Bayangkan ribuan orang biasa dari seluruh dunia menyerbu perbatasan Gaza, siap mempertaruhkan nyawa demi mengirimkan bantuan. Apa yang memicu keberanian luar biasa ini? Global March to Gaza bukan sekadar aksi jalan kaki—ini teriakan kemanusiaan melawan blokade mematikan yang membungkam Gaza.
Ketika pemerintah dunia gagal bertindak, akankah kekuatan rakyat biasa inilah yang menulis sejarah baru? Simak ulasan dari tim kami, WeCare.id. mengenai gelombang solidaritas Gaza yang mengguncang dunia di artikel berikut.
Daftar isi:
Latar Belakang dan Pentingnya Gerakan Global March to Gaza
Di tengah hiruk-pikuk diplomasi internasional yang terasa mandek, muncul sebuah gerakan yang mengguncang hati nurani dunia. Global March to Gaza hadir adalah bentuk solidaritas nyata dari masyarakat sipil internasional yang tidak mau tinggal diam melihat penderitaan rakyat Palestina.
Sejak Maret 2025, Israel sepenuhnya menutup akses bantuan, memperdalam krisis kemanusiaan yang disebut ahli PBB sebagai “fase kritis kelaparan”. Gerakan ini bukan sekadar protes simbolik, melainkan aksi konkret yang menunjukkan bahwa ketika pemerintahan gagal bertindak, rakyat harus mengambil langkah.
Dengan semangat solidaritas Gaza dan protes Palestina, para peserta bertekad menekan pemimpin dunia agar segera menghentikan kekerasan dan membuka akses bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza yang terjebak dalam situasi darurat.
Akar Gerakan
Aksi ini bukan yang pertama, tapi skalanya belum pernah terjadi sebelumnya. Inspirasinya datang dari konvoi kemanusiaan sebelumnya seperti “Freedom Flotilla” 2010 yang diserang Israel di perairan internasional.

Tahun 2025 menjadi momentum penting ketika ribuan aktivis dari lebih 50 negara berkumpul dan bergerak bersama menuju perbatasan Rafah, Mesir-Gaza. Diprakarsai Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina, Konvoi Sumud mengerahkan 1.000 relawan Afrika Utara sebagai lambang keteguhan hati dan perlawanan terhadap ketidakadilan.
Mereka bergabung dengan koalisi internasional, membentuk mobilisasi sipil terbesar menentang blokade Gaza. Esensinya, masyarakat sipil mengambil peran kunci saat jalur diplomasi pemerintah menemui jalan buntu.
Apa yang Menjadi Tujuan dan Tuntutan dari Gerakan Ini?
Mengutip Middle East Eye, menurut beberapa aktivis, seperti Saif Abukeshek – aktivis asal Palestina yang menetap di Barcelona – dan Roshan Dadoo – anggota kampanye solidaritas untuk Palestina – tujuan dari gerakan ini adalah:
1. Memaksa Penghentian Krisis Kemanusiaan
- Mendesak pemerintah negara-negara berpengaruh untuk menekan Israel agar segera menghentikan blokade bantuan (makanan, obat-obatan, bahan bakar).
- Mencegah kematian lebih banyak anak akibat kelaparan massal di Gaza, termasuk kematian 57 anak sejak Maret dan ancaman malnutrisi akut terhadap 71.000 balita.
2. Memberikan Tekanan Politik Internasional
- Menekan pemerintah-pemerintah yang memiliki kekuatan untuk memaksa Israel menghentikan krisis.
- Membujuk komunitas internasional agar membuka perbatasan Mesir-Gaza.
- Mendorong negara-negara untuk memutus hubungan ekonomi atau diplomatik dengan Israel.
3. Mobilisasi Solidaritas Global
- Menggalang upaya kolektif dari warga dunia, aktivis, tenaga kesehatan, pengacara, dan serikat pekerja.
- Menunjukkan kepada dunia bahwa tuntutan mengakhiri perang Gaza adalah kehendak kolektif warga dunia.
- Membangun gerakan global untuk menghentikan genosida dan pemboman Gaza.
4. Kampanye Boikot Komprehensif
- Menekan pemerintah dan pelaku bisnis agar memberlakukan pembatasan perdagangan senjata, komoditas, serta pasokan energi.
- Melancarkan boikot olahraga, budaya, dan akademik terhadap Israel.
- Menyerang Israel secara ekonomi dan ideologi supremasi kulit putih Zionis mereka.
