Tuberkulosis (TB) masih menjadi tantangan kesehatan serius di Indonesia, terutama pada anak-anak. Skrining TB anak merupakan langkah krusial dalam upaya deteksi dini dan pencegahan penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini. Program skrining yang tepat melindungi anak-anak dari risiko TB.
Data dari Kemkes RI menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya, sehingga pentingnya skrining TB anak tidak bisa diabaikan. Kami, tim WeCare.id, akan mengulas lebih lanjut tentang skrining TB untuk anak dan mengapa pencegahan itu sangat vital.
Daftar isi:
Apa Itu Skrining Kesehatan dan Pentingnya Bagi Anak?
Berdasarkan penelitian tahun 2025 yang mengutip data WHO, angka kematian anak akibat TB masih sangat memprihatinkan secara global. Dari 1,25 juta kasus TB anak pada tahun 2023, sekitar 187.500 di antaranya berujung pada kematian.
Sementara itu, data tahun 2023 dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO menunjukkan kasus TB pada anak di Indonesia masih tinggi, dengan lebih dari 20.000 kasus per tahun, terutama menyerang anak usia 5-14 tahun. Skrining TB anak sering terhambat oleh gejala yang tidak khas dan sulitnya diagnosa.
Sebagian besar kematian anak dengan TB disebabkan karena penyakit tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan.
Secara umum, definisi skrining kesehatan masyarakat merupakan serangkaian pemeriksaan medis yang dilakukan pada individu yang tampak sehat untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit atau faktor risiko sejak dini, sebelum gejala muncul.
Tujuan utama skrining adalah mencegah atau mengurangi risiko penyakit, mendeteksi masalah kesehatan sedini mungkin, hingga mengidentifikasi orang yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Skrining ini dijalankan sebagai bagian dari upaya promotif dan preventif dalam sistem kesehatan masyarakat.
Skrining TB pada anak adalah serangkaian tes dan evaluasi yang bertujuan mendeteksi dini apakah seorang anak terinfeksi bakteri TB. Proses ini melibatkan pengumpulan informasi tentang gejala, riwayat kontak dengan penderita TB, serta pemeriksaan fisik yang sesuai dengan karakteristik TB pada anak.
Cara Skrining TB Anak: Tahapan dan Prosedur
Guna mengenali TB sedini mungkin, kita perlu memahami langkah-langkah serta prosedur skrining TB anak yang dilakukan secara terstruktur dan komprehensif.
Identifikasi Gejala dan Riwayat Kesehatan
Skrining tb anak dimulai dengan tahapan wawancara untuk menggali gejala khas TB pada anak seperti:
- Batuk ≥2 minggu
- Demam >2 minggu
- Berat badan menurun atau sulit naik dalam 2 bulan terakhir
- Gizi buruk atau lesu
- Keringat malam hari
Selain itu, petugas juga menanyakan skrining riwayat kesehatan, termasuk:
- Kontak erat dengan penderita TB aktif
- Status imunisasi BCG anak
- Riwayat penggunaan obat yang menurunkan imun.
Tes Laboratorium
Ada dua tes utama untuk memastikan diagnosis:
- Pemeriksaan tuberkulin (uji Mantoux) – Injeksi protein tuberkulin secara subkutan pada area lengan, kemudian dilakukan evaluasi respons kulit dalam waktu 48-72 jam kemudian.
- Pemeriksaan IGRAs (atau Interferon-Gamma Release Assays) – tes darah untuk mengukur respons kekebalan terhadap bakteri TBC, sangat dianjurkan untuk anak-anak di atas usia 2 tahun.
Pemeriksaan Fisik dan Pendukung
Setelah wawancara, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, terutama untuk melihat adanya pembesaran kelenjar getah bening dan kondisi paru-paru.
Jika gejala mengarah ke TB, pemeriksaan penunjang seperti rontgen dada serta skoring TB akan dilakukan. Skoring TB digunakan dokter sebagai dasar untuk menentukan langkah terapi lanjutan.
