Dampak Gizi Buruk: Jenis & Risiko Penyakitnya

Dampak Gizi Buruk: Jenis & Risiko Penyakitnya

Kita sudah sangat familier dengan istilah “gizi buruk”. Kondisi ini bukan sekadar masalah kekurangan makanan, tapi juga ketidakseimbangan asupan nutrisi yang bisa menyebabkan berbagai penyakit defisiensi nutrisi dan gangguan kesehatan serius, selain stunting. Dampak gizi buruk memiliki efek yang sangat beragam dan serius bagi kesehatan.

Salah satu isu besar di Indonesia adalah stunting, yang merupakan akibat jangka panjang dari kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan. Namun, selain stunting, ada banyak penyakit lain yang bisa muncul akibat gizi buruk, baik karena kekurangan maupun kelebihan asupan nutrisi.

Penasaran apa saja penyakit yang bisa timbul akibat gizi buruk? Yuk, simak penjelasan lengkap dari tim kami dari WeCare.id di artikel ini!

Penyakit Akibat Kekurangan Gizi (Undernutrition)

Ini kelompok penyakit yang muncul karena tubuh kekurangan asupan nutrisi penting secara kronis. Sangat terkait erat dengan konsep penyakit defisiensi nutrisi.

  1. Marasmus

Marasmus adalah bentuk paling parah dari kekurangan energi dan protein, biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami kelaparan kronis. Ciri khasnya adalah tubuh sangat kurus, otot dan lemak di bawah kulit menghilang, serta pertumbuhan terhenti.

Anak yang mengalami marasmus tampak sangat lemah, berat badannya jauh di bawah normal, dan sering kali mengalami stunting. Marasmus terjadi ketika tubuh kekurangan semua makronutrien penting seperti karbohidrat, protein, dan lemak, sehingga tubuh menggunakan cadangan energi hingga benar-benar habis.

  1. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah penyakit akibat kekurangan protein yang lebih berat daripada kekurangan kalori. Biasanya menyerang anak-anak yang baru disapih dan mulai mengonsumsi makanan pokok tinggi karbohidrat namun rendah protein, seperti nasi atau singkong.

Tanda-tanda khasnya meliputi pembengkakan pada area kaki, tangan, dan wajah beserta perut yang membuncit, kelainan pigmentasi kulit, serta rambut yang berubah warna menjadi kemerah-merahan atau kekuningan dan gampang rontok. Anak dengan kwashiorkor juga sering kali rewel dan mudah marah karena ketidaknyamanan fisik yang dialami.

  1. Marasmic-Kwashiorkor

Marasmic-kwashiorkor adalah kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Anak yang mengalami marasmic-kwashiorkor menunjukkan gejala dari kedua kondisi – tubuh sangat kurus seperti marasmus namun juga mengalami pembengkakan seperti kwashiorkor karena retensi cairan. 

Mengingat tingkat bahayanya yang tinggi, penanganan medis yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk kondisi ini.

  1. Anemia Defisiensi Besi

Salah satu penyakit kekurangan gizi yang paling banyak terjadi di dunia, termasuk Indonesia, adalah anemia defisiensi besi. Penyakit ini terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin, komponen utama sel darah merah.

Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen sehingga penderita mudah lelah, lemas, pucat, dan sulit berkonsentrasi. Risiko komplikasi kehamilan dan kelahiran dini meningkat pada ibu hamil dengan anemia akibat kekurangan zat besi.

  1. Defisiensi Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan rabun senja, kebutaan, serta penurunan daya tahan tubuh. Selain itu, defisiensi vitamin A juga menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah sakit.

Gejala awalnya adalah rabun senja, di mana penderita sulit melihat saat cahaya redup. Jika dibiarkan, bisa berkembang menjadi xeroftalmia (mata kering), keratomalasia, hingga kebutaan total.

  1. Defisiensi Yodium

Defisiensi yodium menyebabkan gangguan pada kelenjar tiroid, seperti gondok (pembesaran kelenjar tiroid) dan kretinisme pada anak-anak. Gondok ditandai dengan benjolan di leher, sedangkan kretinisme menyebabkan keterbelakangan mental dan pertumbuhan yang sangat terhambat.

Ibu hamil yang kekurangan yodium berisiko melahirkan bayi dengan cacat lahir dan gangguan perkembangan otak.

