Kosmetik dan skincare sudah jadi bagian rutin kehidupan kita, dari sabun mandi pagi sampai krim malam. Tapi tahukah Sobat WeCare, dibalik janji kecantikannya, beberapa produk menyelundupkan bahan kosmetik berbahaya yang mengancam kesehatan?
Badan POM bahkan merilis 16 produk kosmetik ilegal di awal 2025 karena mengandung zat berisiko tinggi seperti merkuri, asam retinoat, dan pewarna karsinogenik. Yuk, kenali lebih dalam tentang bahan-bahan yang sebaiknya kita hindari dalam produk kecantikan sehari-hari!
Daftar isi:
Bahan Kosmetik Berbahaya
Kasus temuan bahan kosmetik berbahaya di Indonesia terus meningkat. Temuan BPOM di kuartal pertama 2025 mengungkap 16 item kosmetik positif mengandung zat merugikan kesehatan, antara lain merkuri, retinoic acid, hidrokuinon, timbal, dan pewarna Red K10.
10 produk lokal dan 6 impor terbukti mengandung zat beracun seperti merkuri yang sebabkan bintik hitam permanen (ochronosis) hingga gagal ginjal. Penggunaan asam retinoat yang terdapat dalam krim malam dapat membahayakan kesehatan janin jika dipakai selama masa kehamilan.
Tak kalah mengerikan, pewarna merah K10 (Rhodamin B) yang sering dipalsukan dalam lipstik bisa memicu kanker hati.
Bahan Skincare yang Harus Dihindari
Berikut adalah 10 bahan skincare yang harus dihindari karena efek sampingnya yang serius:
- Paraben (methylparaben, propylparaben)
Mengganggu keseimbangan hormon estrogen dan diduga terkait kanker payudara. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Science of The Total Environment (2024) menunjukkan bahwa paraben juga ditemukan dalam sampel jaringan pasien yang menderita kanker payudara, yang mengisyaratkan adanya kemungkinan keterkaitan antara paraben dan perkembangan kanker.
- Phthalates
Sering ditemukan di parfum dan cat kuku, phthalates dapat merusak sistem reproduksi dan dikaitkan dengan gangguan hormon serta risiko infertilitas seperti yang dinyatakan oleh penelitian yang dipublikasikan pada jurnal The Lancet Planetary Health (2024).
- Formaldehyde
Digunakan sebagai pengawet, formaldehyde adalah zat karsinogenik. Studi 2025 yang diterbitkan pada jurnal Environmental Science & Technology Letters menunjukkan 53% responden menggunakan produk dengan formaldehyde atau turunannya, yang dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan saluran pernapasan.
- SLS/SLES (Sodium Lauryl/Laureth Sulfate)
Penelitian tahun 2023 yang dipublikasikan pada Journal of Clinical Toxicology menyebutkan bahan pembersih ini dapat menyebabkan iritasi kulit, kering, dan mengelupas. Efek jangka panjangnya juga dikaitkan dengan gangguan penghalang kulit.
- Triclosan
Penelitian yang dimuat di jurnal Toxicological Research (2019) menunjukkan bahwa zat antimikroba ini dapat merusak keseimbangan hormon dan memicu terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik.
- Toluene
Umumnya terdapat di cat kuku. Melansir laman Campaign for Safe Cosmetics, toluene bisa memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan pusing hingga gangguan pernapasan.
- Oxybenzone
Sering ditemukan di sunscreen. Dalam review artikel yang terbit pada jurnal Frontiers (2024) disebutkan oxybenzone adalah disruptor hormon yang bisa mengganggu sistem endokrin (jaringan kelenjar yang melepaskan hormon) dan telah ditemukan dalam kadar tinggi pada beberapa produk tabir surya.
- Coal Tar Dyes
Penelitian 2017 pada jurnal Food and Chemical Toxicology menyebutkan pewarna artifisial ini memiliki risiko karsinogenik (dapat memicu pertumbuhan sel kanker) dan dapat menyebabkan gangguan iritasi pada permukaan kulit. Beberapa jenis pewarna (seperti Red K10) dilarang BPOM karena sifat karsinogeniknya.
