dari FK Universitas Muhammadiyah Surabaya, Gina Noor Djalilah, menjelaskan bahwa suara petasan maupun ledakan mempunyai ambang batas yang sangat berbahaya untuk organ pendengaran terutama pada organ-organ vital misalnya, jantung, paru, otak, dan lain-lain.  

Menurut penjelasan dari Gina, frekuensi suara petasan sebesar 150-175 desibel. Sementara itu, manusia berada pada batas 30-90 desibel. Tekanan yang terlalu besar sampai melampaui batas bisa merusak dengan mensensitisasi (membuat lebih sensitif atau responsif terhadap rangsangan tertentu) batang otak yang mempunyai beragam fungsi seperti pusat pendengaran, pernapasan, serta pengaturan suhu.

Akibat suara petasan tak hanya mengganggu pendengaran saja, tapi tekanan besar dari suara petasan juga bisa menjadi faktor pemicu jika bayi mempunyai kelainan sejak lahir. Di antara kelainan itu contohnya kejang saat bayi, penyakit jantung bawaan, dan lainnya.

Gina menambahkan bahwa penyebab pecah pembuluh darah otak bukan merupakan faktor penyebab utama dan perlu dilihat faktor-faktor pendukung yang lain dari bayi. Suara petasan yang keras belum tentu merupakan penyebabnya, tapi bisa jadi pemicu awal kondisi tersebut terjadi.

Selain itu, menurut Gina pada bayi masih ada refleks moro atau refleks kaget. Refleks ini bisa muncul ketika terjadi suara keras. Gina mengatakan bayi yang usianya di bawah 60 hari rawan mengalami cedera kepala.

Perdarahan intraventrikular (IVH) 

Mengutip laman situs berita Jawa Pos, keluarga bayi mengatakan bahwa setelah kejadian suara petasan tersebut, bayi tersebut mengalami kejang-kejang. Selain itu, sesekali bayi kecil itu napasnya terengah-engah sampai akhirnya kondisinya memburuk dan dibawa ke rumah sakit.

Meski tidak disebutkan jelas apa yang dialami oleh bayi di Gresik tersebut, tapi salah satu kondisi pendarahan di otak dengan gejala kejang dan nafas yang terhenti tiba-tiba atau berjeda adalah pendarahan intraventikular (IVH). Pendarahan ini terjadi di dalam atau sekitar ruang ventrikel di otak. 

Ventrikel adalah ruang di otak yang mengandung cairan serebrospinal. Cairan ini juga mengelilingi otak serta sumsum tulang belakang.

Perdarahan intraventikular terjadi ketika pembuluh darah kecil di otak pecah dan darah mengalir ke dalam ruang ventrikel atau jaringan otak yang mengelilinginya. IVH khususnya terjadi pada bayi yang lahir prematur atau bayi dengan berat lahir sangat rendah. Pendarahan ini bisa menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak dan menyebabkan masalah perkembangan dan komplikasi jangka panjang pada bayi. 

Klik Untuk Donasi - Urgent biaya pendidikan Anak Panti Asuhan Vistos Kasih Ikhlas Batam
  1. Terdanai Rp.155,000
  2. Pencapaian 1.48%
  3. Donatur 5

Klasifikasi Pendarahan Intraventrikular

Pendarahan intraventrikular (IVH) pada bayi sering kali diklasifikasikan dalam empat tingkat, bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi di dalam ruang ventrikel otak:

  • Tingkat 1: Perdarahan terjadi hanya di area kecil dalam ruang ventrikel.
  • Tingkat 2: Perdarahan juga terjadi di dalam ruang ventrikel.
  • Tingkat 3: Ruang ventrikel melebar akibat perdarahan.
  • Tingkat 4: Perdarahan juga terjadi di jaringan otak yang mengelilingi ruang ventrikel.

Tingkat satu dan dua paling umum dan terjadi pada sekitar tiga perempat bayi dengan IVH. Tingkat tiga dan empat lebih serius dan dapat menyebabkan cedera otak jangka panjang pada bayi. Hidrosefalus (terlalu banyak cairan serebrospinal di otak) dapat muncul setelah bayi mengalami IVH yang parah.

