Di musim kemarau 2025 ini muncul fenomena kemarau basah, yaitu kondisi langka saat musim kemarau tetap terjadi hujan lebat. BMKG mencatat bahwa sejak 2010, kemarau basah lebih sering terjadi dan berlangsung lebih lama, dipicu oleh perubahan iklim dunia.
Anomali ini tidak hanya mengganggu aktivitas harian, tetapi juga memengaruhi sektor strategis seperti pertanian dan kesehatan. Apa itu kemarau basah? Apa penyebab atau pemicu terjadinya kemarau basah? Kami dari tim WeCare.id akan membahasnya secara lengkap di artikel ini. Yuk, baca terus artikelnya.
Daftar isi:
Apa Itu Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah kondisi di mana hujan tetap turun meski suatu wilayah telah memasuki musim kemarau. Biasanya, musim kemarau ditandai dengan curah hujan di bawah 50 mm per dasarian (10 hari), tetapi dalam kemarau basah, angka ini bisa melonjak hingga 100-300 mm per bulan 25.
Fenomena ini menyebabkan kekacauan pola musim, seperti yang terjadi di Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara pada 2025, di mana hujan lebat masih terjadi di siang atau sore hari meski kalender menunjukkan musim kering. Kemarau basah telah diamati di berbagai daerah Indonesia, terutama sejak April 2025, dan diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2025.
Data BMKG juga menunjukkan fenomena ini bukan sekali dua kali: telah tercatat di Indonesia pada tahun 2010, 2013, 2016, 2020, 2023, hingga 2025.
Penyebab Kemarau Basah
Kemarau basah dipicu oleh berbagai faktor atmosfer global dan regional. Beberapa penyebab utamanya antara lain:
- Suhu Permukaan Laut yang Hangat
Perairan di sekitar Indonesia yang tetap hangat memicu terbentuknya awan hujan, sehingga curah hujan tetap tinggi meski sedang musim kemarau.
- Fenomena Iklim Global
Kehadiran La Niña, yang merupakan pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik, serta Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, memperkuat kelembapan udara di atmosfer. Kedua fenomena ini berkontribusi pada peningkatan curah hujan di Indonesia selama musim kemarau.
- Dinamika Atmosfer
Aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby juga meningkatkan pembentukan awan hujan. Selain itu, sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia turut memperkuat potensi hujan.
- Perubahan Pola Monsun
Angin monsun yang tetap aktif meski musim kemarau juga menjadi salah satu pemicu kemarau basah, terutama di wilayah dengan pola hujan monsun seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Ciri-ciri dan Wilayah Terdampak
Kemarau basah ditandai dengan beberapa karakteristik utama:
- Curah hujan tetap tinggi (bisa di atas 100 mm per bulan) pada periode yang seharusnya kering.
- Kelembapan udara relatif tinggi.
- Pola musim yang tidak menentu membuat batas antara musim kemarau dan hujan menjadi samar.
Wilayah yang paling terdampak adalah daerah dengan pola hujan monsun, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Fenomena ini tidak hanya terbatas di satu wilayah, melainkan juga meluas ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Dampak Kemarau Basah
Fenomena kemarau basah menimbulkan berbagai konsekuensi, yang dapat bersifat baik maupun buruk.
- Sektor Pertanian
Perubahan pola tanam menjadi tantangan utama. Petani yang biasanya menanam padi saat musim hujan dan palawija saat kemarau harus menyesuaikan jadwal tanam. Tanaman palawija, seperti jagung dan kedelai, rusak akibat genangan air dan rentan terhadap hama seperti jamur.
- Risiko Banjir dan Longsor
Tingginya curah hujan saat kemarau meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah rawan bencana seperti Jabodetabek.
- Ketersediaan Air
Meskipun hujan masih turun, distribusi air tidak selalu merata. Ada wilayah yang tetap kekurangan air karena hujan hanya turun sesaat dan tidak terserap optimal ke tanah atau waduk.
- Kesehatan dan Infrastruktur
Perubahan cuaca mendadak dapat memicu penyakit seperti demam berdarah dan infeksi saluran pernapasan.
Infrastruktur juga bisa terdampak, misalnya jalan licin akibat hujan mendadak di musim kemarau.
Mengapa Kemarau Basah Bisa Terjadi di Indonesia?
Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki dua musim utama, yaitu musim kemarau dan hujan. Namun, perubahan iklim global membuat pola musim semakin sulit diprediksi. Pemanasan global menyebabkan suhu permukaan laut naik, sehingga pembentukan awan hujan tetap aktif meski seharusnya musim kering.
