Seberapa Penting Isu Pengendalian Tembakau Menjadi Perhatian Capres?

Seberapa Penting Isu Pengendalian Tembakau Menjadi Perhatian Capres?

Konsumsi rokok di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari jumlah perokok anak dan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, penyebab kematian terbesar di Indonesia adalah penyakit tidak menular. Salah satu faktor risiko penyebab penyakit tidak menular ini adalah kebiasaan mengonsumsi rokok.

Hal ini tentu saja membuat beban biaya kesehatan akibat penyakit terkait rokok juga semakin membengkak. Oleh karena itu, penting banget buat calon Presiden nanti untuk memberikan perhatian yang lebih dalam pengendalian tembakau demi kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik. 

Menurut Manajer Program Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) Nina Samidi dalam acara diskusi publik bertajuk ”Mencari Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pahlawan Kesehatan dan Pengendalian Tembakau” di Jakarta, Jumat (2/2/2024), masalah pengendalian tembakau merupakan masalah yang melibatkan multisektor. Hal ini tidak hanya terkait masalah kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial, dan politik.

Klik Untuk Donasi - Alami Sesak Napas akibat Benjolan yang terus Membesar di Lehernya, Rafa Butuh Pertolonganmu Segera!
Muhamad Rafa Azka Putra
Muhamad Rafa Azka Putra
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.1,750,000
  2. Pencapaian 5.05%
  3. Donatur 63

Angka Prevalensi Perokok Anak Semakin Meningkat

Salah satu dampak lemahnya pengendalian tembakau dapat terlihat dari meningkatnya jumlah perokok anak dan remaja di Indonesia. Pada tahun 2018, jumlah prevalensi perokok anak tercatat mencapai 9,1 persen atau sekitar 3,7 juta anak. Jika tidak ada upaya dari Pemerintah atau siapa pun nanti Presidennya, maka jumlah perokok anak akan diprediksi meningkat menjadi 6,8 juta anak pada tahun 2030.

 ”Sebagian besar negara di dunia diprediksi akan mengalami penurunan jumlah perokok. Namun, itu tidak terjadi di Indonesia. Jumlah perokok di Indonesia justru meningkat akibat dari penanganan masalah rokok yang seperti sekarang ini,” ujar Nina.

Beban Biaya Kesehatan Penyakit Akibat Rokok

Masalah lain yang muncul akibat konsumsi produk tembakau adalah meningkatnya beban penyakit terkait rokok. Biaya kesehatan langsung akibat konsumsi rokok mencapai Rp27,7 triliun pada tahun 2019. Selain itu, beban biaya rawat inap, rawat jalan, biaya medis, dan biaya non medis terkait rokok yang dibayarkan melalui program JKN sekitar Rp10,5 triliun – Rp15,5 triliun. Hal-hal inilah yang harus menjadi perhatian calon Presiden yang terpilih nanti.

Terancam Gagal Terwujudnya Generasi Emas

Salah satu ironi yang terjadi di Indonesia adalah ketika Pemerintah menargetkan terwujudnya Generasi Emas pada 2045, namun persoalan konsumsi rokok masih belum juga terkendali. Perokok usia remaja dan anak sangat rentan terkena berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari. Hal inilah yang membuat harapan untuk menjadi generasi emas di kemudian hari sulit tercapai jika jumlah perokok anak masih sangat tinggi jumlahnya. Alih-alih mendapatkan bonus demografi untuk mewujudkan Generasi Emas, malah beban demografi yang justru akan dialami oleh Indonesia. 

”Belum lagi jika di setiap keluarga ditemukan adanya anggota keluarga yang merokok. Risiko adanya anak yang stunting (tengkes) akan tinggi. Jadi, apakah mungkin target penurunan stunting bisa terwujud kalau ada anggota keluarga atau bahkan kepala keluarganya seorang perokok?” ujar Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Ulul Albab.

Oleh karena itu, calon Presiden Indonesia nanti bisa berani untuk mengambil langkah tegas dan substantif untuk mengendalikan tembakau. Upaya mengendalikan tembakau ini juga harus dilakukan secara komprehensif. ”Mengendalikan tembakau tidak cukup hanya mengendalikan industrinya. Tanpa mengubah perilaku perokok, upaya itu akan sia-sia. Jadi, masyarakat pun harus dipaksa dan pemerintah pun harus mendidik masyarakat untuk tidak merokok. Kami harap komitmen pemerintah nanti bisa lebih kuat untuk melakukan itu,” ujar Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Agustin Kusumayati.

Derita Hidrosefalus Sejak Lahir, Tasya Tak Punya Biaya untuk Berobat!

Selain itu, penyakit tidak menular seperti diabetes hingga jantung merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Hal ini tentu saja juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak masyarakat Indonesia yang alami kesulitan untuk mendapatkan pengobatan karena ketiadaan biaya.

Oleh karena itu, mari bersama kita bantu pasien-pasien yang membutuhkan bantuan untuk melanjutkan pengobatan dengan berdonasi melalui WeCare.id. Bantuan terbaik kamu bisa diberikan melalui website WeCare.id atau dengan aplikasi yang bisa kamu unduh melalui App Store dan Google Play.