Penyebab Pecah Pembuluh Darah Otak

Mengutip laman situs Stanford Medicine Children’s Health terdapat beberapa penyebab pecah pembuluh darah otak pada bayi dengan IVH, di antaranya:

  • Bayi prematur
  • Bayi dengan berat lahir sangat rendah (berat kurang dari 3 pon, 5 ons atau sekitar 1.5kg)
  • Bayi dengan masalah pernapasan, seperti penyakit membran hialin, yaitu penyakit pernapasan pada bayi yang baru lahir
  • Bayi yang mempunyai komplikasi lain karena terlahir prematur
  • Bayi yang mengalami masalah saat persalinan
  • Bayi yang memiliki latar belakang genetik
  • Bayi menderita guncangan keras pada bagian kepala
  • Bayi yang mengalami cedera kepala
  • Bayi dari ibu yang mengalami infeksi ketika hamil
  • Bayi yang ibunya mengalami tekanan darah tinggi saat hamil 
  • Bayi yang menderita pembekuan darah

Gejala Pecah Pembuluh Darah Otak Pada Bayi?

Masih menurut laman situs Stanford Medicine Children’s Health, gejala yang paling umum dari pecah pembuluh darah otak pada bayi dengan IVH yaitu:

  • Apnea dan bradikardia (berhenti bernapas dan detak jantung rendah)
  • Kulit pucat atau kebiruan (sianosis)
  • Hisapan yang lemah saat menyusu 
  • Tangisan dengan nada tinggi
  • Kejang
  • Bengkak atau menonjolnya ubun-ubun
  • Anemia (sel darah merah jumlahnya rendah)
  • Refleks menurun
  • Kontraksi otot menurun
  • Gerakan mata yang tidak normal

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan intraventrikular yaitu dengan menjaga agar tidak terjadi kelahiran prematur. Bagi ibu hamil yang kemungkinan besar bayinya akan terlahir secara prematur melahirkan secara prematur, dokter bisa memberikan obat steroid. Obat ini membantu paru-paru bayi berkembang dengan matang dan mengurangi kemungkinan terjadinya IVH. Pencegahan lainnya yaitu, menunda pemotongan tali pusat. 

Meski tidak disebutkan sebagai pemicu utama yang menyebabkan bayi di Gersik mengalami pecah pembuluh darah di otak, menurut para dokter suara petasan bisa memicu timbulnya kelainan pada bayi. Karena itu para orang tua perlu memberitahukan anak-anak bahaya dari petasan tersebut. Daripada digunakan membeli petasan, orang tua bisa mengajarkan pada anak-anaknya menggunakan uang untuk hal yang lebih baik, seperti untuk bersedekah atau berdonasi. Ajak anak-anak membantu para pasien yang membutuhkan biaya pengobatan melalui WeCare.id. Caranya yaitu dengan berdonasi lewat situs web WeCare.id atau mengunduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Intraventricular Hemorrhage. (2015). Diambil kembali dari chop.edu.

Intraventricular Hemorrhage in Babies. (2015). Diambil kembali dari stanfordchildrens.org.

Intraventricular Hemorrhage in Newborns. (2019). Diambil kembali dari kidshealth.org.

Newborn Reflexes. (2015). Diambil kembali dari stanfordchildrens.org.

Pradewo, B. (2023). Fakta-fakta Soal Bayi di Gresik Meninggal Usai Dengar Petasan. Diambil kembali dari jawapos.com.

Rahmadania, S. R. (2023). Bayi Gresik Meninggal, Suara Petasan Picu Perdarahan Otak? Ini Kata Dokter Anak. Diambil kembali dari health.detik.com.

Uswah. (2023). Ramai Bayi di Gresik Meninggal Usai Dengar Petasan, Ini Kata Dosen FK UM Surabaya. Diambil kembali dari um-surabaya.ac.id.

Sumber Featured Image : Tammy Lee dari Pixabay