Para aktivis menekankan bahwa gerakan ini bukanlah upaya menembus pagar Gaza secara paksa, melainkan strategi untuk menciptakan tekanan moral dan politik yang tidak bisa diabaikan oleh komunitas internasional.
Siapa Saja yang Terlibat dan Apa Dampaknya?
Yang unik dari Global March to Gaza yaitu keragaman peserta yang luar biasa. Mereka datang dari bermacam kewarganegaraan dan profesi. Dari aktivis kemanusiaan, pelajar, organisasi masyarakat, hingga selebritas, semua bersatu dalam satu barisan.
Dukungan terhadap gerakan ini datang dari berbagai organisasi lintas benua, seperti International Healthworkers Alliance for Justice. Ada juga organisasi dari Palestina, Masafer Yatta Solidarity Alliance. Amerika Serikat diwakili organisasi semisal Codepink Women for Peace juga Palestinian Youth Movement.
Tak ketinggalan dari Inggris Jewish Voice for Labour (Inggris) serta The Million Rural Women and the Landless Association dari Tunisia juga ikut terlibat. Irish Anti-War Movement serta India Palestine Solidarity Forum menjadi perwakilan dari Irlandia dan India.
Aktivis dari lebih 40 negara, termasuk Indonesia, Turki, Inggris, India, dan Amerika Serikat, turut ambil bagian dalam gerakan ini. Bahkan beberapa tokoh publik dan selebritas juga terlibat, seperti aktivis Irlandia Mairead Maguire, peraih Nobel Perdamaian.
Sementara itu, Zaskia Mecca bersama dengan Wanda Hamidah menjadi perwakilan peserta aksi dari Indonesia. Kehadiran mereka tidak hanya meningkatkan visibilitas gerakan ini, tapi juga memperkuat narasi bahwa solidaritas Gaza bukanlah isu satu bangsa, melainkan isu kemanusiaan global.
Tak hanya dari Timur Tengah, peserta datang dari Eropa, Asia, Afrika, bahkan Amerika Latin. Aksi solidaritas Gaza ini memicu gelombang protes Palestina serentak di berbagai kota besar dunia seperti Jakarta, Paris, Den Haag, dan Sao Paulo, memperkuat pesan bahwa dunia tidak tinggal diam melihat penderitaan di Gaza.
Media-media seperti Middle East Monitor, CNN, Aljazeera, dan Kompas.com mencatat bahwa meski banyak yang tidak sampai ke Gaza secara fisik, namun suara mereka menggema melalui media sosial dan liputan internasional.
Apa Saja Tantangan dan Hambatan yang Dihadapi?
Perjalanan Global March to Gaza penuh tantangan. Di Mesir, ribuan peserta menghadapi pengawasan ketat, penahanan, bahkan deportasi oleh aparat keamanan. Di Bandara Kairo, 200+ aktivis langsung ditahan atau dideportasi. Polisi menyita paspor, membubarkan kelompok, dan mencegah perjalanan ke Sinai.
Bentrokan fisik sempat terjadi antara peserta dan aparat Mesir, yang khawatir aksi ini bisa mengganggu stabilitas keamanan di perbatasan. Salah satu rekaman Global March to Gaza video yang bersumber dari New York Post menggambarkan secara jelas ketegangan yang terjadi.
Selain itu, upaya masuk ke Gaza melalui laut mengakibatkan penangkapan beberapa aktivis oleh Israel, termasuk Greta Thunberg dan beberapa pendamping relawan lainnya.
“Kami hanya ingin menyuarakan Solidaritas Gaza, tapi diperlakukan seperti kriminal,” lapor Adil Jakvani, peserta AS yang terpaksa harus pulang lebih awal kepada CAIR, California.
Global March to Gaza update mengungkapkan bahwa sejumlah aktivis masih ditahan oleh otoritas Mesir. Salah satu yang belum diketahui keberadaannya adalah Saif Abukeshek.
Suara dari Lapangan
Salah satu kisah inspiratif datang dari Ghaya Ben Mbarek, jurnalis independen Tunisia yang ikut dalam konvoi darat. Ia menjelaskan bahwa kombinasi keberanian dan kegusaran atas bencana Gaza memotivasi sejumlah besar orang untuk berpartisipasi, hingga bersedia melewati hamparan gurun untuk mengatasi problem kelaparan Gaza.
Dari Indonesia, para selebritas yang ikut serta, meski akhirnya tertahan di Kairo, tetap menyuarakan pesan kemanusiaan melalui media sosial dan menolak mundur dari perjuangan.
