Kenali Gejala Sifilis & Cara Ampuh Cegah Penularan

Kenali Gejala Sifilis & Cara Ampuh Cegah Penularan

Sifilis atau raja singa adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang sering disebut “the great imitator” karena gejalanya bisa menyerupai banyak penyakit lain. Mengenali gejala sifilis, memahami cara penularan, serta menerapkan pencegahan IMS sangat penting agar kita dan orang-orang terdekat tetap terlindungi. Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Gejala Sifilis: Dari Luka Ringan hingga Komplikasi Berat

Sifilis berkembang melalui beberapa tahapan, dan setiap tahap memiliki ciri khasnya sendiri. Kami dari tim WeCare.id akan memberikan penjelasan singkat namun jelas mengenai gejala sifilis di setiap stadium:

1. Tahap Primer: Munculnya Chancre yang Tidak Terasa Sakit

Chancre merupakan gejala awal khas sifilis, yaitu luka ini berbentuk kecil, bulat, dan keras, menyerupai kancing, yang biasanya muncul pada area tubuh yang bersentuhan langsung saat aktivitas seksual, seperti alat kelamin, anus, mulut, atau bibir.

Keunikan sekaligus bahaya dari luka ini adalah tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga banyak penderita yang tidak menyadari keberadaannya dan enggan memeriksakan diri ke tenaga medis.

Chancre umumnya timbul sekitar tiga minggu setelah infeksi terjadi, meskipun dapat muncul dalam rentang waktu 10 hingga 90 hari. Data WHO menyebutkan chancre akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3 hingga 10 hari. 

Namun, proses penyembuhan luka tersebut tidak menandakan infeksi telah hilang, karena bakteri penyebab sifilis masih tetap berada di dalam tubuh. Jika tidak mendapat pengobatan akan berkembang ke tahap dua, tahap sekunder.

Di fase ini, identifikasi awal dan langkah-langkah preventif terhadap penyakit menular seksual menjadi hal yang krusial guna menghindari transmisi ke mitra seksual.

2. Tahap Sekunder: Mulai Menyebar

Jika tidak diobati, sifilis masuk ke tahap sekunder. Gejalanya berupa ruam kulit yang sering muncul di telapak tangan dan kaki, namun bisa juga di seluruh tubuh. Selain itu, dapat muncul luka menyerupai kutil (kondiloma lata), demam, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, dan rambut rontok di area tertentu (patchy alopecia).

Gejala sifilis tahap sekunder ini bisa hilang timbul selama setahun lebih. Ini fase di mana penularan sifilis sangat tinggi!

3. Tahap Laten: Tanpa Gejala

Pada fase laten, penderita tidak mengalami gejala apa pun, namun bakteri tetap ada di tubuh dan bisa menyebabkan kerusakan serius di kemudian hari. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, tanpa disadari dan sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan laboratorium.

Meski terlihat “tenang”, penderita tetap bisa menularkan sifilis kepada orang lain, terutama pada tahun pertama masa laten.

4. Tahap Tersier: Komplikasi Serius yang Mengancam Nyawa

Jika tidak ditangani, sekitar 15-30% penderita akan mengalami sifilis tersier. Pada tahap ini, bakteri sudah menyerang berbagai organ vital seperti otak, jantung, pembuluh darah, mata, dan saraf. Kerusakan yang terjadi bisa permanen dan fatal, termasuk stroke, kebutaan, kelumpuhan, hingga kematian.

5. Sifilis Kongenital: Risiko Penularan dari Ibu ke Bayi

Ibu hamil yang terinfeksi sifilis berisiko menularkan penyakit kepada bayinya. Penularan sifilis ini bisa terjadi selama kehamilan atau persalinan. 

Menurut data dari WHO, sifilis pada ibu hamil yang tidak mendapatkan pengobatan, terlambat ditangani, atau diobati dengan antibiotik yang kurang tepat dapat menyebabkan 50 hingga 80 persen kasus berakhir dengan komplikasi pada bayi yang dilahirkan.

Sifilis pada ibu hamil bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir mati, atau berbagai cacat lahir seperti kelainan tulang, gangguan pendengaran, dan masalah penglihatan.

Gejala sifilis pada bayi antara lain kelainan kulit, anemia, pembesaran hati dan limpa, hingga gangguan perkembangan. Berdasarkan pedoman sifilis dari Kementerian Kesehatan RI skrining rutin selama hamil adalah bentuk pencegahan IMS yang vital!