- Fragrance (Parfum)
Dalam jurnal Frontiers (2024) disebutkan bahwa komponen ini sering menjadi penyebab alergi dan kadang mengandung zat kimia tersembunyi yang tidak dicantumkan pada label. Fragrance juga dapat mengandung phthalates.
- Talc (yang terkontaminasi asbestos)
Melansir Campaign for Safe Cosmetics, talc yang tercemar zat asbes dapat mempertinggi kemungkinan terkena kanker paru-paru dan kanker pada organ reproduksi wanita.
Efek Paraben dalam Kosmetik
Efek paraben dalam kosmetik semakin mendapat sorotan. Riset 2024 menunjukkan paparan paraben (MeP, EtP, PrP) pada konsentrasi tinggi terkait dengan risiko kanker payudara, obesitas, dan infertilitas.
Penggunaan paraben dapat memicu kondisi stres oksidatif, berdampak negatif pada fungsi hati dan ginjal, sekaligus menyebabkan reaksi alergi bagi pemilik kulit sensitif.

Formaldehyde di Produk Kecantikan
Formaldehyde di produk kecantikan masih menjadi masalah global. Studi terbaru (2025) menemukan formaldehyde dan turunannya hadir di lebih dari 53% produk personal care yang diuji, termasuk sampo, body wash, dan conditioner.
Paparan formaldehyde dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan iritasi pada kulit, gangguan sistem pernapasan, dan meningkatkan probabilitas terkena kanker. Otoritas kesehatan Amerika Serikat kini sedang mengevaluasi pelarangan formaldehyde dalam produk smoothing rambut, sementara regulator Indonesia membatasi kadar maksimal hingga 0,2%.
Cara Memilih Kosmetik Aman
Untuk melindungi diri dari risiko bahan kimia berbahaya dalam kosmetik, simak panduan berikut dalam memilih produk kecantikan yang aman yang diambil dari beberapa sumber:
- Cek Kemasan dan Label
Pastikan kemasan utuh, label jelas, dan terdapat informasi komposisi bahan.
- Periksa Izin Edar BPOM
Nomor izin edar (NIE) wajib ada pada kemasan. Cek keasliannya di situs resmi BPOM. Pada 2025, BPOM telah menarik 91 produk ilegal dan berbahaya dari peredaran.
- Perhatikan Tanggal Kedaluwarsa
Jangan gunakan produk yang sudah lewat masa berlaku.
- Hindari Kosmetik Ilegal
Jangan sampai terpancing harga murah yang tidak menjamin keamanan produk.
- Lakukan Patch Test
Uji coba produk di area kecil kulit sebelum pemakaian rutin untuk menghindari reaksi alergi.
Kandungan Kosmetik yang Dilarang BPOM
BPOM secara rutin memperbarui daftar kandungan kosmetik yang dilarang. Berikut data terbaru (2025):
Bahan Berbahaya | Efek Negatif Utama |
Merkuri | Kerusakan ginjal, kanker, iritasi |
Hidrokuinon | Hiperpigmentasi, ochronosis |
Asam Retinoat | Teratogenik, iritasi kulit |
Timbal | Kerusakan organ, gangguan saraf |
Pewarna Merah K10 | Karsinogenik, gangguan hati |
BPOM juga menyoroti bahaya paraben, formaldehyde, dan phthalates yang masih ditemukan pada produk di pasaran dan terus memperketat pengawasan serta regulasi.
Lindungi Diri, Cerdas Memilih!
Menjadi konsumen cerdas adalah kunci untuk terhindar dari bahan kosmetik berbahaya. Hindari tergiur dengan klaim hasil instan maupun desain kemasan yang eye-catching. Selalu cek komposisi, izin edar, dan pilih produk yang sudah terdaftar di BPOM. Dengan begitu, Sobat WeCare bisa tetap tampil percaya diri tanpa mengorbankan kesehatan.
Ingat, kulit sehat adalah investasi jangka panjang, jadi jangan ragu untuk lebih teliti sebelum membeli!
