Angka Kelahiran Rendah, Ini Saran dari Kepala BKKBN

Angka Kelahiran Rendah, Ini Saran dari Kepala BKKBN

Tingkat kelahiran di Indonesia mengalami penurunan selama 50 tahun terakhir, sebuah tren yang juga terjadi secara global. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa angka kelahiran per perempuan di Indonesia menurun dari 5,22 pada tahun 1973 menjadi 2,15 pada tahun 2022. 

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengungkapkan bahwa penurunan Total Fertility Rate (TFR) ini mencerminkan tren yang mengkhawatirkan. Selama satu dekade terakhir, TFR menurun sebesar 0,39 menjadi tingkat ideal 2,18 pada 2024. 

Penurunan ini dikaitkan dengan efektivitas program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak 1970 dan berhasil mencegah ledakan kelahiran selama pandemi Covid-19, yang justru menyebabkan penundaan kelahiran akibat resesi ekonomi. Saat ini, BKKBN menentukan sasaran agar setiap pasangan mempunyai minimal satu anak perempuan guna menjamin regenerasi yang berkesinambungan.

Klik Untuk Donasi - Bantu Wujudkan Manggarai Barat Bebas Stunting
  1. Terdanai Rp.5,852,000
  2. Pencapaian 2.00%
  3. Donatur 54

Tren Penurunan Angka Kelahiran di Daerah Perkotaan

Hasto juga mencatat adanya disparitas dalam angka kelahiran di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa daerah yang memiliki tingkat kelahiran tinggi antara lain:

  • Nusa Tenggara Timur (NTT): tingkat kelahiran yang tinggi, yaitu 3,46 anak per wanita.
  • Papua: Juga menunjukkan angka kelahiran yang tinggi, dengan TFR mencapai 3,20.
  • Sebaliknya, daerah dengan tingkat kelahiran yang rendah mencakup:
  • Jakarta (DKI Jakarta): Angka TFR di daerah ini hanya mencapai 1,89 anak per wanita.
  • Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Mencatat TFR sekitar 1,90 anak per wanita.
  • Jawa Barat: Angka kelahiran di daerah ini juga tergolong rendah, dengan total fertility rate (TFR) sebesar 2,00.

Penurunan angka kelahiran ini mencerminkan tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam menjaga keseimbangan demografi dan regenerasi penduduk di masa depan.

Atas rendahnya tingkat kelahiran tersebut, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menyarankan setiap keluarga memiliki setidaknya satu anak perempuan untuk menjaga keseimbangan populasi. Pernyataan Kepala BKKBN tersebut sontak mendapat kritikan dari warganet yang merasa tidak setuju dengan saran tersebut.

Penurunan Tingkat Kelahiran Menurut Kepala BKKBN

Penurunan ini menunjukkan pola progresif dan mengkhawatirkan, terutama karena beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tren ini. Berikut adalah faktor-faktor penyebab penurunan angka kelahiran di Indonesia menurut Hasto Wardoyo yang disampaikannya kepada beberapa media massa:

  • Penurunan Jumlah Pernikahan

Jumlah orang yang menikah menurun, berdampak langsung pada penurunan angka kelahiran.

  • Penundaan Usia Pernikahan

Usia rata-rata pernikahan wanita meningkat dari 19-20 tahun menjadi 22 tahun, mempengaruhi kesehatan reproduksi dan peluang memiliki anak.

  • Faktor Biologis

Kesuburan wanita menurun drastis setelah usia 35 tahun, mengurangi kemungkinan memiliki anak.

  • Gerakan Child Free

Meningkatnya kesadaran dan pilihan untuk tidak memiliki anak, dipicu oleh alasan finansial, psikologis, dan keinginan untuk tidak menyusahkan anak di masa depan.

  • Pendidikan dan Ekonomi

Tingginya tingkat pendidikan dan ekonomi berkaitan dengan jumlah anak yang lebih sedikit. Mereka yang tinggal di perkotaan dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki anak lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pedesaan dan memiliki pendidikan yang lebih rendah.

  • Urbanisasi

Semakin banyak orang yang tinggal di kota, yang biasanya memiliki angka kelahiran lebih rendah dibandingkan dengan di pedesaan.

Mengidap Thalassemia dan Gizi Buruk, Andini Harus Transfusi Darah Seumur Hidupnya!

Penyebab Penurunan Menurut Survei BPS

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada Februari 2023, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan penurunan angka kelahiran di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa alasan utama yang diidentifikasi dari survei tersebut:

  • Ketidaksiapan Fisik dan Mental

Banyak pasangan merasa belum siap secara fisik dan mental untuk memiliki anak, yang menjadi salah satu alasan utama keputusan untuk tidak memiliki anak (childfree).

  • Alasan Pribadi

Trauma pribadi juga memainkan peran penting dalam keputusan untuk tidak memiliki anak, di mana beberapa individu memilih untuk childfree karena pengalaman negatif di masa lalu.