Pencegahan IMS: Cara Efektif Melindungi Diri dari Sifilis

Mencegah lebih baik daripada mengobati, apalagi untuk penyakit menular seperti sifilis. Berikut beberapa langkah pencegahan IMS yang bisa dilakukan:

  • Abstinensia: Tidak melakukan hubungan seksual adalah cara paling efektif untuk menghindari penularan sifilis dan IMS lainnya.
  • Menggunakan kondom secara benar dan konsisten: Kondom dapat mengurangi risiko penularan sifilis, meskipun tidak 100% melindungi jika luka berada di area yang tidak tertutup kondom.
  • Setia pada satu pasangan yang tidak terinfeksi: Hubungan monogami dengan pasangan yang sudah dites bebas IMS sangat dianjurkan.
  • Melakukan tes IMS secara rutin: Terutama bagi kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks atau mereka yang sering berganti pasangan. Tes rutin membantu mendeteksi sifilis sejak dini.
  • Segera periksa jika ada gejala atau merasa terpapar: Jangan menunda konsultasi ke dokter jika mengalami gejala sifilis atau merasa berisiko.
  • Tolak penggunaan jarum suntik atau alat-alat untuk narkoba yang telah dipakai orang lain.

Penularan Sifilis: Kenali Jalurnya

Memahami cara penularan sifilis sangat penting agar bisa menghindari risiko:

  • Kontak seksual: Penularan utama terjadi melalui hubungan seksual vaginal, anal, atau oral dengan orang yang terinfeksi, terutama jika ada luka atau lesi sifilis.
  • Dari ibu ke bayi: Sifilis kongenital terjadi saat bakteri menular dari ibu hamil ke janin melalui plasenta atau saat persalinan.

Tips Terbaik agar Jauh dari Penyakit Sifilis

Agar kita tetap aman dari gejala sifilis dan penyakit menular seksual lainnya, berikut tips yang bisa langsung diterapkan:

  • Selalu komunikasikan status kesehatan seksual dengan pasangan.
  • Jangan malu untuk melakukan tes IMS secara berkala, terutama jika punya risiko tinggi.
  • Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual, bahkan pada seks oral.
  • Hindari konsumsi alkohol berlebihan dan penyalahgunaan narkoba, karena bisa menurunkan kewaspadaan dalam mengambil keputusan.
  • Edukasi diri dan lingkungan sekitar mengenai pencegahan IMS dan penularan sifilis.
  • Bagi ibu hamil, sangat penting untuk menjalani pemeriksaan sifilis berdasarkan rekomendasi tenaga medis guna mencegah terjadinya sifilis bawaan pada janin.

Lindungi Diri, Sayangi Keluarga

Kemenkes catat ada sekitar 23 ribu orang Indonesia yang mengidap raja singa pada tahun 2024. Sifilis adalah penyakit yang serius, tapi sepenuhnya bisa dicegah dan diobati jika ditangani dengan tepat. 

Pada kampanye kesehatan Kemenkes yang diunggah di Instagram disebutkan sifilis dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status sosial atau ekonomi. Oleh karena itu, menjaga diri sangatlah penting—jangan hanya memikirkan gengsi atau reputasi semata.

Mengenali gejala sifilis, memahami cara penularan sifilis, dan menerapkan pencegahan IMS adalah langkah penting untuk hidup sehat dan bebas dari infeksi menular seksual. Jadi, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke tenaga medis apabila ada kekhawatiran atau gejala yang mencurigakan. 

Perluas wawasan kesehatan Sobat WeCare dengan membaca konten edukatif di blog WeCare.id.

Referensi

Bestari, N. P. (2025). Kemenkes: 23 Ribu Orang RI Kena Sifilis, Gak ‘Nakal’ Bisa Kena! Diambil kembali dari www.cnbcindonesia.com.

Daili, S. F., Indriatmi, W., Wiweko, S. N., P, H. D., Tanudjaya, F., Wignall, S., & Anartati, A. (2013). Pedoman Tatalaksana Sifilis untuk Pengendalian Sifilis di Layanan Kesehatan Dasar. Diambil kembali dari platform.who.int.

Pencegahan Sifilis. (2022). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Pengertian Sifilis. (2022). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Penularan Sifilis, Apakah Anda Beresiko Menularkan dan Tertular? (2023). Retrieved from medi-call.id.

Penyakit Sifilis (Raja Singa) Pada Wanita: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. (2025). Diambil kembali dari klinikkirana.com.

Syphilis. (2024). Diambil kembali dari www.cdc.gov.

Syphilis. (2025). Diambil kembali dari www.who.int.

Sumber Featured Image : Ali Karimiboroujeni on Unsplash