  1. Defisiensi Zinc (Seng)

Zinc berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan perkembangan sel, sehingga kekurangannya bisa berdampak luas pada kesehatan.

Kekurangan zinc dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, rambut rontok, diare kronis, dan penurunan daya tahan tubuh. Anak-anak yang kekurangan zinc juga berisiko mengalami stunting dan lebih rentan terhadap infeksi.

  1. Skorbut (Scurvy)

Skorbut muncul akibat defisiensi vitamin C berkepanjangan. Vitamin C sangat penting untuk pembentukan kolagen, sehingga kekurangannya berdampak pada kesehatan jaringan ikat dan pembuluh darah.

Gejalanya meliputi gusi bengkak dan berdarah, gigi goyang, mudah memar, dan penyembuhan luka yang lambat. Meskipun jarang terjadi di era modern, skorbut masih bisa muncul pada orang yang sangat jarang mengonsumsi buah dan sayuran segar.

  1. Beri-beri

Beri-beri adalah penyakit akibat kekurangan vitamin B1 (tiamin). Ada dua jenis utama: beri-beri kering (menyerang saraf, menyebabkan kelemahan otot dan kesemutan) dan beri-beri basah (menyerang jantung dan pembuluh darah, menyebabkan pembengkakan pada kaki dan sesak napas).

Gejala meliputi kelemahan otot, kesemutan di tangan dan kaki, serta gangguan jantung. Kondisi ini sering ditemukan pada orang yang pola makannya didominasi oleh nasi putih tanpa variasi makanan lain.

  1. Pellagra

Pellagra terjadi karena kekurangan vitamin B3 atau niasin. Tanda khas pellagra dikenal sebagai “3D”: dermatitis (peradangan kulit), diare, dan demensia. Kulit menjadi kasar dan bersisik, terutama di area yang terkena sinar matahari.

Penderita pellagra juga mengalami gangguan pencernaan dan mental yang bisa berkembang menjadi demensia jika tidak ditangani. Tanpa penanganan medis yang memadai, pellagra bisa merusak fungsi saraf di otak hingga mengancam jiwa. Luka kulit yang muncul juga rentan terinfeksi.

  1. Rakitis (Rickets)

Kurangnya vitamin D dan atau kalsium pada anak menghambat mineralisasi tulang menyebabkan rakitis. Tulang menjadi lunak, mudah bengkok, dan anak tampak pendek dengan bentuk kaki O atau X. 

Anak-anak yang mengalami rakitis mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, disertai dengan keterlambatan erupsi gigi atau kerusakan struktur gigi yang mudah terjadi. Rakitis sering menyerang anak-anak yang kurang terkena sinar matahari dan tidak cukup mengonsumsi makanan bergizi.

  1. Osteomalacia

Osteomalacia adalah versi dewasa dari rakitis, yaitu pelunakan tulang akibat kekurangan vitamin D atau kalsium. Gejalanya berupa nyeri tulang, kelemahan otot, dan risiko patah tulang meningkat. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita, terutama yang jarang terpapar sinar matahari atau memiliki pola makan rendah kalsium dan vitamin D.

  1. Obesitas

Obesitas adalah dampak gizi buruk akibat kelebihan asupan energi yang tidak seimbang dengan aktivitas fisik. Penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan yang dikeluarkan tubuh.

Obesitas meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, hipertensi, serta jenis kanker tertentu. Lemak tubuh yang menumpuk juga menyebabkan peradangan kronis dan menurunkan kualitas hidup.

  1. Kelebihan Berat Badan

Kelebihan berat badan (overweight) juga merupakan bentuk gizi buruk yang sering diabaikan. Orang dengan kelebihan berat badan berisiko mengalami penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, hipertensi, dan gangguan metabolisme lainnya. Kelebihan berat badan pada anak juga dapat meningkatkan risiko stunting dan masalah kesehatan di masa depan.

  1. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah penyakit metabolik akibat resistensi insulin, sering terjadi pada orang dengan obesitas atau kelebihan berat badan. Gula darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi berat seperti kebutaan, gagal ginjal, dan penyakit jantung.

  1. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah salah satu dampak paling serius dari gizi buruk, terutama pada penderita obesitas dan kelebihan berat badan. Penumpukan lemak di pembuluh darah jantung menyebabkan penyempitan arteri, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Pencegahan terbaik adalah dengan menjaga pola makan seimbang dan gaya hidup aktif sejak dini.

