Gizi buruk balita masih menjadi momok bagi banyak keluarga di Indonesia. Seperti yang dilaporkan VOA, organisasi kesehatan dunia WHO mencatat bahwa malnutrisi menjadi faktor penyebab 45 persen kematian balita di dunia.
Banyak faktor yang menyebabkan gizi buruk balita, mulai dari pola makan yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan orang tua, hingga lingkungan yang tidak mendukung. Namun, jangan khawatir! Ada banyak langkah praktis yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi balita agar buah hati tumbuh sehat dan optimal.
Di artikel kali ini, kami dari WeCare.id akan mengulas berbagai faktor penyebab beserta cara mengatasinya.
Penyebab Gizi Buruk Balita
Sebelum mencari solusi, kita perlu memahami beragam faktor penyebab gizi buruk pada balita. Berikut faktor-faktor yang paling sering ditemukan:
- Kurangnya Asupan Makanan Bergizi
Balita yang tidak mendapatkan makanan cukup secara kualitas dan kuantitas berisiko tinggi mengalami gizi buruk. Gizi buruk balita dapat terjadi karena asupan makanan anak tidak mencukupi kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral tubuhnya.
- Penyakit Infeksi dan Gangguan Pencernaan
Infeksi seperti diare, ISPA, TBC, atau gangguan pencernaan (misalnya penyakit Crohn dan celiac) dapat menghambat penyerapan nutrisi, sehingga meskipun asupan makanan cukup, tubuh anak tetap kekurangan gizi.
- Pola Asuh dan Pengetahuan Gizi yang Kurang
Anak-anak tidak mendapatkan nutrisi penting karena orang tua kurang memahami gizi balita dan pentingnya pola makan sehat. Pola asuh yang kurang tepat, seperti pemberian makan tidak teratur atau tidak memperhatikan variasi makanan, juga berkontribusi pada gizi buruk balita.
- Tingkat Sosial Ekonomi Rendah
Keluarga dengan keterbatasan ekonomi sering kesulitan menyediakan makanan sehat dan bergizi, serta memiliki akses terbatas pada layanan kesehatan dan edukasi gizi.
- Lingkungan dan Sanitasi yang Buruk
Faktor lingkungan yang tidak bersih, kurangnya sumber air layak konsumsi, serta fasilitas sanitasi yang buruk meningkatkan peluang infeksi dan pada akhirnya memperburuk kondisi gizi buruk balita.
- Kurangnya ASI dan MPASI yang Tidak Tepat
Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif atau MPASI yang kurang tepat baik waktu, jumlah, maupun kualitasnya, lebih rentan mengalami gizi buruk.
- Faktor Lain
Faktor lain seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, penyakit bawaan, hingga kondisi mental anak juga dapat mempengaruhi status gizi balita.
15 Solusi Mencegah Gizi Buruk Balita

- Pemberian ASI Eksklusif: Fondasi Gizi Balita
Berikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan balita. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan si kecil dan mudah diserap tubuhnya. Tidak perlu tambahan apa pun, termasuk air putih!
Sebuah penelitian yang dilakukan di Kota Shendi, Sudan dan diterbitkan pada jurnal Clinical Nutrition Open Science (2023) membuktikan bahwa ASI eksklusif terbukti efektif mengurangi risiko berbagai penyakit infeksi dan malnutrisi pada bayi.
Memberikan hanya ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain terbukti efektif mencegah gizi buruk balita di masa awal kehidupannya. Berikan dukungan optimal kepada ibu untuk memperlancar proses menyusui.
- Pemberian ASI Lanjutan: Tetap Lanjutkan Sampai Usia 2 Tahun
Teruskan pemberian ASI bersama MPASI hingga balita berusia 2 tahun atau lebih. ASI lanjutan berperan sebagai sumber nutrisi tambahan dan perlindungan imun bagi balita, terutama saat mereka mulai mengenal makanan padat. Kombinasi ASI dan MPASI yang tepat sangat penting untuk menjaga gizi balita tetap optimal.
- Pemberian MPASI Tepat Waktu: Jangan Terlambat!
Memasuki usia enam bulan, bayi memerlukan asupan gizi yang lebih banyak sehingga ASI eksklusif tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Inilah saatnya memperkenalkan MPASI.
Pemberian MPASI yang terlambat dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan, kekurangan zat besi, dan gangguan perkembangan motorik. Pastikan MPASI diberikan tepat waktu agar kebutuhan gizi balita terpenuhi.
- MPASI Adekuat (Cukup): Porsi Sesuai Usia
Pemberian MPASI adekuat artinya asupan makanan untuk bayi dapat memenuhi kebutuhan menyeluruh akan energi, protein, lemak, dan berbagai zat gizi mikro yang dibutuhkan. Sesuaikan jumlah MPASI yang disajikan dengan tahap perkembangan usia balita. Mulai dari 2-3 sendok makan, kemudian tingkatkan bertahap sesuai perkembangan si kecil.
Sebaiknya jangan paksa anak mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus, karena hal tersebut malah bisa membuatnya tidak tertarik untuk makan. Kuncinya adalah konsistensi dan kesabaran dalam memberikan makan.
- MPASI Aman dan Bersih: Prioritaskan Kebersihan
Penyajian makanan harus dilakukan secara higienis. Kebersihan tangan harus dipastikan sebelum memulai kegiatan pengolahan atau pemberian makanan untuk balita.
Lingkungan yang bersih akan menurunkan risiko infeksi yang dapat mengganggu penyerapan gizi dan memicu gizi buruk balita. Gunakan peralatan makan yang bersih dan pastikan bahan makanan segar.
