Frambusia yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Patek atau Bubo merupakan penyakit kulit menular menahun yang bisa kambuh. Penyebab penyakit frambusia adalah kuman Treponema pertenue. Biasanya penyakit ini menyerang kulit dan jaringan lunak, dan dapat menyebabkan luka dan kerusakan pada jaringan yang parah jika tidak diobati.
Daftar isi:
Frambusia Menurut WHO
Menurut World Health Organization (WHO), frambusia adalah penyakit menular yang khususnya terjadi di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyakit ini pada umumnya lebih sering terjadi di negara-negara yang kondisi sosial-ekonominya rendah dan sanitasi yang buruk.
Frambusia ditemukan di beberapa negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, termasuk Indonesia. Dilaporkan beberapa daerah di Indonesia yang tingkat kejadian frambusia yang tinggi antara lain Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.
Walaupun penyakit kulit ini sudah dihapus dari daftar penyakit menular prioritas WHO pada tahun 2020, akan tetapi penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara di dunia. WHO dan organisasi kesehatan nasional berupaya untuk melakukan pencegahan serta penanganannya penyakit kulit ini.
Gejala dan Tahap Penularan Frambusia
Penyebab utama frambusia adalah subspecies treponema pallidum, bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual sifilis. Namun, penyakit frambusia tidak ditularkan secara seksual. Selain itu, berbeda dengan sifilis, penyakit ini tidak berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang pada jantung dan sistem kardiovaskular.
Frambusia hampir selalu ditularkan dengan cara kontak langsung dengan kulit dari orang yang terinfeksi. Ada 3 tahap penularan, yaitu:
Klik Untuk Donasi - Derita Kelainan Kulit yang Tak Kunjung Sembuh, Eka Butuh Pertolongan Segera!- Terdanai Rp.948,000
- Pencapaian 2.83%
- Donatur 28
Tahap awal
Kurang lebih 3 – 5 minggu sesudah seseorang terpapar penyakit ini, di kulit muncul benjolan seperti buah raspberry. Biasanya benjolan itu muncul di kaki atau pantat. Terkadang benjolan yang disebut frambesioma atau mother yaw ini akan tumbuh lebih besar dan membentuk kerak berwarna kuning yang tipis.
Area tersebut bisa terasa gatal dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitarnya. Biasanya benjolan dalam waktu 6 bulan akan sembuh sendiri, dan kerap meninggalkan bekas luka.
Tahap kedua
Tahap selanjutnya dapat dimulai di saat mother yaw masih ada, atau mungkin baru mulai muncul setelah beberapa minggu atau bulan setelah tahap pertama frambusia sembuh. Pada tahap ini, muncul ruam yang berkerak, yang bisa muncul di wajah, lengan, kaki, dan pantat.
Selain itu, ruam juga bisa muncul di Bagian bawah kaki. Karena ruamnya menyakitkan, maka akan sulit dan sakit saat berjalan. Pada tahan ini penyakit tersebut bisa juga menyerang tulang dan sendi, tapi biasanya tidak menyebabkan kerusakan di area ini.
Tahap akhir
Tahap ini hanya terjadi pada sekitar 10% orang yang terinfeksi penyakit kulit menular ini. Tahap ini dimulai sekurangnya 5 tahun sesudah tahap awal frambusia dimulai, dan dapat mengakibatkan kerusakan parah pada kulit, tulang, serta sendi, khususnya di kaki.
Tahap akhir juga bisa menyebabkan bentuk penyakit disfungsi wajah yang disebut gangosa atau rhinopharyngitis mutilans karena menyerang dan menghancurkan bagian hidung, rahang atas, langit-langit mulut serta bagian tenggorokan yang disebut faring. Apabila terdapat pembengkakan di area hidung, orang yang menderita frambusia tahap akhir bisa mengalami sakit kepala, pilek.
Pada tahap lanjut, luka pada kulit dan tulang bisa mengakibatkan deformitas (kelainan bentuk pada kaki) dan kecacatan yang parah. Kondisi ini terjadi pada hingga 1 dari 5 orang yang tidak diberikan pengobatan antibiotik.
Alami Kelainan Kulit Langka pada Tubuhnya, Dikri Butuh Biaya untuk Berobat!
Cara Pengobatan Penyakit Frambusia
Pengobatan penyakit Frambusia menggunakan 1 dosis penisilin, atau 3 dosis mingguan untuk penyakit tahap akhir. Setelah pengobatan, penyakit ini sangat jarang kambuh lagi. Mereka yang tinggal serumah dengan pasien penyakit frambusia juga harus diperiksa dan jika terinfeksi harus segera diobati.
Kemungkinan Sembuh
Apabila semenjak awal dilakukan pengobatan, penyakit kulit ini bisa sembuh. Untuk ruam kemungkinan memerlukan waktu beberapa bulan untuk bisa sembuh.
Pada tahap akhir, frambusia dapat menyebabkan kerusakan pada kulit dan tulang. Kerusakan ini mungkin tidak dapat sembuh seperti semula, bahkan dengan pengobatan sekali pun.
Kemungkinan Komplikasi
Frambusia dapat merusak kulit dan tulang. Hal ini bisa mempengaruhi penampilan dan kemampuan seseorang untuk bergerak. Selain itu, bisa juga menyebabkan deformitas pada kaki, hidung, langit-langit mulut, dan rahang atas.
Apabila memiliki luka pada kulit atau tulang yang tak kunjung sembuh ataupun tinggal di daerah tropis yang dilaporkan banyak terjadi kasus frambusia, maka segeralah periksakan diri atau anggota keluarga
Kasus Frambusia di Indonesia
8 daerah di Indonesia sudah sukses melakukan eradikasi penyakit frambusia. Atas keberhasilannya tersebut pada 7 April 2021, kedelapan daerah tersebut diganjar penghargaan oleh Kementerian Kesehatan yang diserahkan langsung oleh Budi Gunadi Sadikit, Menkes RI. Menurut Dirjen P2P Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, eradikasi penyakit kulit menular tersebut merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk dicapai di tahun 2024.
Itulah informasi penting seputar frambusia, penyakit kulit menular dan kambuhan yang kini berusaha dihilangkan Indonesia. Agar terhindar dari penyakit tersebut, jangan lupa untuk selalu hidup sehat dan juga menjaga kebersihan lingkungan.
Tak hanya frambusia yang berbahaya, banyak penyakit lain yang mengancam nyawa dan beberapa dari pasiennya mengalami kesulitan biaya pengobatan. Kamu bisa berdonasi untuk membantu mereka melalui WeCare.id dengan mengunjungi situs web WeCare.id. Bisa juga dengan mengunduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja.
Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!
Referensi
Bila Ditemukan Dini dan Diobati dengan Baik Dapat Mencegah Kecacatan. (2009). Retrieved from kemkes.go.id.
Kusumastuti, R. A. (2023). Mengenal Apa Itu Frambusia, Gejala, dan Cara Mengobatinya. Retrieved from health.kompas.com.
Rokom. (2021). 9 Wilayah Berhasil Capai Eradikasi Frambusia dan Eliminasi Kusta. Retrieved from sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Yaws. (1989). Retrieved from rarediseases.org.
Yaws. (2014). Retrieved from drugs.com.
Yaws. (2017). Retrieved from mountsinai.org.Yaws. (2023). Retrieved from who.int.