slot thailandslot thailandslot88slot777

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap dan Hikmahnya

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap dan Hikmahnya

Perayaan Maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW telah menjadi tradisi umat Islam di berbagai belahan dunia. Peringatan ini tidak hanya menjadi tradisi keagamaan, namun juga sarat makna dan nilai sejarah yang dalam.

Dalam artikel ini, akan dipaparkan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW lengkap berikut asal-usul, perkembangan tradisi, hingga hikmah di baliknya. Dengan memahami sejarah maulid Nabi Muhammad SAW lengkap, kita akan semakin mencintai Rasulullah dan meneladani kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Asal-Usul Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi secara harfiah berasal dari dua kata Arab: “maulid” berarti kelahiran, dan “Nabi” merujuk pada Nabi Muhammad SAW. Tradisi memperingati maulid sudah berjalan berabad-abad yang lalu, yaitu sebagai bentuk cinta dan penghormatan umat Islam kepada Rasulullah SAW.

Akan tetapi, perayaan Maulid tidak memiliki rujukan historis pada zaman Nabi Muhammad, periode sahabat, maupun tiga generasi awal salaf yang terdahulu. Tidak ada satu pun rujukan dalam Al-Qur’an maupun Hadis, dan para ulama besar seperti Abu Hanifa, Malik, Syafi’i, serta Ahmad pun tidak pernah mempraktikkannya.

Pada masa awal Islam, tradisi merayakan Maulid belum dikenal. Kebiasaan ini berawal dan menyebar di wilayah Mesir pada abad keempat Hijriyah (sekitar abad ke-10 hingga ke-11 Masehi) di bawah pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Mereka memulai perayaan Maulid sebagai peristiwa keagamaan lokal.

Informasi awal dicatat oleh Jamāl al‑Dīn Ibn al‑Ma’mūn (wafat 587 AH), yang kemudian dikutip oleh sejarawan Al‑Maqrīzī dalam kitab Khiṭaṭ sebagai salah satu sumber utama mengenai asal-usul Maulid.

Peringatan Maulid pada era Fatimiyah dihiasi pesta makanan, pemberian hadiah, dan kehadiran para pejabat serta tokoh masyarakat di istana. Catatan sejarah menyebutkan, pada perayaan Maulid Nabi, ribuan piring makanan, gula, kacang-kacangan, madu, serta roti dibagikan kepada masyarakat dan keluarga kerajaan.

Awalnya, perayaan diadakan pada tanggal 13 Rabiul Awal, lalu bergeser ke tanggal 12 sesuai perkembangan waktu dan agar selaras dengan narasi populer tentang kelahiran Nabi.

Mengapa Tanggal 12 Rabiul Awal Menjadi Populer?

Menurut tulisan Dr Yasir Qadhi, cendekiawan dan teolog Pakistan-Amerika, di The Cognate (2022) popularitas tanggal 12 Rabiul Awal berasal dari peran penting Ibn Ishaq, penulis biografi Nabi atau sīrah paling awal. Ia telah menjadikan tanggal tersebut sebagai standar acuan dalam banyak karya tulis berikutnya, meski ia sendiri mencatat tanpa sandaran kuat.

Bersamaan dengan itu, ketika perayaan Maulid mulai dipopulerkan, tanggal 12 dipilih sebagai puncak peringatannya, sehingga semakin meluas dan kokoh di benak umat muslim.

Penyebaran dan Perayaan Publik

Pada awalnya Maulid hanya diperingati di kalangan istana dan keluarga Fatimiyah. Baru di abad ke-6–7 Hijriyah, perayaan Maulid berkembang menjadi ritual publik di Makkah dan Madinah.

Sebagai contoh, Ibn Jubayr (abad ke-12) menulis bahwa setiap hari Senin di bulan Rabi’ al-Awwal, rumah tempat lahir Nabi dibuka bagi para peziarah untuk berdoa dan mencari keberkahan.

Selanjutnya, pada masa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi di abad ke-12, perayaan Maulid dipopulerkan untuk memperkuat semangat umat Islam yang sedang menghadapi Perang Salib. Dari sinilah, perayaan Maulid Nabi mulai menyebar ke banyak wilayah Islam, termasuk di Nusantara.