  1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering dikaitkan dengan pola makan tinggi garam, lemak, dan kalori. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kerusakan organ vital lainnya.

  1. Beberapa Jenis Kanker (Terkait Obesitas)

Obesitas dapat memicu timbulnya beragam penyakit kanker, seperti kanker kolorektal, kanker payudara, dan kanker prostat. Lemak tubuh yang berlebih dapat memicu peradangan dan perubahan hormon yang memicu pertumbuhan sel kanker.

  1. Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (NAFLD)

NAFLD atau Non-Alcoholic Fatty Liver Disease terjadi ketika lemak menumpuk di hati meskipun penderita tidak mengonsumsi alkohol. Kondisi medis ini umumnya terkait dengan berat badan berlebih dan diabetes tipe 2. Jika tidak ditangani, NAFLD bisa berkembang menjadi sirosis dan gagal hati yang mengancam nyawa.

  1. Stunting di Daerah 3T: Tantangan dan Upaya Penanganan

Kondisi gagal tumbuh pada anak atau stunting dipicu oleh defisiensi nutrisi berkelanjutan. Akibat dari stunting tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif dan kemampuan belajar mereka, sehingga berpotensi mengurangi kualitas hidup mereka di masa depan.

Stunting menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di Indonesia, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Anak-anak yang tinggal di daerah tersebut sangat rentan mengalami kondisi ini.

Aksi Nyata untuk Generasi Bebas Stunting

Anak-anak di daerah 3T adalah masa depan Indonesia. Mereka berhak tumbuh sehat, cerdas, dan meraih potensi terbaiknya. Namun, tanpa dukungan kita, risiko stunting akan terus menghantui kehidupan mereka. 

Mari #KawanPeduli bergabung dalam gerakan untuk memberantas stunting di daerah 3T Indonesia! Masa depan anak-anak di wilayah terpencil ada di tangan kita bersama. Kontribusi kita, meski terlihat kecil, akan menciptakan perubahan besar dalam kehidupan mereka. 

Kunjungi WeCare.id sekarang juga dan berpartisipasilah dalam kampanye “Donasi Gizi”. Setiap rupiah yang disumbangkan akan membantu mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan bebas stunting. Bersama-sama, kita wujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera!

Referensi

12 Penyakit Kekurangan Gizi: Gejala, dan Cara Mencegahnya. (2024). Diambil kembali dari crystalsea.id.

7 Dampak Gizi Buruk terhadap Kesehatan. (2024). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Alfiani, N. F. (2023). Pendahuluan Rakitis. Diambil kembali dari www.alomedika.com.

Anemia Defisiensi Besi. (2023). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Finaka, A. W. (2021). Serupa Tapi Tak Sama, Kenali Beda Stunting dan Gizi Buruk. Diambil kembali dari indonesiabaik.id.

Hansen, K. (2016). Kwashiorkor and Marasmus: What’s the Difference? Diambil kembali dari www.healthline.com.

Johnson, L. E. (2025). Iodine Deficiency. Diambil kembali dari www.msdmanuals.com.

Kwashiorkor. (2022). Diambil kembali dari my.clevelandclinic.org.

Lestari, M. A. (2024). Diabetes Melitus Tipe 2. Diambil kembali dari www.klikdokter.com.

Marasmus. (2022). Diambil kembali dari my.clevelandclinic.org.

Overweight, Ketahui Dampak dan Penanganannya. (2024). Diambil kembali dari www.alodokter.com.

Pellagra. (2024). Diambil kembali dari medlineplus.gov.

Penyakit Penyerta Akibat Obesitas. (2022). Diambil kembali dari ayosehat.kemkes.go.id.

Purwoko, S. A. (2023). Mengenal Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Zinc. Diambil kembali dari hellosehat.com.

Shilpa N Bhupathiraju, & Hu, F. (2023). Undernutrition. Diambil kembali dari www.msdmanuals.com.

Sumoro, W. (2024). Pendahuluan Malnutrisi. Diambil kembali dari www.alomedika.com.

TheEditorsofEncyclopaediaBritannica. (2025). kwashiorkor. Diambil kembali dari www.britannica.com.

TimMedisKlikdokter. (2022). Skorbut. Diambil kembali dari www.klikdokter.com.Vitamin A deficiency. (2020). Diambil kembali dari www.who.int.

Sumber Featured Image : Edmund Lou on Unsplash