Benarkah Flexing Berdampak Pada Kesehatan Mental?

Benarkah Flexing Berdampak Pada Kesehatan Mental?

Semenjak kasus anak pejabat direktorat pajak yang terkena masalah penganiayaan, warganet sekarang gencar mengunggah foto-foto anak serta istri pejabat pemerintah yang gemar memamerkan pakaian, tas atau barang mewah lainnya di media sosial. Istilah yang sering digunakan untuk menyebut perilaku ini adalah flexing.

Alami Kanker Mata Hingga Bola Matanya diangkat, Yahya Butuh Pertolonganmu Segera!

Pengertian Flexing

Flexing berarti memamerkan pakaian, tubuh, gaya hidup, mobil, rumah, atau segala hal yang dianggap penting bagi ego seseorang secara terbuka. Sikap “pamer” ini dilakukan di depan orang lain yang membuat orang memikirkan orang yang pamer tersebut dengan cara tertentu. 

Perilaku flexing sering kali dilakukan sebagai upaya untuk memperlihatkan keberhasilan dan prestise seseorang dalam masyarakat, meskipun beberapa orang juga melakukannya sebagai cara untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu, pamer ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau penghormatan. 

Namun, tak sedikit orang yang melakukan flexing untuk mendapatkan endorsement, bahkan untuk mencari pasangan hidup. Akan tetapi, sikap pamer yang berlebihan bisa juga menunjukkan sifat sombong, perhatian diri yang berlebihan, atau bahkan gangguan kepribadian.

Alasan Mengapa Orang Flexing

Mengapa orang gemar flexing di media sosial bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Biasanya orang pamer karena beberapa alasan, di antaranya:

Meningkatkan rasa percaya diri

Dengan memamerkan keberhasilan dan prestise, seseorang mungkin merasa lebih percaya diri dan bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Membutuhkan validasi dari orang lain

Ketika memamerkan kekayaan, kemampuan, atau status sosial, seseorang berharap akan dilihat sebagai seseorang yang sukses dan dihormati oleh orang lain.

Menunjukkan status sosial

Seseorang mungkin merasa penting untuk menunjukkan status sosial mereka, terutama jika mereka merasa bahwa status sosial mereka dianggap rendah oleh masyarakat.

Menarik perhatian

Dengan memamerkan hal-hal yang menarik perhatian orang lain, seseorang dapat memperoleh perhatian yang diinginkan dari orang lain, khususnya dalam era media sosial di mana popularitas dan jumlah pengikut menjadi penting.

Mempertahankan citra diri

Beberapa orang mungkin merasa bahwa dengan memamerkan keberhasilan dan prestise mereka, mereka dapat mempertahankan citra diri yang kuat dan positif di hadapan orang lain.

Dampak Negatif Flexing

Walaupun tujuan flexing bisa sebagai strategi marketing agar bisa meraih untung besar, jika tindakan show off ini dilakukan dengan tujuan memamerkan kekayaan, tentunya hal ini juga bisa memberikan dampak negatif, di antaranya:

  1. Meningkatkan stres: Mempertahankan citra positif dan memamerkan kesuksesan atau kekayaan dapat menimbulkan tekanan dan stres yang berlebihan, terutama jika seseorang merasa perlu terus mempertahankan citra yang telah dibangun.
  2. Menurunkan harga diri: Jika seseorang merasa bahwa mereka harus memamerkan keberhasilan atau prestise mereka untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari orang lain, hal itu dapat menyebabkan harga diri yang rendah jika mereka merasa tidak mampu untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.
  3. Menimbulkan kecemasan sosial: Seseorang yang terus-menerus memamerkan kesuksesan atau kekayaan mereka mungkin merasa perlu untuk terus mempertahankan citra positif mereka di hadapan orang lain. Hal itu dapat menyebabkan kecemasan sosial yang berlebihan.
  4. Meningkatkan ketidakpuasan diri: Melihat orang lain yang terus-menerus memamerkan kesuksesan atau kekayaan mereka dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan hidup mereka sendiri, bahkan jika mereka sebenarnya sudah berhasil dalam kehidupan mereka sendiri.
  5. Menimbulkan rasa diri tidak berguna: Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak bisa mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan oleh orang lain, hal itu dapat menyebabkan rasa tidak berguna dan merasa inferior.

