Pembangunan IKN yang berlokasi di Kalimantan Timur, Indonesia, telah memicu banyak kekhawatiran. Salah satunya adalah pengaruh pembangunan IKN terhadap satwa liar di sekitarnya.
Proyek ambisius ini, meskipun menjanjikan pertumbuhan ekonomi, menimbulkan ancaman signifikan terhadap keseimbangan ekosistem lokal dan penghuninya, khususnya beragam satwa liar yang telah menjadikan wilayah ini sebagai rumah selama berabad-abad.
Daftar isi:
Pengaruh Pembangunan IKN terhadap Satwa Liar
Menurut data dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sentra Program Pemberdayaan dan Kemitraan Lingkungan (Stabil) Balikpapan yang telah melakukan riset sejak 1997, banyak spesies yang terancam oleh aktivitas pembangunan di area IKN.
Direktur Stabil Balikpapan, Jufriansyah, menyebutkan bahwa pembukaan lahan serta pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan hilangnya habitat alami satwa liar dan menciptakan fragmentasi habitat, yang pada gilirannya akan mengganggu pergerakan dan proses reproduksi satwa-satwa tersebut.
Kasus Kera Bekantan
Bekantan (Nasalis larvatus), primata endemik Kalimantan, menjadi salah satu spesies yang paling terancam oleh pengaruh pembangunan IKN terhadap satwa liar. Teluk Balikpapan, yang menjadi habitat utama bekantan, kini mengalami tekanan hebat dari kegiatan pembangunan.
Hasil riset yang diterbitkan di jurnal Environmental Monitoring and Assessment menunjukkan bahwa populasi bekantan di Teluk Balikpapan saat ini mencapai 3.907 individu, yang terbagi menjadi 292 kelompok campuran jantan-betina dan 67 kelompok jantan.
Sebelum adanya pembangunan IKN, populasi bekantan di Teluk Balikpapan terbilang stabil selama sepuluh tahun terakhir, dengan kepadatan 16 individu per kilometer persegi. Namun, pembangunan baru ini menimbulkan risiko serius terhadap kemajuan tersebut.
Para konservasionis khawatir bahwa pembangunan IKN dapat membalikkan tren positif ini dan menyebabkan penurunan populasi spesies karismatik ini.
Adanya pembangunan yang besar IKN mengakibatkan 88,55 kilometer persegi wilayah habitat bekantan tumpang tindih dengan area proyek. Sebanyak 1.449 individu bekantan, atau 37,08% dari total populasi, diperkirakan akan terdampak.
Pembangunan IKN akan memaksa bekantan keluar dari habitat mereka dan berpotensi menciptakan konflik antara manusia dan satwa liar. Meski demikian, para peneliti melihat adanya peluang untuk mengembalikan kondisi habitat bekantan di area seluas 45,33 kilometer persegi di Teluk Balikpapan. Diharapkan langkah ini dapat mengurangi dampak buruk pembangunan.
Ancaman bagi Pesut Mahakam dan Hewan Lainnya
Selain bekantan, satwa liar lain yang terancam adalah, orang utan, beruang dan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), mamalia air langka yang populasinya kini tersisa sekitar 80 ekor. Kehidupan Pesut Mahakam di Sungai Wain, yang bermuara ke Teluk Balikpapan, sering kali terganggu oleh aktivitas manusia.
Pembangunan besar-besaran, lalu lalang kapal, dan pencemaran air yang merusak ekosistem menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Dampak Potensial Pembangunan IKN
Para peneliti serta aktivis lingkungan mengamati beberapa pengaruh pembangunan IKN terhadap satwa liar:
- Hilangnya habitat dan fragmentasi: Pembangunan infrastruktur dan pembukaan lahan baru menyebabkan kerusakan habitat dan mengganggu aktivitas satwa liar seperti berpindah dan berkembang biak.
- Perubahan perilaku: Aktivitas manusia yang meningkat dapat memaksa satwa liar keluar dari habitatnya dan berpotensi meningkatkan konflik manusia-satwa.
- Gangguan terhadap ekosistem: Pembangunan dapat mengancam keseimbangan ekosistem, termasuk kawasan mangrove yang menjadi habitat kunci bagi bekantan.
Tanggapan Otorita IKN
Menanggapi kekhawatiran ini, Myrna Asnawati Safitri dari Otorita IKN menyatakan bahwa temuan penelitian tersebut telah dipertimbangkan dalam perencanaan pengelolaan keanekaragaman hayati di IKN, yang rencananya akan dirilis pada Maret 2024.
Pihak OIKN juga telah menetapkan ekosistem mangrove sebagai kawasan lindung dan mengalokasikan pulau kecil di sekitar Teluk Balikpapan sebagai suaka margasatwa.
Namun, berbagai langkah mitigasi lain, seperti pengembangan waduk air di hulu untuk penyediaan air minum serta perluasan zona lindung di luar batas kota Nusantara, masih membutuhkan kajian lebih lanjut dan diskusi lintas yurisdiksi.
Harapan Ke Depan
Pembangunan IKN Nusantara di satu sisi merupakan peluang besar bagi pengembangan ekonomi dan infrastruktur di Indonesia. Akan tetapi di sisi lain, pengaruh pembangunan IKN terhadap satwa liar dan kelestarian lingkungan juga cukup mengkhawatirkan.
Meskipun manfaat ekonomi proyek ini tidak dapat diabaikan, sangat penting untuk menyeimbangkan pembangunan dengan perlindungan keanekaragaman hayati.
Upaya mitigasi dan langkah-langkah konservasi yang efektif dan mengadopsi pendekatan berkelanjutan, dimungkinkan untuk mengurangi dampak negatif IKN dan memastikan kelangsungan hidup jangka panjang satwa liar unik di wilayah tersebut.
Info di atas menarik bukan? Jangan sampai KawanPeduli ketinggalan informasi menarik seperti ini dan informasi kesehatan terbaru. Yuk, segera unduh aplikasi WeCare.id secara gratis dan dapatkan notifikasi terbaru seputar kesehatan. Nikmati kemudahan akses ke artikel-artikel informatif dan tips menjaga kesehatan kapan saja dan di mana saja.
Referensi
Gokkon, B. (2024). Studi: Pembangunan IKN Jadi Ancaman bagi Kestabilan Populasi Bekantan. Diambil kembali dari www.mongabay.co.id.
Kullah, N. (2024). Dampak Pembangunan IKN Nusantara terhadap Satwa Liar. Diambil kembali dari www.rri.co.id.
Mukhaer, A. A. (2024). IKN di Dekat Hutan Kalimantan Bisa Ancam Kehidupan Satwa Liar. Diambil kembali dari nationalgeographic.grid.id.
Oktavianto, P. (2024). Pembangunan IKN Ancam Populasi Bekantan. Diambil kembali dari www.forestdigest.com.
Sumber Featured Image : Volker Lekies from Pixabay