  • Faktor Ekonomi

Biaya tinggi untuk membesarkan anak dan mengelola rumah tangga juga menjadi alasan signifikan. Kenaikan biaya pendidikan dari SD hingga SMA pada 2021 mencapai 28,3% dibandingkan dengan 2018, dan pengeluaran rumah tangga pada 2023 naik 13,9% dibandingkan dengan 2020.

Tren Penurunan Angka Pernikahan

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala BKKBN, penurunan angka kelahiran yang terjadi saat ini salah satu penyebabnya adalah karena jumlah angka pernikahan yang menurun. Melansir laman situs Kumparan menurut perencana keuangan Mike Rini dan Andy Nugroho penyebab menurunnya angka pernikahan di Indonesia diakibatkan faktor ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan per tahunnya sempat mencapai rekor tertinggi sebanyak 2,21 juta pasangan pada 2013, namun sejak 2019 terus menurun hingga di bawah angka 1,6 juta pasangan pada 2023. Berikut adalah faktor-faktor penyebabnya:

Faktor Ekonomi

  • Tingginya Biaya Pernikahan: Banyak pasangan merasa terbebani dengan biaya yang tinggi, baik untuk pesta pernikahan maupun kebutuhan pasca-pernikahan, sehingga mereka menunda pernikahan hingga lebih stabil secara finansial.
  • Kesadaran Finansial: Generasi muda semakin melek finansial dan berhati-hati dalam mengambil keputusan besar, menyadari bahwa menikah memerlukan persiapan dana yang signifikan.

Faktor Mental

  • Kesehatan Mental: Kaum muda kini lebih menyadari pentingnya kesiapan mental sebelum menikah, ingin memastikan mereka mampu menghadapi tantangan dalam pernikahan.

Faktor Prioritas Hidup

  • Melanjutkan Pendidikan atau Karier: Banyak yang memilih untuk fokus pada pendidikan atau karier terlebih dahulu, merasa lebih mudah mengejar cita-cita tanpa tanggung jawab pernikahan.
  • Kemandirian Wanita: Kemandirian finansial wanita semakin meningkat, mendorong mereka untuk lebih fokus pada karier sebelum menikah.

Faktor Pola Pikir yang Berubah

  • Pandangan terhadap Pernikahan: Banyak yang melihat pernikahan sebagai komitmen jangka panjang yang memerlukan pemikiran matang, dengan harapan pembagian tugas yang lebih seimbang.
  • Selektivitas dalam Memilih Pasangan: Orang menjadi lebih selektif dalam memilih pasangan, mencari kecocokan dalam nilai-nilai dan tujuan hidup.

Faktor Sosial:

  • Ketakutan atau Trauma: Pengalaman negatif seperti perceraian atau kekerasan dalam rumah tangga membuat anak muda lebih berhati-hati dalam keputusan menikah.
  • Pandangan yang Lebih Terbuka: Masyarakat kini lebih terbuka terhadap pernikahan, tidak lagi melihatnya sebagai keharusan, dan menganggap tidak masalah jika memilih untuk tidak menikah.

Faktor Ekonomi dan Penurunan Angka Kelahiran

Berdasarkan hasil dari survei BPS 2023 disebutkan faktor ekonomi menjadi penyebab angka kelahiran menurun. Biaya hidup yang semakin tinggi membuat orang berpikir panjang untuk memiliki anak. Ditambah lagi menurut data Kementerian Ketenagakerjaan hingga bulan Juni 2024 terjadi peningkatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah.

Akibatnya, banyak keluarga kini tercekik dengan biaya hidup yang melonjak, membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Hal ini semakin parah bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, di mana akses untuk berobat saat sakit menjadi terbatas dan kemampuan untuk memberikan gizi yang baik bagi anak-anak pun menurun drastis. 

Dalam situasi sulit ini, penting bagi kita untuk saling membantu. Mari kita berikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan dengan cara berdonasi. Setiap sumbangan, sekecil apa pun, dapat memberikan dampak yang besar bagi kehidupan keluarga yang terpuruk. Kirimkan donasi melalui WeCare.id. Donasi bisa dikirimkan via situs web WeCare.id atau aplikasi WeCare.id

Yuk, bersama WeCare.id kita ulurkan tangan untuk membantu sesama!

Referensi

Adhiyasa, D., & Berlian, I. (2024). Kepala BKKBN Sebut Usia Perempuan Menikah di Indonesia Alami Kemunduran. Diambil kembali dari viva.co.id.

Orang RI Kian Malas Menikah? Faktor Ekonomi hingga Fokus ke Karier Jadi Sebab. (2024). Diambil kembali dari kumparan.com.

Pau, A. I. (2024). BKKBN Ungkap Penurunan Drastis Angka Kelahiran di Indonesia. Diambil kembali dari rri.co.id.

Stevany, R. (2024). Tingkat Kelahiran Penduduk Indonesia Mengalami Penurunan. Diambil kembali dari rri.co.id.Tenaga Kerja ter-PHK, Juni Tahun 2024. (2024). Diambil kembali dari satudata.kemnaker.go.id.

Sumber Featured Image : Camylla Battani on Unsplash