Empty Sella Syndrome, Ini Penyakitnya Ruben Onsu

Empty Sella Syndrome, Ini Penyakitnya Ruben Onsu

Setelah beberapa waktu dirawat dan membutuhkan banyak kantong darah saat transfusi darah, akhirnya kini penyakit Ruben Onsu sudah diketahui. Sebelumnya diduga menderita lesi otak, kini Ruben diketahui menderita Empty Sella Syndrome

Daftar isi:

  1. 1. Apa Itu Empty Sella Syndrome?
  2. 2. Gejala Empty Sella Syndrome
  3. 3. Penyebab Empty Sella Syndrome
  4. 4. Apakah Empty Sella Syndrome Termasuk Penyakit yang Umum?
  5. 5. Cara Mendiagnosis Empty Sella Syndrome

Apa Itu Empty Sella Syndrome?

Penyakit Empty Sella Syndrome merupakan sebuah cacat langka yang terjadi pada struktur tulang kecil di dasar otak. Struktur yang disebut sella tursika ini melindungi kelenjar pituitari, yang mengontrol hormon penting dalam tubuh.

Apabila sella tursika mengalami kerusakan, cairan tulang belakang dari otak bisa bocor ke dalamnya. Jika terjadi penumpukan cairan dapat membuat kelenjar pituitari menyusut. Kondisi ini dikenal dengan sebutan Empty Sella Syndrome (ESS) dikarenakan pada pemindaian MRI, sella tursika tampak kosong. Pembedahan, radiasi atau cedera kepala adalah penyebab lain untuk kelenjar hipofisis menyusut. Ini dinamakan disebut ESS sekunder.

Tak Bisa Mendengar dan Melihat akibat Epilepsi, Eriska Butuh Bantuanmu Segera!

GejalaEmpty Sella Syndrome

Sering kali Empty Sella Syndrome (ESS) tidak memperlihatkan gejala. Penyakit ini jarang mengakibatkan gejala serius. Biasanya kondisi ini terdeteksi ketika pencitraan otak dilakukan karena alasan lain. ESS biasanya terjadi pada wanita paruh baya yang memiliki berat badan berlebih dan menderita tekanan darah tinggi. Penyakit ini juga bisa terjadi kalau kelenjar pituitari rusak oleh pembedahan, terapi radiasi maupun tumor.

Sebagian kecil orang yang menderita Empty Sella Syndrome mengalami gejala dikarenakan berkurangnya fungsi pada kelenjar pituitari maupun tekanan cairan di otak, yang menjadi salah satu penyebab ESS. Adapun beberapa gejala yang mungkin dialami adalah:

  • Masalah dengan penglihatan
  • Sakit kepala
  • Kebocoran cairan serebrospinal dari hidung
  • Pubertas dini atau tertunda
  • Perlambatan pertumbuhan yang tidak normal
  • Periode menstruasi yang lebih jarang
  • Kelelahan atau energi rendah
  • Keluarnya puting susu

Penyebab Empty Sella Syndrome

Terdapat beberapa alasan yang berbeda mengapa kelenjar pituitari bisa tampak menyusut atau hilang dalam MRI maupun CT scan.

  • Empty Sella Syndrome Primer

Penyebab untuk ESS Primer bisa jadi karena sella tursika ukurannya luar biasa besar dan “menyembunyikan” kelenjar pituitari. Selain itu, penyebabnya lainnya bisa juga karena tekanan dari cairan serebrospinal di otak. Cairan tersebut bisa menekan atau meratakan kelenjar pituitari. ESS Primer penyebabnya tidak diketahui.

  • Empty Sella Syndrom Sekunder 

Penyebab ESS sekunder bisa karena kelenjar hipofisis yang kurang berkembang atau mengalami penyusutan karena cedera, tumor, pengobatan untuk hipofisis, atau penyusutan alami tumor hipofisis (bukan dikarenakan pengobatan). Dikategorikan Empty Sella Syndrome Sekunder jika penyebab yang mendasarinya bisa diidentifikasi.

Apakah Empty Sella Syndrome Termasuk Penyakit yang Umum?

Tidak mudah untuk mengetahui apakah penyakit ini umum terjadi. Berdasarkan bukti dari teknik pencitraan otak memperlihatkan bahwa Empty Sella Syndrome Primer umum terjadi pada populasi normal dan penyakit ini lebih banyak menimpa wanita dibandingkan pria. Bagaimanapun kekurangan hormon hipofisis (hipopituitarisme), hanya ada pada sebagian kecil individu tersebut.

Empty Sella Syndrome Sekunder hanya berpengaruh pada orang-orang yang sudah pernah menjalani pengobatan untuk gangguan hipofisis. ESS sekunder berpengaruh baik pada pria maupun wanita secara setara. Penyakit ini bukan penyakit turunan.

Cara Mendiagnosis Empty Sella Syndrome

Untuk mendiagnosis Empty Sella Syndrome, pasien bisa melakukan MRI atau CT Scan. Saat ESS ditemukan melalui pencitraan otak, bisa dilakukan tes tambahan untuk mengetahui apakah kondisi tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Beberapa tes tersebut, di antaranya:

  • Tes darah untuk memeriksa kadar hormon yang rendah
  • Pemeriksaan dan tes lain untuk menguji tingkat tekanan tinggi dalam cairan serebrospinal yang mengelilingi otak

Pengobatan ESS

Pengobatan untuk pasien Empty Sella Syndrome bisa dilakukan berdasarkan:

  • Umur
  • Kondisi kesehatan secara keseluruhan dan kesehatan masa lalu
  • Tingkat keparahan penyakit
  • Tingkat penerimaan obat-obatan, prosedur, atau terapi tertentu
  • Perkiraan lamanya penyakit 
  • Pendapat atau preferensi 

Pasien yang menderita Empty Sella Syndrome bisa jadi tidak memerlukan pengobatan apabila tidak muncul gejala apa pun dan bila kelenjar pituitari tidak membesar. Jika pasien mengalami beberapa gejala, fokus pengobatan akan pada gejala spesifik maupun kondisi terkait, misalnya tumor. Selain evaluasi klinis, dokter bisa menggunakan CT Scan atau MRI untuk memeriksa kelainan.

Itulah informasi mengenai Empty Sella Syndrome atau ESS yang diderita oleh Ruben Onsu yang dikabarkan terbang ke negeri tetangga untuk pengobatan. Dengan mengenali gejala-gejalanya, kita bisa segera memeriksakan kondisi kesehatan tubuh kita. Bagi yang berniat untuk membantu pasien-pasien penyakit ESS atau penyakit lainya, bisa dengan cara berdonasi melalui WeCare.id dengan caranya cukup unduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Empty Sella Syndrome (ESS). (2019). Diambil kembali dari pituitary.org.uk.

Empty Sella Syndrome. (2019). Diambil kembali dari hopkinsmedicine.org.

Empty Sella Syndrome. (2020). Diambil kembali dari templehealth.org.

Gibson, C. (2020). Empty Sella Syndrome. Diambil kembali dari chop.edu.