Formulir Skrining TB Kemenkes dan Sekolah
Formulir skrining TB Kemenkes telah dirancang khusus untuk memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan evaluasi sistematis. Form skrining TB anak berisi parameter-parameter penting yang harus dinilai, termasuk gejala klinis seperti:
- batuk berkepanjangan
- demam
- penurunan berat badan
- riwayat kontak dengan penderita TB
Formulir skrining kesehatan anak sekolah juga menjadi instrumen penting, terutama dalam program skrining kesehatan yang akan dimulai pada Juli 2025 di lebih dari 282 ribu sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia. Program ambisius ini akan menjangkau 53 juta anak sekolah sebagai bagian dari upaya komprehensif pencegahan TB.
Edukasi Masyarakat: Kunci Keberhasilan Program Skrining
Edukasi masyarakat memainkan peran vital dalam keberhasilan program skrining TB anak. Banyak orang tua yang belum memahami gejala TB pada anak, sehingga sering kali terlambat membawa anak untuk pemeriksaan.
Gejala TB pada anak sering kali tidak spesifik dan dapat menyerupai penyakit lain, seperti batuk pilek biasa atau gangguan pencernaan.
Strategi Edukasi yang Efektif
Agar skrining TB anak berjalan optimal, diperlukan strategi edukasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat.
Penyuluhan di Tingkat Keluarga
Edukasi sebaiknya dimulai dari lingkup paling kecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Orang tua perlu memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, memberikan nutrisi yang baik, dan mengenali gejala-gejala awal TB pada anak.
Kampanye di Sekolah dan Komunitas
Sekolah menjadi tempat strategis untuk penyebarluasan informasi tentang TB. Guru dan tenaga pendidik dapat dilatih untuk mengenali gejala TB pada anak didik mereka.
Pemanfaatan Media Digital
Di era digital ini, edukasi melalui media sosial dan platform online dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Skrining TB Anak
Implementasi program skrining TB anak menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan sumber daya, stigma masyarakat terhadap TB, hingga akses terhadap layanan kesehatan.
Melansir Kemkes RI, untuk meningkatkan deteksi dan penanganan TB, Kementerian Kesehatan Indonesia melakukan berbagai pendekatan strategis, yaitu:
Pelibatan Fasilitas Kesehatan
Melibatkan seluruh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta di 34 provinsi, terutama di 19 provinsi prioritas, dengan pelatihan, jejaring pemeriksaan laboratorium seperti Tes Cepat Molekuler (TCM), dan pemberian obat anti-TB (OAT).
Rumah Sakit Swasta
Menggandeng jaringan rumah sakit swasta besar (seperti Muhammadiyah, Hermina, Siloam) untuk meningkatkan penemuan kasus, akses diagnosis, pengobatan, dan pelatihan tenaga medis.
Fasilitas Kesehatan TNI dan POLRI
Melibatkan jaringan rumah sakit dan klinik milik TNI dan POLRI dengan peningkatan kapasitas layanan dan monitoring kinerja.
Inovasi Pembiayaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Memberikan insentif non-kapitasi untuk mendukung fase diagnosis hingga pengobatan TB di FKTP, dilakukan uji coba di beberapa kota dengan beban kasus tinggi.
Pelatihan dan Pendampingan (Coaching TB)
Melaksanakan pelatihan tenaga kesehatan agar layanan TB berkualitas dan standar di 28 kabupaten/kota dengan ekspansi ke 80 kabupaten/kota pada 2024.
Pemberian Satuan Kredit Profesi (SKP)
Memberikan SKP bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam layanan TB bekerja sama dengan organisasi profesi.
Koordinasi Lintas Program dan Lembaga
Dengan menjalin kemitraan antar unit Kemenkes, asosiasi fasyankes, organisasi profesi, dan penyedia telemedicine, kita bisa meningkatkan mutu layanan TBC.
Di samping itu, Kementerian Kesehatan memperkuat upaya deteksi dini melalui program Active Case Finding (ACF) yang mencakup pemeriksaan skrining dengan teknologi mobile chest X-ray pada populasi berisiko tinggi, seperti kontak dalam satu rumah dan narapidana di berbagai provinsi.
