Bahaya Deforestasi Mengintai Pulau-Pulau Papua

Bahaya Deforestasi Mengintai Pulau-Pulau Papua

Pulau-pulau Papua, seperti Gag, Kawe, dan Manuran di Raja Ampat, kini menghadapi ancaman serius akibat penggundulan hutan. Aktivitas penebangan, pertambangan, dan ekspansi perkebunan menyebabkan kerusakan ekologis yang berdampak luas, bukan hanya pada lingkungan, tetapi juga masyarakat adat dan keanekaragaman hayati di kawasan ini.

Dalam jangka panjang, deforestasi dapat mempercepat degradasi ekosistem yang rapuh, memperbesar risiko bencana alam, dan mengubah wajah pulau-pulau di Papua secara permanen. Apa penyebab penggundulan hutan Raja Ampat dan hutan-hutan lain di Papua dan bagaimana solusinya? Kami dari tim WeCare.id. akan mengulasnya secara lengkap di sini. 

Penyebab Utama Penggundulan Hutan di Pulau-pulau Papua

Beberapa faktor utama yang membuat hutan di Papua mengalami deforestasi adalah:

Ekspansi Industri Tambang dan Perkebunan

Penambangan nikel dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama deforestasi. Di Pulau Gag, Raja Ampat, lebih dari 500 hektar hutan telah hilang akibat aktivitas ini. Berdasarkan laporan Earth.org, sekitar satu juta hektare kawasan hutan di Provinsi Papua telah dialihfungsikan menjadi area perkebunan kelapa sawit sejak tahun 2000.

Melansir Mongbay.com, proyek perkebunan tebu skala raksasa di Merauke menambah daftar ancaman. Total dua juta hektare hutan, lahan basah dan padang rumput di kabupaten Merauke telah diratakan untuk membuka lahan perkebunan, menjadikannya salah satu proyek deforestasi terbesar di dunia.

Menurut Antara.com, investor yang telah membuka lahan perkebunan tebu di sana juga akan mulai mengoperasikan pabrik gula pada 2026.

Pembangunan Infrastruktur

Konstruksi infrastruktur jalan dan sarana penunjang industri memicu konversi hutan baru, mempercepat tingkat penggundulan dan pemecahan ekosistem.

Perizinan yang Bermasalah

Banyak aktivitas tambang dan perkebunan dilakukan tanpa persetujuan lingkungan yang memadai atau di luar izin yang seharusnya, memperparah kerusakan.

Dampak Deforestasi Terhadap Lingkungan: Dari Darat hingga Laut

1. Kerusakan Ekosistem Hutan dan Biodiversitas

Penebangan hutan secara masif di pulau-pulau Papua menghancurkan rumah alami spesies flora dan fauna khas setempat. Banyak spesies, seperti penyu, burung maleo, dan berbagai jenis tumbuhan langka, kini semakin terancam punah akibat hilangnya tutupan hutan yang menjadi tempat hidup mereka. 

Pulau-pulau kecil sering kali menjadi pusat keragaman hayati yang tidak tergantikan, sehingga kerusakan di kawasan ini berdampak sangat besar pada biodiversitas nasional dan global.

2. Pencemaran dan Kerusakan Ekosistem Laut

Dampak dari penggundulan hutan adalah limpasan tanah dan material tambang yang mengalir ke pesisir dan laut, menyebabkan sedimentasi berat yang merusak terumbu karang dan ekosistem laut di sekitarnya. 

Raja Ampat, misalnya, yang terkenal sebagai surga bawah laut dunia, kini wisata Raja Ampat menghadapi ancaman serius terhadap kelestarian terumbu karang akibat sedimentasi dan pencemaran limbah tambang. Dampak ini juga mengancam sumber pangan laut yang menjadi andalan masyarakat pesisir.

3. Bencana Alam: Banjir dan Longsor

Berkurangnya lapisan pepohonan mengakibatkan kondisi tanah menjadi labil, meningkatkan potensi bencana banjir bandang dan longsor. Pulau-pulau kecil yang topografinya cenderung curam sangat rentan terhadap bencana ini, yang dapat menghancurkan permukiman dan lahan pertanian warga.

Dampak Sosial Ekonomi bagi Masyarakat Lokal

1. Hilangnya Sumber Penghidupan

Masyarakat adat dan nelayan di pulau-pulau Papua seperti di daerah Raja Ampat sangat bergantung pada hutan dan laut untuk bertahan hidup. 

Dampak penggundulan hutan mengakibatkan hilangnya lahan pertanian, seperti sagu, cengkeh, dan pala, serta menurunnya hasil tangkapan ikan akibat pencemaran dan kerusakan ekosistem laut. Akibatnya, pendapatan dan ketahanan pangan masyarakat menurun drastis.

2. Konflik Sosial dan Marginalisasi

Proses perizinan tambang dan perkebunan sering kali tidak melibatkan masyarakat adat secara adil. Imbasnya menimbulkan ketegangan penguasaan lahan, terpinggirkannya komunitas lokal, dan berakhirnya pengakuan atas wilayah tradisional. Ketidakadilan ini memperparah ketegangan sosial dan mengancam kelangsungan budaya lokal.

