Stunting, atau tengkes dalam bahasa Indonesia, merupakan salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh Indonesia. Pemerintah berusaha mencapai target angka penurunan tengkes 14% di tahun 2024. Hal ini sesuai dengan Perpres No. 72 Tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo. Pemerintah melakukan berbagai langkah intervensi untuk mengatasi masalah stunting. Seperti apa langkahnya?
Klik Untuk Donasi - Derita Lumpuh Otak dan Gizi Buruk, Khairy Butuh Biaya untuk Berobat!- Terdanai Rp.21,945,000
- Pencapaian 83.39%
- Donatur 248
Daftar isi:
Seberapa Bahayakah Tengkes?
Sebelum membahas cara penanganan stunting atau tengkes yang dilakukan oleh pemerintah, berikut adalah penjelasan tentang tengkes menurut WHO. Stunting adalah masalah pertumbuhan yang dialami anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial.
Anak dikategorikan mengalami tengkes jika tinggi badannya berada lebih dari dua deviasi standar di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Tengkes pada 1000 hari pertama kehidupan anak dapat menyebabkan dampak negatif seperti rendahnya kognisi dan prestasi pendidikan, hilangnya produktivitas, dan upah yang rendah.
Apabila diikuti dengan kenaikan berat badan yang berlebih atau obesitas, maka akan meningkatkan risiko anak tersebut mengalami penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi ketika dewasa.
Penyebab Tengkes
Menurut UNICEF banyak sekali penyebab terhambatnya pertumbuhan anak-anak sehingga mengalami kekerdilan atau tengkes, di antaranya adalah:
- Kemiskinan
- Ketidaksetaraan antara perkotaan dan pedesaan
- Ketidaksetaraan gender (perempuan memiliki sedikit pendidikan, informasi, dan akses terbatas ke layanan kesehatan)
- Pola makan yang buruk
- Ketidakamanan pangan
- Kualitas makanan yang rendah
- Kebersihan yang buruk
- Air yang tidak bersih
- Sanitasi yang buruk
Sementara itu menurut Kementerian Kesehatan faktor-faktor yang menyebabkan stunting juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi badan ayah dan ibu, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga, cara pengasuhan, dan pemberian ASI eksklusif.
Selain itu, stunting juga disebabkan oleh faktor lain seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, pemberian ASI eksklusif, usia pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi, dan faktor genetik.
Pencegahan
Penanganan stunting bisa dimulai dengan pencegahan. Melansir laman situs Kementerian kesehatan, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah tengkes.
Ketika Masa Remaja (Putri)
Lakukan skrining anemia kemudian ditambah dengan mengonsumsi tablet tambah darah.
Pada Masa Kehamilan
- Rutin periksakan kondisi kehamilan ke dokter.
- Penuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan, termasuk makanan sehat dan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium.
Balita
- Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
- Segera lakukan IMD setelah bayi lahir untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Lanjutkan dengan pemeriksaan rutin ke dokter atau posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Imunisasi
Ikuti jadwal imunisasi yang diterapkan oleh pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai penyakit. - ASI Eksklusif
Berikan ASI eksklusif hingga bayi menginjak usia enam bulan dan kemudian lanjutkan dengan pemberian MPASI yang sehat dan bergizi.
Pemantauan Tumbuh Kembang
Lakukan pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak.
Gaya Hidup Bersih dan Sehat
Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti membersihkan tangan sebelum makan, memastikan air minum bersih, menggunakan jamban untuk buang air besar, dan menjaga sanitasi yang sehat.
Penanganan Stunting yang Dilakukan oleh Pemerintah
Seperti disebutkan sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan di tahun 2024 kasus tengkes turun hingga 14%. Meski sudah terjadi penurunan di tahun 2023 tetapi menurut Menkes penurunan ini cukup lambat. Penurunan hanya 0,1%, yaitu dari 21,6% menjadi 21,5% pada tahun 2023. Langkah-langkah intervensi pun dilakukan oleh pemerintah guna mencapai target angka penurunan tengkes.
Pemerintah telah melakukan tiga intervensi utama untuk mencegah stunting pada perempuan.
- Remaja Putri: Memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) melalui program aksi gizi di sekolah, disertai aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
- Ibu Hamil dan Anak Usia 6-24 Bulan: Memberikan TTD, melakukan pemeriksaan kehamilan, serta memberikan makanan tambahan berupa protein hewani.
- Pengukuran dan Pemantauan: Mengukur kadar hemoglobin pada remaja putri yang menerima TTD, memeriksa kadar zat besi dan gizi pada ibu hamil, serta melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memantau perkembangan janin.
Mari Berdonasi Untuk Mencegah Dampak Buruk Stunting
Bantu Pencegahan Stunting Secara Rutin, Di SIni!
Mengutip laman situs Kementerian Kesehatan, masalah tengkes tak hanya berdampak pada kesehatan tapi juga perekonomian. Dari sisi kesehatan, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tengkes bisa membuat anak gagal tumbuh dan bermasalah dengan perkembangan kognitif juga motorik. Selain itu, anak juga bisa mengalami gangguan metabolik ketika dewasa.
Dari sisi perekonomian, tengkes berpotensi membuat kerugian 2-3% GDP tiap tahunnya. Oleh karena itu penanganan stunting ini perlu dukungan semua pihak.
TemanPeduli bisa ikut membantu masyarakat yang kurang mampu agar anak-anak mereka terbebas dari tengkes dengan cara mengirimkan bantuan donasi melalui WeCare.id. Untuk berdonasi bisa dilakukan melalui situs web WeCare.id atau aplikasi WeCare.id yang bisa diunduh oleh TemanPeduli di Google Play atau App Store.
Yuk, mari bantu pemerintah mengentaskan stunting bersama WeCare.id
Referensi
Agustina, N. (2022). Faktor-faktor Penyebab Kejadian Stunting pada Balita. Diambil kembali dari yankes.kemkes.go.id.
Lestari, T. R. (2023). STUNTING DI INDONESIA: AKAR MASALAH. Info Singkat.
Rokom. (2023). Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Rutherford, E. (2022). The crisis you’ve never heard of: stunting. Diambil kembali dari unicef.org.au.
Stunting in a nutshell. (2015). Diambil kembali dari who.int.Susanti, D. F. (2022). Mengenal Apa Itu Stunting. Diambil kembali dari yankes.kemkes.go.id.
Sumber Featured Image : Iuliia Bondarenko from Pixabay