Melansir laman situs Republika, Zaskia Mecca menekankan: “Perjuangan punya banyak bentuk. Tak semua bisa turun langsung, tapi setiap orang bisa berkontribusi sesuai kemampuannya.” Suaminya, Hanung Bramantyo, menambahkan: “Ini bukan soal Yahudi atau Muslim, tapi manusia membantu manusia.”
Sementara Adil Jakvani dari California berbagi kekecewaan kepada CAIR: “Kami duduk damai, tapi paspor disita 6 jam. Kedutaan AS diam saja. Mereka mengirim senjata, bukan solusi.” Narasi ini menunjukkan Protes Palestina tak sekadar slogan
Seperti Apa Respons Publik dan Media Terhadap Gerakan Ini?
Gerakan Global March to Gaza berhasil menarik perhatian media lokal dan internasional. Di Indonesia, aksi long march dari Kedutaan Besar AS ke Bundaran HI hingga Kedutaan Palestina di Jakarta menjadi sorotan, dengan peserta membawa spanduk dan poster menuntut penghentian genosida di Gaza.

CNN, Al Jazeera, hingga Republika memberitakan detik-detik penahanan dan deportasi. Tekanan terhadap otoritas Mesir menguat dengan munculnya desakan dari Francesca Albanese, selaku Pelapor Khusus PBB bagi negara Palestina.
Di media sosial, tagar-tagar terkait solidaritas Gaza dan protes Palestina trending di berbagai negara, memperlihatkan besarnya dukungan publik. Namun, tidak sedikit pula kritik dan perdebatan, terutama terkait keamanan dan efektivitas aksi ini.
Dampak Jangka Panjang terhadap Solidaritas Palestina
Kegagalan mencapai Rafah bukan akhir cerita. Aksi ini memicu gelombang aktivisme baru:
- Gerakan BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi) menguat di Eropa dan Asia
- Dukungan terhadap status kenegaraan Palestina kian meluas, ditandai dengan pengakuan resmi dari Spanyol, Irlandia, dan Norwegia.
- Gerakan solidaritas di lingkungan perguruan tinggi, termasuk di Amerika Serikat dan Indonesia, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Menjaga Semangat Perjuangan dan Solidaritas
Global March to Gaza bukan sekadar aksi jalan kaki, melainkan simbol perlawanan dan solidaritas global terhadap penindasan di Palestina. Meski jalan terjal dan penuh rintangan, semangat kemanusiaan tetap menyala. Mari terus dukung perjuangan ini dengan menyebarkan informasi, berdonasi, dan terlibat dalam aksi nyata.
Tertarik untuk terlibat dalam misi kemanusiaan ini? Kunjungi situs web WeCare.id. Temukan serta dukung kampanye bantuan bagi Palestina dengan cara berbagi melalui berdonasi. Sekecil apa pun donasi Sobat WeCare berarti bagi masa depan Palestina.
Referensi
Arslan, M. İ. (2025). ‘Global March to Gaza’: Activists from 31 countries plan march to Rafah border. Diambil kembali dari www.aa.com.tr.
Awaliyah, G. (2025). Indonesian Women Influencers Join Global March to Gaza, Champion Humanitarian Cause. Diambil kembali dari en.republika.co.id.
Blair, A. (2025). March for Gaza descends into farce as fed-up Egyptians clash with woke mob of activists. Diambil kembali dari nypost.com.
CAIR California. (2025). MEDIA AVAILABILITY: Local Resident Returning to SFO Today Following March to Gaza. Diambil kembali dari ca.cair.com.
Ebrahim, N., & Mensah, A. A. (2025). Thousands head to Egypt in bid to break Israel’s Gaza blockade. Diambil kembali dari edition.cnn.com.
Essa, A. (2025). What activists hope to achieve with the ‘Global March to Gaza’. Diambil kembali dari www.middleeasteye.net.
HELLER, M. (2025). Egyptian authorities violently clash with Western activists, detain and deport marchers en mass. Diambil kembali dari www.jpost.com.
Rakhmat, M. Z. (2025). The global march to Gaza: Indonesia and Egypt. Diambil kembali dari www.middleeastmonitor.com.
Wagenheim, M. (2025). Global March to Gaza runs up against Egyptian security forces. Diambil kembali dari www.jns.org.
What is the Global March to Gaza all about? (2025). Diambil kembali dari www.aljazeera.com.Zoglmann, A. (2025). What to Know About the ‘Global March to Gaza’ on 15 June: Purpose, Timeline and How to Join. Diambil kembali dari www.ibtimes.co.uk.
Sumber Featured Image : Merch HÜSEY on Unsplash