Selain itu, letak geografis Indonesia yang strategis di antara dua samudra dan dua benua membuatnya sangat rentan terhadap dinamika atmosfer global.
Prediksi dan Perkembangan Kemarau Basah 2025
Menurut data BMKG, pada Juni 2025, lebih dari 56% wilayah Indonesia tercatat lebih basah dari kondisi normal. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 75,38% pada Juli dan 84,94% pada Agustus 2025.
Setelah itu, Indonesia akan memasuki masa peralihan (pancaroba) pada September hingga November, sebelum musim hujan kembali pada Desember 2025 hingga Februari 2026.
Strategi Adaptasi Efektif
Berikut ini cara menghadapi kemarau basah dan beradaptasi dengan iklim yang berubah.
- Untuk Petani
Pola Tanam Adaptif
Beralih ke tanaman tahan air seperti padi varietas unggul atau sayuran berumur pendek.
Sistem Drainase Cerdas
Membuat parit untuk mencegah genangan dan menggunakan mulsa plastik untuk mengurangi kelembapan tanah.
- Untuk Masyarakat Umum
Manajemen Kebersihan
Membersihkan genangan air di sekitar rumah dan menggunakan kelambu anti-nyamuk.
Pemantauan Cuaca Real-Time
Mengakses informasi BMKG melalui aplikasi untuk mengantisipasi hujan mendadak.
- Pemerintah dan Lembaga
Edukasi Berbasis Komunitas
Pelatihan petani tentang teknik pertanian berkelanjutan, seperti agroforestri dan konservasi tanah.
Pahami Agar Bisa Beradaptasi
Musim Kemarau basah adalah fenomena cuaca yang makin sering muncul di Indonesia, dipicu oleh perubahan iklim global dan dinamika atmosfer. Fenomena ini menuntut adaptasi dari berbagai sektor, terutama pertanian dan pengelolaan sumber daya air.
Pemahaman tentang penyebab dan dampaknya sangat penting untuk menghadapi perubahan pola musim di masa depan.
Dengan kemarau basah yang diprediksi masih akan berlangsung hingga Agustus 2025, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, serta menyesuaikan aktivitas sehari-hari dengan kondisi cuaca yang dinamis.
Apakah info seputar kemarau basah 2025 yang sedang terjadi saat ini di Indonesia menarik bagi Sobat WeCare? Yuk, baca juga bahasan lain yang tak kalah unik dan penting di blog WeCare.id. Tersedia aplikasi WeCare.id untuk memudahkan Sobat WeCare dalam mencari informasi. Pastikan unduh, ya!
Referensi
Admin distan. (2014). Kemarau Basah. Diambil kembali dari distan.bulelengkab.go.id.
Ali, M. (2025). BMKG Sebut Kemarau Basah Jadi Fenomena Tidak Biasa, Waspadai Dampaknya. Diambil kembali dari www.liputan6.com.
Dianawuri, L. (2025). Dampak Kemarau Basah & Cara Antisipasi Fenomena Tak Biasa Ini. Diambil kembali dari tirto.id.
Milagsita, A. (2025). Apa Itu Kemarau Basah? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya. Diambil kembali dari www.detik.com.
Mutmainna, F. S. (2025). Mengenal Apa Itu Kemarau Basah dan Kapan Terjadinya. Diambil kembali dari www.rri.co.id.
R, I. (2025). Why Does It Still Rain in the Dry Season? BMKG Explains Wet Drought in Indonesia. Diambil kembali dari www.socialexpat.net.
Sampai Kapan Fenomena Kemarau Basah di Indonesia? Ini Kata BMKG. (2025). Diambil kembali dari www.cnnindonesia.com.
Sampai Kapan Kemarau Basah 2025? Ini Penjelasan BMKG. (2025). Diambil kembali dari kumparan.com.
Sari, P. P. (2025). 6 Cara Menghadapi Kemarau Basah agar Tidak Gampang Sakit. Diambil kembali dari www.metrotvnews.com.
www.detik.com. (2025). Kemarau Basah 2025 sampai Kapan? Ini Penyebab Hujan di Musim Kemarau. Diambil kembali dari www.kompas.com.
Zulfikar, F. (2025). Hujan Masih Sering Terjadi, Benarkah Indonesia Mengalami Kemarau Basah? Diambil kembali dari www.detik.com.
Sumber Featured Image : Christopher on Unsplash