Demam Berdarah Melonjak di Awal 2025: 40% Kasus Baru!

Demam Berdarah Melonjak di Awal 2025: 40% Kasus Baru!

Eskalasi kejadian demam berdarah di Indonesia sepanjang 2025 menimbulkan keprihatinan mendalam, mengingat telah tercatat ribuan penderita dan ratusan kematian yang tersebar di seluruh provinsi. Peningkatan ini dipicu oleh perubahan iklim, rendahnya kesadaran masyarakat, dan pola penyebaran yang kini terjadi sepanjang tahun.

Ulasan seputar lonjakan kasus DBD di Indonesia 2025, gejala DBD, cara mencegah dan mengobati DBD, serta respons pemerintah akan dibahas secara lengkap oleh tim kami di artikel ini.

Pola Peningkatan Kejadian DBD di Indonesia di Permulaan Tahun 2025

Memasuki tahun 2025, Indonesia kembali dihadapkan pada lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang signifikan. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa dalam periode 1 Januari – pertengahan April 2025, kasus DBD sudah mencapai lebih dari 38.000 dengan angka kematian sebanyak 182 jiwa.

Angka ini memang sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun tetap menjadi alarm keras bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan.

Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi. DKI Jakarta, misalnya, melaporkan lebih dari 1.400 kasus hanya dalam beberapa bulan pertama tahun ini, sementara kota-kota satelit seperti Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bandung juga mengalami peningkatan signifikan.

Di wilayah Jakarta Barat, kasus DBD terus merangkak naik setiap bulannya, didorong oleh kelembapan udara yang tinggi dan suhu yang mendukung perkembangan nyamuk DBD yang dikenal dengan nama Aedes aegypti.

Faktor Penyebab Penyakit DBD Melonjak

Eskalasi kejadian demam berdarah pada 2025 dipicu oleh sejumlah faktor krusial. Pertama, salah satu yang paling dominan yang menjadi penyebab DBD adalah perubahan iklim yang menyebabkan suhu dan kelembapan udara meningkat.

Curah hujan yang tinggi disertai suhu hangat menciptakan habitat ideal bagi nyamuk berkembang biak. Nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penularan DBD, sangat aktif pada suhu 25–33 derajat Celsius dan kelembapan 71–83 persen.

Dalam kondisi ini, frekuensi nyamuk menggigit manusia meningkat drastis, sehingga risiko penularan virus dengue pun melonjak.

Kedua, lemahnya upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di beberapa wilayah padat penduduk. Masyarakat belum optimal dalam menerapkan 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air), meskipun kampanye pencegahan terus digencarkan.

Selain itu, mobilitas masyarakat yang tinggi pasca pandemi juga menjadi faktor penyebaran virus dengue dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Ditambah dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gejala awal DBD, kasus sering terlambat ditangani hingga menimbulkan komplikasi serius.

Banyak orang menganggap demam sebagai penyakit ringan, sehingga baru mencari pertolongan saat kondisi sudah memburuk, bahkan memasuki fase kritis yang berisiko menyebabkan syok dengue dan komplikasi serius.

Pola Penyebaran dan Tantangan Penanganan Demam Berdarah

Pola penyebaran demam berdarah di Indonesia berlangsung sepanjang tahun, tidak hanya saat musim hujan. 

Melansir Sehat Negeriku Kemenkes, menurut Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante, Indonesia masuk dalam daftar negara-negara dengan angka kejadian DBD tertinggi secara global, berdampingan dengan Brasil, Meksiko, Kolombia, Peru, serta Vietnam.

Beliau menambahkan dunia berada di tengah ancaman global dengue. Lebih dari 3,9 miliar orang berisiko terinfeksi. Data Kemenkes menunjukkan bahwa lonjakan kasus biasanya terjadi pada awal dan akhir tahun, seiring perubahan musim dan perilaku masyarakat yang cenderung abai terhadap lingkungan sekitar.

Tantangan utama dalam penanganan DBD di Indonesia adalah konsistensi pengawasan lingkungan dan edukasi kesehatan masyarakat.

Pemerintah melalui Kemenkes telah menerapkan berbagai strategi, mulai dari surveilans terpadu lintas sektor, pelaksanaan program 3M Plus, hingga penguatan peran kader Jumantik di lingkungan rumah dan sekolah. Akan tetapi, efektivitas strategi ini sangat dipengaruhi oleh partisipasi aktif masyarakat.

Gejala DBD yang Harus Diwaspadai

Demam berdarah memiliki tiga fase berbahaya:

1. Fase Demam (Hari 1-3)

  • Demam mendadak >40°C.
  • Nyeri otot, ruam merah, dan sakit kepala.

2. Fase Kritis (Hari 4-5)

  • Demam turun, tapi justru berisiko syok! Waspadai:
  • Muntah terus-menerus.
  • Perdarahan (mimisan, gusi berdarah).
  • Nyeri perut hebat.

3. Fase Pemulihan (Hari 6+)

Cairan tubuh kembali normal, tapi butuh pemantauan ketat.

GejalaDBDDemam Biasa
Demam>40°C; mendadakBertahap; <39°C
Ruam KulitBintik merah perdarahanTidak ada
NyeriBelakang mata & tulangOtot ringan

Tabel: Perbandingan Gejala DBD vs. Demam Biasa

Jika tidak ditangani sejak dini, demam berdarah dapat berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS) atau dengue hemorrhagic fever (DHF) yang berisiko menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan lansia. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan medis segera menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko komplikasi.