Peran Teknologi dalam Mendukung Skrining TB Anak
Teknologi modern dapat membantu meningkatkan efektivitas program skrining. Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi memungkinkan pencatatan dan pemantauan kasus TB anak secara real-time. Aplikasi mobile dapat digunakan untuk edukasi masyarakat dan sebagai pengingat untuk jadwal kontrol kesehatan anak.
Menkes Budi Gunadi Sadikin meluncurkan teknologi skrining TB bernama Portable X-Ray di Bandung, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, 2 Agustus 2024.
Perangkat ini akan disebarluaskan ke wilayah-wilayah dengan prevalensi TB tinggi, terutama provinsi yang menjadi fokus utama dalam program eliminasi TB 2030 seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan provinsi lainnya.
Portable X-Ray dianggap penting khususnya untuk skrining TB pada anak karena anak sulit diminta mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan, sehingga rontgen menjadi metode utama pendeteksian TB pada anak.
Skrining TB: Investasi Jangka Panjang untuk Kesehatan
Skrining TB anak merupakan investasi jangka panjang untuk kesehatan generasi mendatang. Melalui deteksi dini dan edukasi masyarakat yang tepat, kita dapat mencegah penularan TB dan menyelamatkan lebih banyak nyawa anak-anak Indonesia.
Keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi semua pihak – pemerintah, tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat luas. Mari bersama-sama mendukung program skrining TB anak dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif dalam upaya pencegahan.
Jika Sobat WeCare peduli terhadap kesehatan anak-anak Indonesia, mari bergandengan tangan untuk membantu mereka. Bantu anak-anak yang membutuhkan dana untuk pengobatan TB melalui donasi di WeCare.id. Bantuan sekecil apa pun dari Sobat WeCare sangatlah berharga bagi mereka yang memerlukannya.
Referensi
d’Elbée, M. dkk, . (2025). Treatment decision algorithms for tuberculosis screening and diagnosis in children below 5 years hospitalised with severe acute malnutrition: a cost-effectiveness analysis. eClinicalMedicine.
Dias, H. M. (2024). Inclusion for every child: reaching every child affected by tuberculosis. Diambil kembali dari www.who.int.
Gerakan Indonesia Akhiri TBC. (2025). Diambil kembali dari kemkes.go.id.
Hamidjojo, D. P. (2025). Skrining Kesehatan, Penting Deteksi Penyakit Sejak Dini. Diambil kembali dari primayahospital.com.
Informasi Seputar Skrining TB yang Perlu Diketahui. (2024). Diambil kembali dari www.alodokter.com.
Larasati, R. (2023). Skrining TB anak apakah perlu melakukan foto rontgen? Diambil kembali dari www.alodokter.com.
Mazaya, M. (2023). Apa Itu Tes Skrining? Penting Untuk Mendeteksi Kondisi Kesehatan Kamu! Retrieved from health.detik.com/berita-detikhealth.
Pratiwi, R. (2024). Cara Skrining TB pada Anak dan Edukasinya di Masyarakat. Diambil kembali dari hellosehat.com.
Putri. (2025). 53 Juta Anak Sekolah Bakal di Skrining Kesehatan Mulai Juli 2025. Diambil kembali dari indonesia.go.id.
Tarmizi, S. N. (2024). 7 Pendekatan Kemenkes Deteksi Dini dan Perluas Layanan Tuberkulosis. Diambil kembali dari kemkes.go.id.
Tarmizi, S. N. (2024). Menkes Budi Luncurkan Portable X-Ray Pendeteksi TBC. Diambil kembali dari kemkes.go.id.
Tim Medis Siloam Hospitals. (2025). Ini Tahapan Tes Mantoux dalam Diagnosis Tuberkulosis (TB). Diambil kembali dari www.siloamhospitals.com.
TUBERKULOSIS PADA ANAK DI INDONESIA : DATA TERKINI DAN PENDEKATAN KESEHATAN. (2024). Diambil kembali dari rsadventbandung.com.
Utami, A. S. (2023). Laporan Program Penanggulangan Tuberkulosis. Diambil kembali dari www.tbindonesia.or.id.
Sumber Featured Image : Iqbal Nuril Anwar dari Pixabay