Alih fungsi hutan milik adat untuk kepentingan agribisnis skala besar menciptakan gelombang migrasi paksa. Laporan Forest Peoples Programme menyatakan sekitar 20.000 orang masyarakat adat di pulau-pulau Papua harus meninggalkan tanah leluhur dalam lima tahun terakhir. 

Warga Arso yang dipisahkan dari hutan warisan nenek moyang terpaksa menjadi pekerja bergaji rendah di kampung sendiri.

Ancaman Jangka Panjang dan Upaya Penyelamatan

Jika tren deforestasi di pulau-pulau kecil Papua terus berlanjut, Indonesia berisiko kehilangan kekayaan hayati yang tak tergantikan dan menghadapi krisis ekologi yang parah. Penelitian memperkirakan, apabila pola perusakan hutan ini terus berlanjut, jutaan hektar hutan Papua dapat musnah dalam kurun waktu dua puluh tahun ke depan.

Beberapa upaya telah dilakukan. Melansir Kompas.com, Presiden Prabowo Subianto baru saja memerintahkan mencabut izin 4 perusahaan yang melakukan penambangan di Raja Ampat.  Upaya lain untuk menyelamatkan hutan Papua adalah peninjauan ulang tata ruang wilayah berbasis kajian lingkungan hidup strategis. 

Akan tetapi, diperlukan upaya konservasi yang lebih tegas dan penerapan regulasi yang berkelanjutan untuk mencegah kerusakan total di pulau-pulau kecil Papua.

Rehabilitasi Hutan

Contoh Upaya pemerintah dalam mengatasi deforestasi adalah rehabilitasi hutan. Pemerintah Provinsi Papua Barat lewat Dinas Kehutanan tahun ini menyediakan dana sebesar Rp7 miliar untuk kegiatan pemulihan hutan dan lahan Pulau Papua.

Dana tersebut difokuskan untuk memulihkan ekosistem hutan yang rusak, terutama melalui penanaman kembali pohon di sejumlah wilayah terdampak. 

Program ini juga melibatkan partisipasi masyarakat lokal sebagai bagian dari strategi pelestarian yang berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi. Upaya ini mencerminkan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memperkuat ketahanan ekosistem di wilayah Papua Barat.

Jadi Bagian dari Solusi!

Sobat WeCare, kita bisa berperan aktif dalam pemulihan hutan Pulau Papua! Dukung kampanye “Tanam Pohon untuk Indonesia Lestari” dari WeCare.id. Untuk berpartisipasi dalam kampanye tanam pohon ini, Sobat WeCare hanya perlu klik tombol donasi pohon di bagian bawah halaman kampanye tersebut. 

Selanjutnya klik perhitungan emisi. Terdapat dua pilihan yaitu perhitungan emisi untuk alat-alat elektronik dan alat transportasi serta kendaraan. Setelah muncul perhitungan emisi karbon, Sobat WeCare hanya perlu klik “Donasikan Pohon” kemudian lanjutkan dengan pembayaran. Pilih metode pembayaran yang paling mudah untuk kalian.

Mari ambil bagian dalam gerakan pelestarian ini dengan berpartisipasi dalam kampanye tanam pohon yang diinisiasi oleh WeCare.id. Setiap pohon yang Sobat WeCare tanam adalah langkah nyata untuk masa depan Papua dan hutan-hutan lain di Indonesia agar lebih hijau dan lestari.

Referensi

A. Asnawi, R. S. (2025). Tambang Nikel Raja Ampat, Kerusakan Tak Bakal Pulih. Diambil kembali dari mongabay.co.id.

Akbar, N. A. (2025). Prabowo Cabut Izin 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat, Ini Daftarnya. Diambil kembali dari nasional.kompas.com.

Arif, A. (2025). Raja Ampat dan Petaka Lingkungan di Pulau-pulau Kecil yang Ditambang. Diambil kembali dari www.kompas.id.

Greenpeace Indonesia. (2021). Deforestasi Terencana Mengancam Tanah Adat dan Lanskap Hutan di Tanah Papua. Diambil kembali dari www.greenpeace.org.

Hasan, P. (2024). Dampak Kerusakan Lingkungan di Hutan Papua. Diambil kembali dari www.pikiran-rakyat.com.

Jagatpapua. (2025). Tahun Ini, Dishut Alokasikan RP7 Miliar untuk Rehabilitasi Hutan di Papua. Diambil kembali dari jagatpapua.com.

Jong, H. N. (2021). Papua deforestation highlights eastward shift of Indonesia forest clearing. Diambil kembali dari news.mongabay.com.

Jong, H. N. (2021). Plantations and roads strip away Papua’s forests. They’re just getting started. Diambil kembali dari news.mongabay.com.

Jong, H. N. (2024). World’s biggest deforestation project gets underway in Papua for sugarcane. Diambil kembali dari news.mongabay.com.

Linardy, M. (2019). Deforestation causing flash floods in Papua. Diambil kembali dari www.dw.com.

Mongabay. (2021). A Million Hectares of Papuan Forest Licensed for Clearing, Report Shows. Diambil kembali dari earth.org.

Mustika, P. P. (2025). Mereka yang Bertanggung Jawab atas Kerusakan di Raja Ampat. Diambil kembali dari www.kompas.id.Sheil, D. (2021). Deforestation in the world’s largest tropical island: what does the future hold? Diambil kembali dari www.linkedin.com.

Sumber Featured Image : Renaldo Matamoro on Unsplash