Maulid dalam Pandangan Ulama dan Budaya Umat Islam

Banyak hikmah dan kisah maulid Nabi Muhammad yang diwariskan secara turun-temurun, baik dari sisi sejarah maupun dari sisi amalan. Di Indonesia, Maulid Nabi menjadi tradisi besar dengan berbagai macam bentuk perayaan, seperti Sekaten di Yogyakarta, Panjang Jimat di Cirebon, maupun Grebeg Mulud di kerajaan-kerajaan Jawa.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak era Wali Songo, sekitar abad ke-15, sebagai upaya dakwah dan memperkuat keimanan masyarakat agar makin dekat dengan Rasulullah dan ajaran Islam.

Peringatan Maulid Nabi juga diwarnai oleh berbagai kisah hikmah dan keajaiban yang mengiringi kelahiran beliau, seperti padamnya api Majusi di Persia yang telah menyala ratusan tahun, terguncangnya istana Kisra, dan suburnya tanah Makkah yang jarang terjadi sebelumnya.

Meskipun tidak berasal dari ajaran Nabi secara langsung, kisah Maulid Nabi Muhammad banyak diterima umat Islam sebagai bentuk cinta kepada Rasul. Para ulama berbeda pendapat, sebagian mendukung dan sebagian lainnya menolaknya.

Ulama pendukung seperti Imam Jalaluddin As-Suyuthi dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani berpendapat bahwa perayaan Maulid termasuk bid’ah hasanah (inovasi baik) jika diisi dengan hal-hal bermanfaat seperti pembacaan sirah Nabawiyah, shalawat, dan sedekah.

Sementara itu, sebagian ulama Salafi seperti Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab menilai Maulid sebagai hal yang tidak dicontohkan oleh Nabi maupun para sahabat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan.

Namun, dalam praktiknya, Maulid telah menjadi budaya religius yang mengakar di berbagai negara muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, hingga Afrika Utara.

Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki banyak hikmah dan manfaat spiritual yang bisa diambil oleh umat Islam. Pertama, menumbuhkan cinta kepada Nabi Muhammad SAW serta semangat untuk meneladani sifat beliau yang jujur (shiddiq), amanah, tabligh, dan cerdas (fatonah).

Kedua, memperkuat ukhuwah islamiyah. Aksi sosial seperti pemberdayaan anak yatim dan penyelenggaraan santap bersama mempererat tali silaturahmi.

Selain itu, hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW juga mendorong kita selalu bersyukur atas karunia yang diberikan Allah, memperkuat keimanan, dan mengenang ajaran Rasulullah tentang keadilan, kedermawanan, dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperingati Maulid, nilai-nilai kebaikan Rasulullah akan terus hidup dan menjadi panduan untuk membangun masyarakat yang damai dan beradab.

Dari Sejarah ke Aksi Nyata

Merayakan Maulid tak sekadar ritual, tetapi refleksi diri untuk meneladani Rasulullah di zaman modern sekaligus mempererat ukhuwah.

Mudah-mudahan uraian sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW lengkap ini dapat memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa mengambil pelajaran dari Maulid Nabi Muhammad SAW, meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah, dan menjadi umat Islam yang memberikan manfaat bagi orang lain.

Jangan lupakan, hendaknya kita sempurnakan jiwa keteladanan terhadap Rasulullah dengan mengamalkan sedekah. Sobat WeCare bisa bersedekah dengan berdonasi melalui WeCare.id agar kebaikan terus mengalir dan hidup menjadi lebih bermakna.

  • Referensi

8 Hikmah yang Bisa Diambil dari Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. (2024). Diambil kembali dari www.cnnindonesia.com.

HIKMAH DAN FADILAH PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW. (2020). Diambil kembali dari sekolah-arridho.id.

Jatnika, A. (2024). Maulid Nabi Muhammad SAW: Sejarah dan Maknanya dalam Islam. Diambil kembali dari ddjabar.org.

Kasim, Y. U. (2024). Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad SAW serta Hukum Melaksanakannya. Diambil kembali dari www.detik.com.

Krisnawati, R. (2023). 8 Hikmah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Bagi Umat Islam. Diambil kembali dari www.detik.com.

Muhtar. (2023). Maulid Nabi Muhammad SAW: Sejarah Singkat Kelahiran dan Peristiwa yang Mengiringinya. Diambil kembali dari uici.ac.id.

Nabilah, R. A. (2023). Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad SAW, Peristiwa Penuh Makna. Diambil kembali dari www.detik.com.

Qadhi, Y. (2022). Mawlid: Its Origin, History, and Practice. Diambil kembali dari thecognate.com.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW, Asal-Usul dan Perkembangannya. (2024). Diambil kembali dari www.dompetdhuafa.org.

Sumber Featured Image : ekrem osmanoglu di Unsplash