Yuk, buka WeCare.id sekarang! Temukan panduan kesehatan & gaya hidup terpercaya untuk tingkatkan hidup Sobat WeCare. Jangan tunda, jelajahi sekarang dan unduh aplikasi kami, WeCare.id di Google Play Store atau App Store agar lebih mudah dapatkan bahasan terkini.
Referensi
Administrator. (2022). Yuk Pahami Cara Memilih Kosmetik Yang Aman. Diambil kembali dari dinkes.jakarta.go.id.
Alnuqaydan, A. M. (2024). The dark side of beauty: an in-depth analysis of the health hazards and toxicological impact of synthetic cosmetics and personal care products. Frontiers. Diambil kembali dari www.frontiersin.org.
Al-Qudaihi, G., Al-Rouqi, R., & Al-Saleh, I. (2025). Evaluating paraben concentrations in skincare products and assessing their potential health risks. Journal of Environmental Exposure Assessment.
Calisir, M., Nur, G., & Caylak, E. (2025). Investigating methylparaben’s oxidative stress effects on rainbow trout blood, liver, and kidney toxicity. Onderstepoort Journal of Veterinary Research.
Chatterjee, S., dkk. (2024). Parabens as the double-edged sword: Understanding the benefits and potential health risks. Science of The Total Environment.
Cohen, R., dkk. (2025). Cancer-causing chemicals are in many beauty products women use, a study finds. Diambil kembali dari www.npr.org.
Dhruv, D. (2023). The Study of Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Toxicity. Journal of Clinical Toxicology.
Dodson, R. E., dkk. (2025). Formaldehyde and Formaldehyde Releasing Preservatives in Personal Care Products Used by Black Women and LatinasClick to copy article link. Environmental Science & Technology Letters.
He, H. (2024). Indonesia BPOM Unveils the 2024 Legislative Plan, Involving Cosmetic Notification, Labeling, Ingredient Requirements, Adverse Reaction Monitoring, Contamination Limits. Diambil kembali dari cosmetic.chemlinked.com.
Janiga-MacNelly, A., McGraw , M., Fernandez-Luna , M. T., & Lavado , R. (2025). Assessment of the toxic effects of parabens, commonly used preservatives in cosmetics, and their halogenated by-products on human skin and endothelial cells. NAM Journal.
Kepala BPOM Rilis Daftar Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan atau Dilarang Hasil Intensifikasi Pengawasan di Awal Tahun 2025. (2025). Diambil kembali dari www.pom.go.id.
Lee, J. D., dkk. (2019). Risk Assessment of Triclosan, a Cosmetic Preservative. Toxicological Research.
Lee, M., dkk. (2017). Evaluation of ocular irritancy of coal-tar dyes used in cosmetics employing reconstructed human cornea-like epithelium and short time exposure tests. Food and Chemical Toxicology.
Luthfia, A. (2025). Waspada! Ini 16 produk kosmetik berbahaya temuan BPOM 2025. Diambil kembali dari www.antaranews.com.
Phthalates in Cosmetics. (2022). Diambil kembali dari www.fda.gov.
PRI Author. (2024). Safety Testing for Cosmetics in Indonesia: Steps and Standards. Diambil kembali dari productregistrationindonesia.com.
Talc. (2015). Diambil kembali dari www.safecosmetics.org.
Talc. (2024). Diambil kembali dari www.fda.gov.
Toluene. (2015). Diambil kembali dari www.safecosmetics.org.
Trasande, L., dkk. (2024). Prenatal phthalate exposure and adverse birth outcomes in the USA: a prospective analysis of births and estimates of attributable burden and costs. The Lancet Planetary Health.
Warokka, S. I. (2025). Navigating BPOM Registration: A Guide to Cosmetics Distribution Permits in Indonesia. Diambil kembali dari ssek.com.Xiong, Y., dkk. (2025). Associations between phenol and paraben exposure and the risk of developing breast cancer in adult women: a cross-sectional study. Scientific Reports.
Sumber Featured Image : Edz Norton on Unsplash