Secara keseluruhan, flexing dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang, dan penting bagi seseorang untuk menemukan keseimbangan antara membanggakan diri sendiri dan menjaga kesehatan mental mereka.

Klik Untuk Donasi - Tidak Bisa Berjalan Akibat Alami TBC Tulang, Bu Mimi Butuh Uluran Tanganmu Segera!
Spondilitis Tuberkulosis
Mimi
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.1,790,200
  2. Pencapaian 15.04%
  3. Donatur 43

Cara Agar Terhindar dari Sikap Flexing

Agar terhindar dari perilaku flexing yang sekarang ini marak dilakukan orang-orang di media sosial, perlu kontrol diri. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu seseorang menghindari perilaku pamer atau mengurangi dampak negatif:

  1. Fokus pada pencapaian pribadi. Alihkan perhatianmu dari apa yang dilakukan orang lain dan fokus pada pencapaianmu sendiri.
  2. Hindari membandingkan diri dengan orang lain di media sosial. Ingatlah bahwa apa yang diunggah di media sosial tidak selalu mencerminkan kehidupan sebenarnya, dan orang seringkali memilih untuk memamerkan bagian terbaik dari kehidupan mereka.
  3. Berhenti memperhatikan atau menanggapi flexing orang lain. Jangan memberi perhatian berlebihan pada perilaku pamer orang lain dan jangan merespons atau membandingkan diri dengan mereka.
  4. Berbicara dengan teman-teman yang bisa dipercaya untuk mendapatkan dukungan dan perspektif yang berbeda tentang situasimu.
  5. Kontrol dirimu. Jangan terlalu sering memamerkan keberhasilan atau prestasimu di media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari, dan jangan menggunakan pencapaianmu untuk membandingkan atau merendahkan orang lain.
  6. Fokus pada nilai-nilai yang lebih penting daripada kekayaan atau status. Ingatlah bahwa nilai-nilai seperti kebahagiaan, kejujuran, dan kebaikan hati jauh lebih penting daripada kekayaan atau status sosial.
  7. Tingkatkan level empati. Aksi ini bisa membantu seseorang untuk lebih memahami dan merasakan perasaan atau pandangan orang lain. Dengan demikian, seseorang akan lebih peka terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perilaku flexing terhadap orang lain.

Maraknya perilaku flexing di media sosial, sudah meresahkan sehingga para pakar pun ikut berkomentar, seperti Rhenald Kasali yang membahas tema ini di channel YouTube pribadinya. Daripada pamer, yuk lebih baik perbanyak donasi untuk membantu para pasien yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan. Kamu bisa mempercayakan donasimu di WeCare.id. Caranya mudah, kok. Cukup buka situs web WeCare.id atau unduh aplikasi WeCare.id di di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Aeni, S. N. (2022). 5 Faktor Pendorong Perilaku Flexing yang Perlu Diketahui. Retrieved from katadata.co.id.

Ananda. (2023). Flexing: Pengertian, Penyebab, Akibat, dan Cara Menghindarinya. Diambil kembali dari gramedia.com.

Fernanda, E. (2022). Marak di Media Sosial, Ini 4 Dampak Flexing bagi Kesehatan Mental. Diambil kembali dari parapuan.co.

Ika. (2023). Dosen UGM Beberkan Alasan Orang Berperilaku Flexing. Diambil kembali dari ugm.ac.id.

Ivanacete. (2023). 5 Cara Mengendalikan Diri Agar Tidak Menjadikan Flexing sebagai Kebiasaan, Simak deh! Diambil kembali dari beautynesia.id.

Kusumastuti, R. A. (2023). Mengenal Apa Itu Flexing dan Dampaknya pada Kesehatan Mental. Diambil kembali dari health.kompas.com.

Landhiani, J. N. (2023). 3 Dampak Negatif Flexing, Mulai dari Pencurian hingga Kebencian. Diambil kembali dari trenasia.com.

Samosir, C. (2023). Dampak Flexing Pada Gangguan Kesehatan dan Cara Mengendalikannya. Diambil kembali dari kids.grid.id.What is “Flexing”? And Why You Shouldn’t. (2018). Diambil kembali dari strategylab.ca.

Sumber Featured Image : freestocks on Unsplash