Cara Mengobati DBD Menurut Panduan Kemenkes RI

Apabila ada keluarga atau kerabat yang menunjukkan tanda-tanda demam berdarah, berikut cara mengobati DBD yang dapat diterapkan sebagai upaya pertolongan awal:

  • Istirahat total di tempat tidur
  • Tingkatkan konsumsi cairan hingga minimal 2 liter setiap hari
  • Lakukan kompres dengan air hangat
  • Konsumsi obat penurun panas saat demam tinggi

Apabila kondisi memburuk dalam kurun waktu 2-3 hari dengan gejala seperti kelemahan, mual muntah, keluar darah dari hidung, gusi berdarah, dan keluhan serupa lainnya, segera bawa ke rumah sakit atau pusat layanan kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan medis yang tepat.

Cara Mencegah DBD

1. 3M Plus Diperketat

  • Menguras bak mandi/vas bunga seminggu sekali.
  • Menutup rapat tempat penampungan air.
  • Mendaur ulang barang bekas.
  • Plus: Pasang kelambu, losion anti nyamuk, dan ikan pemakan jentik.

2. Inovasi Teknologi

Nyamuk Ber-Wolbachia: Bakteri ini mengurangi kemampuan nyamuk menularkan virus dengue. Telah diuji di Yogyakarta dengan efektivitas 77%.

Upaya Pemerintah dan WHO dalam Mengatasi DBD

Pada April 2025, Kementerian Kesehatan bersama WHO menggelar lokakarya nasional untuk memperkuat sistem surveilans DBD berbasis multisumber data. Indonesia meraih pencapaian sebagai negara pionir di kawasan Asia Tenggara dalam menuntaskan implementasi lengkap sistem MSCS (Multisource Collaborative Surveillance) untuk penanganan DBD.

Pendekatan ini melibatkan integrasi data kesehatan, iklim, entomologi, dan kebencanaan, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan tepat sasaran.

Pemerintah menetapkan target ambisius untuk mencapai zero death akibat demam berdarah di tahun 2030 dengan mengandalkan terobosan pengobatan, intervensi terapi dini, serta pengembangan vaksin anti-dengue. Program-program ini diharapkan dapat menekan laju penyebaran dan menurunkan fatality rate yang tahun ini tercatat sekitar 0,4 persen.

Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan DBD

Masyarakat perlu memahami bahwa demam berdarah bukan penyakit musiman, melainkan ancaman sepanjang tahun. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi. Keterlibatan aktif dalam program Jumantik di lingkungan rumah dan sekolah juga sangat dianjurkan untuk memutus rantai penularan.

Kesadaran Kolektif: Kunci Menghadapi DBD

Lonjakan kasus demam berdarah di Indonesia pada awal tahun 2025 menjadi pengingat bahwa kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting. Perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat menuntut adaptasi strategi penanggulangan yang lebih inovatif dan berbasis data. 

Masyarakat perlu membangun kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan lingkungan, mendeteksi gejala lebih dini, serta mengikuti anjuran kesehatan dari pemerintah.

Jangan abaikan gejala awal demam berdarah dan segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam tinggi mendadak. Mari bersama-sama cegah DBD demi kesehatan keluarga dan lingkungan.

Jika Sobat WeCare ingin membantu mereka yang terdampak DBD namun kesulitan biaya pengobatan, kunjungi WeCare.id. dan ambil bagian dalam gerakan kepedulian dengan berdonasi. Satu tindakan kecil Sobat WeCare bisa menyelamatkan nyawa.

Referensi

Administrator. (2025). Lonjakan Kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di Beberapa Provinsi. Diambil kembali dari rspp.co.id.

amelarf. (2025). DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INDONESIA: FAKTA, GEJALA, DAN PENCEGAHANNYA. Diambil kembali dari rsroemani.com.

April 2025, Kemenkes Justru Catat Kematian Akibat DBD Hampir 200 Jiwa. (2025). Diambil kembali dari www.cnnindonesia.com.

Awal 2025 DBD Mengganas, Kemenkes Catat 6 Ribu Kasus dan 28 Kematian. (2025). Diambil kembali dari www.cnnindonesia.com.

Dengue and severe dengue. (2024). Diambil kembali dari www.who.int.

digitalMamaID. (2025). Lonjakan Kasus Demam Berdarah, Kenali Ciri-Cirinya Sebelum Terlambat. Diambil kembali dari digitalmama.id.

fkm. (2020). Tips Pencegahan dan Pertolongan Pertama Terhadap Penderita DBD. Diambil kembali dari fkm.unair.ac.id.

KumparanMOM. (2025). DBD di RI Capai 10 Ribu Kasus di Awal 2025, Waspadai Puncaknya hingga Maret. Diambil kembali dari kumparan.com.

Maharani, I. (2025). Marak Kasus DBD di Berbagai Wilayah, Ini Cara Pencegahannya. Diambil kembali dari www.kompas.com.

Mengetahui Gejala dan Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue. (2024). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Rokom. (2025). Nyamuk Lebih Mematikan daripada Hewan Buas. Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Setuningsih, N. (2025). Kemenkes Minta Masyarakat Tetap Waspadai Penyakit DBD. Diambil kembali dari nasional.kompas.com.

Tempo. (2025). Rising dengue fever cases in Jakarta due to high air humidity. Diambil kembali dari www.asia-pacific-solidarity.net.

Tobing, A. G. (2025). Jakartans Urged to Follow 3M Plus to Prevent Dengue Fever. Diambil kembali dari m.beritajakarta.id.Wulandari, E. W. (2025). Indonesia and WHO ramp up dengue fight with smarter surveillance. Diambil kembali dari www.who.int.

Sumber Featured Image : National Institute of Allergy and Infectious Diseases on Unsplash