Pecinta Cokelat, Simak 6 Mitos tentang Cokelat yang Banyak Dipercayai Orang

Tentu Anda sering mendengar pendapat orang-orang tentang cokelat. Ada yang mengatakan cokelat itu “mood booster” yang hebat. Saat sedang sedih orang biasanya memilih untuk ditemani sepotong cokelat.

Ada juga yang mengatakan cokelat bisa membuat gemuk karena banyak mengandung lemak sehingga tak baik untuk kesehatan. Selain itu, ada juga yang mengatakan cokelat menyebabkan jerawat.

Apakah semua reputasi jelek yang disematkan pada cokelat itu benar adanya? Apakah kita harus meyakininya sebagai sebuah fakta? Atau mitos belaka? Temukan jawabannya dalam 6 mitos tentang cokelat berikut ini.

  1. Cokelat Dapat Menyebabkan Berat Badan Naik

Menurut mitos, cokelat dapat menyebabkan berat badan Anda naik. Faktanya, cokelat tidak membuat Anda menjadi gemuk. Dikutip dari situs Food. Ndtv, Dr. Anju menyatakan, “Apapun yang dikonsumsi dalam jumlah sedang tidak akan mempengaruhi kesehatan dan berat badan Anda. Tak masalah untuk mengkonsumsi cokelat jika porsinya tidak berlebihan.” Makanan apapun yang dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan kenaikan berat badan.

Sebatang cokelat rata-rata mengandung 220 kalori, sehingga memungkinkan untuk ditambahkan ke dalam pola diet yang sehat.

  1. Cokelat Menimbulkan Jerawat

Dikutip dari buku berjudul Superfoods: The Food and Medicine of the Future, sebuah penelitian dilakukan terhadap 80 orang perwira junior yang berjerawat di Akademi Angkatan Laut Amerika. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang mengkonsumsi cokelat dan yang tidak. Setelah sebulan, observasi yang teliti tersebut memperlihatkan tidak adanya perubahan pada kondisi jerawat para perwira junior.

Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan kepada sekelompok pasien berjerawat di Universitas Pennsylvania. Hasilnya, cokelat tak menyebabkan jerawat membaik atau memburuk.

Dr. Anju Sood, seorang ahli nutrisi dan pengajar di Rajguru College of Applied Sciences for Women, di Universitas Delhi menyatakan, “Cokelat dapat menyebabkan jerawat karena adanya kandungan lemak di dalamnya tetapi tidak selalu, karena sering kali munculnya jerawat bergantung pada jenis kulit Anda.”

Penelitian belum bisa membuktikan bahwa cokelat menyebabkan jerawat. Sebuah berita bagus bagi para penggemar cokelat.

  1. Cokelat Menyebabkan Gigi Berlubang

Banyak orang tua yang tidak mengizinkan anaknya mengkonsumsi cokelat karena khawatir gigi akan berlubang. Faktanya, cokelat tidak menyebabkan gigi berlubang. Mengkonsumsi susu cokelat dalam jumlah yang normal, khususnya saat makan, tidak mengakibatkan peningkatan gigi berlubang.

Sebuah penelitian di Universitas Osaka menemukan bahwa bagian dari biji cocoa, yang menjadi bahan utama pembuatan cokelat, mencegah bakteri mulut dan kerusakan gigi. Penelitian lain yang dilakukan di Forsyth Dental Centre di Boston, Mass., menunjukkan bahwa cokelat memiliki kemampuan untuk mengkonter potensi timbulnya asam dari gula yang terkandung dalam cokelat. Asam diyakini dapat menyebabkan kerusakan enamel gigi dan pembusukan gigi.

  1. Cokelat Mengandung Kafein yang Tinggi

Banyak orang yang percaya cokelat mengandung kafein yang tinggi. Namun, fakta membuktikan bahwa ketika orang makan cokelat dalam jumlah normal, jumlah kafein yang dicerna sangat sedikit. Sebagai contoh, satu ons cokelat susu mengandung 6 mg kafein, sedikit lebih banyak dari kafein yang ditemukan dalam secangkir kopi tanpa kafein.

Selain itu, belum ada laporan dalam literatur ilmiah tentang masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh mengkonsumsi kafein yang terkandung dalam cokelat pada anak-anak atau orang dewasa.

  1. Gula dalam Cokelat Menyebabkan Stres

Sebuah penelitian menemukan bahwa mengkonsumsi 1.5 ons “dark chocolate” atau cokelat hitam tiap hari selama dua minggu dapat menurunkan kadar hormon dalam tubuh orang yang sedang stres tinggi.

Terbukti, selain polifenol, cokelat juga kaya akan magnesium, seng, besi, dan tembaga. Cokelat hitam dipercayai sebagai pencegah serangan jantung, pereda stres, stimulator otak, dan berfungsi sebagai anti kanker. Sebuah penelitian di Harvard menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi cokelat lebih panjang umur dibandingkan yang tidak mengkonsumsi cokelat.

  1. Cokelat Bersifat Adiktif

Belum ada bukti yang mendukung bahwa cokelat dapat menyebabkan kecanduan fisik. Justru yang menyebabkan kita “butuh” cokelat adalah perasaan kita karena kita cenderung mengasosiasikan cokelat dengan rasa nyaman, hadiah dan perayaan. Karena perasaan ‘butuh’ itu menyebabkan orang sulit mengontrol jumlah cokelat yang kita makan. Alih-alih makan cokelat, cobalah cari cara lain untuk mendapatkan rasa nyaman, seperti dengan berjalan-jalan di tempat yang indah, berbicara pada teman atau lakukan hobi yang disukai.

Ternyata fakta bahwa cokelat bisa menyebabkan peningkatan berat badan atau menimbulkan jerawat tidak didukung dengan bukti ilmiah. Belum ada penelitian yang membuktikan hubungan cokelat dengan semua reputasi jelek yang disandangnya. Jadi, jangan takut untuk makan cokelat. Ingat! Makan cokelat secukupnya saja, jangan berlebihan.

 

Review materi : dr. Denita

Yuk, konsultasi dokter gratis dengan dokter SEHATI:  http://line.me/ti/p/~@Wecare.id

Sumber:

https://www.bhf.org.uk/informationsupport/heart-matters-magazine/nutrition/chocolate-myths

https://www.streetdirectory.com/food_editorials/snacks/chocolates/chocolate_myths_and_facts.html

https://food.ndtv.com/food-drinks/5-myths-about-chocolate-you-shouldnt-believe-1821850

https://www.crystalchocolatier.com/chocolate-myths-or-facts

https://www.mnn.com/food/healthy-eating/stories/top-11-chocolate-myths

https://www.lolwot.com/10-biggest-myths-about-chocolate-you-shouldnt-believe/