- MPASI Benar (Beragam): Menu Seimbang dan Variatif
Pastikan MPASI terdiri dari berbagai jenis makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Menu yang beragam tidak hanya mencegah kebosanan, tapi juga memastikan kebutuhan gizi balita terpenuhi secara menyeluruh. Jangan ragu untuk memperkenalkan sayuran, buah, daging, telur, dan kacang-kacangan secara bergantian.
- Pemantauan Pertumbuhan Rutin: Cek Berkala di Posyandu
Pantau pertumbuhan balita secara rutin dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan di posyandu atau fasilitas kesehatan. Pemantauan ini penting untuk mendeteksi dini jika terjadi masalah gizi balita, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat.
- Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS): Pantau Grafik Pertumbuhan
KMS adalah alat sederhana namun sangat efektif untuk memantau grafik pertumbuhan balita. Dengan KMS, orang tua dan petugas kesehatan bisa melihat apakah berat badan anak naik sesuai standar atau ada tanda-tanda awal gizi buruk balita. Jika grafik menunjukkan masalah, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan.
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Biasakan semua anggota keluarga untuk membersihkan tangan menggunakan sabun, khususnya sebelum menyantap makanan atau sesudah dari toilet. PHBS membantu mencegah penyakit infeksi yang sering menjadi pemicu gizi buruk balita. Ajarkan kebiasaan ini sejak dini agar menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari.
- Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak
Pastikan keluarga memiliki akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak. Air yang tercemar dan sanitasi buruk dapat menyebabkan diare dan infeksi lain yang menghambat penyerapan gizi balita. Ini adalah investasi penting untuk kesehatan jangka panjang keluarga.
- Imunisasi Lengkap: Perlindungan dari Penyakit
Pastikan balita mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Imunisasi melindungi dari berbagai penyakit yang bisa memperburuk status gizi. Melansir laman situs Kemenkes, berikut adalah jenis imunisasi untuk bayi baru lahir tahap 1 dan 2, yaitu:
- Hepatitis B
- Polio
- BCG
- DPT
- PCV
- Rotavirus
- Campak
Jangan sampai melewatkan jadwal imunisasi, karena pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.
- Pencegahan dan Penanganan Cepat Penyakit Infeksi
Segera bawa balita ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala penyakit, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyakit infeksi dapat mempercepat terjadinya gizi buruk balita karena tubuh anak tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik saat sakit.
- Tetap Beri Makan Saat Sakit: Porsi Kecil, Sering
Saat balita sakit, nafsu makannya memang bisa menurun. Namun, jangan hentikan pemberian makanan. Berikan makanan bergizi dalam porsi kecil namun sering agar tubuh tetap mendapat asupan energi dan nutrisi untuk mempercepat pemulihan.
- Pemberian Suplementasi Vitamin A: Ikuti Program Pemerintah
Ikuti program pemerintah dengan memberikan suplementasi vitamin A dua kali setahun. Vitamin A penting untuk daya tahan tubuh dan kesehatan mata balita. Informasi dari laman situs Kemenkes, program pemberian vitamin A gratis untuk bayi dan balita dilaksanakan di Posyandu setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Februari dan Agustus.
- Edukasi Gizi: Tingkatkan Pengetahuan Keluarga
Edukasi gizi sangat penting agar orang tua memahami kebutuhan gizi balita dan cara memenuhi kebutuhan tersebut. Ikuti penyuluhan, baca sumber terpercaya, dan jangan ragu bertanya pada tenaga kesehatan. Pengetahuan yang cukup akan membantu keluarga mencegah terjadinya gizi buruk balita.
Mari Bersama Cegah Gizi Buruk!
Mencegah gizi buruk balita memang membutuhkan usaha bersama dari keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, diharapkan gizi balita tetap terjaga sehingga tumbuh kembangnya optimal.
Jangan lupa, untuk informasi kesehatan keluarga terkini, kunjungi blog wecare.id dan temukan berbagai tips menarik lainnya!
Referensi
Ahmed, S. O., dkk. (2023). Exclusive breastfeeding: Impact on infant health. Clinical Nutrition Open Science.
Darmawanti, B. (2022). Sudah Lengkap? Ini Daftar Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir. Diambil kembali dari ayosehat.kemkes.go.id.
Dipasquale, V., Cucinotta, U., & Romano , C. (2020). Acute Malnutrition in Children: Pathophysiology, Clinical Effects and Treatment. Nutrients.
Gizi Buruk. (2022). Diambil kembali dari www.alodokter.com.
Hartono. (2017). Status Gizi Balita dan Interaksinya. Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Ibu, Kenali Faktor Penyebab Anak Mengalami Gizi Buruk. (2024). Diambil kembali dari www.halodoc.com.
Kenali Faktor Risiko yang Dapat Menyebabkan Balita Mengalami Wasting (Gizi Kurang dan Gizi Buruk). (2024). Diambil kembali dari www.unicef.org.
Nuradhiani, A. (2023). Faktor Risiko Masalah Gizi Kurang pada Balita di Indonesia . JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT DAN SOSIAL.
Pemberian MPASI Harus Adekuat. Apa Maksudnya? (2025). Diambil kembali dari tentanganak.com.
Pentingnya Vitamin A untuk Anak dan Bulan Penimbangan di Posyandu. (2024). Diambil kembali dari ayosehat.kemkes.go.id.
Schlein, L. (2013). Jumlah Kematian Balita di Dunia Turun Drastis. Diambil kembali dari www.voaindonesia.com.
Tanda-tanda Balita Gizi Buruk, Penyebab dan Cara Mengobatinya. (2020). Diambil kembali dari primayahospital.com.
Sumber Featured Image : Vera Aurima on Unsplash