Efektifkah Salt Therapy Cegah Polusi Pada Anak?

Efektifkah Salt Therapy Cegah Polusi Pada Anak?

Baru-baru ini banyak dibahas mengenai salt therapy atau terapi garam karena unggahan Nikita Willy di Instagram Stories-nya. Diperlihatkan anaknya, Issa, sedang berada di sebuah ruangan yang dipenuhi garam. Alasan Nikita membawa anaknya untuk terapi karena polusi udara Jakarta. 

Sebenarnya apa itu terapi garam? Apakah ada manfaatnya untuk kesehatan tubuh? Yuk, ikuti bahasannya di artikel ini.

Klik Untuk Donasi - Bersama Wujudkan Pemerataan Kesehatan di Indonesia
  1. Terdanai Rp.11,257,424
  2. Pencapaian 1.13%
  3. Donatur 442

Apa Itu Salt Therapy?

Disebut juga halotherapy, salt therapy atau terapi garam adalah bentuk pengobatan alternatif yang melibatkan menghirup udara yang mengandung garam. Beberapa orang mengklaim bahwa terapi garam dapat membantu mengatasi berbagai masalah pernapasan seperti asma, bronkitis kronis, dan alergi. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa halotherapy bisa:

  • Membantu meredakan gejala yang terkait dengan merokok, seperti batuk, sesak napas, dan mengi.
  • Memiliki potensi untuk mengatasi depresi dan kecemasan.
  • Mengobati berbagai masalah kulit seperti psoriasis, eksim, dan jerawat.

Sejarah Terapi Garam atau Halotherapy

Terapi garam, yang berasal dari kata Yunani “halos” yang berarti “garam.” Terapi ini melibatkan penggunaan partikel-partikel mikro garam atau mineral kering dalam ruangan yang luas dan kering untuk meniru kondisi mikro dalam tambang garam. 

Penggunaan garam sebagai pengobatan terapeutik mulai berkembang setelah tahun 1843. Saat itu seorang dokter Polandia bernama Feliks Boczowski memperhatikan bahwa para pasiennya yang bekerja di tambang garam tidak mengalami masalah pernapasan atau paru-paru seperti penambang lainnya. 

Pada masa Perang Dunia II, gua garam Klutert di kota Ennepetal, Jerman, difungsikan sebagai tempat perlindungan dari serangan bom yang intens. Orang-orang tinggal dalam gua-gua tersebut untuk jangka waktu yang panjang, dan mereka menghirup debu garam selama berada di sana. 

Seorang dokter Jerman bernama Dr. K.H. Spannahel memperhatikan orang-orang yang berlindung di dalam tambang garam ini. Orang-orang tersebut tampaknya merasakan perbaikan pada masalah pernapasan mereka.

Pemahaman ini kemudian menyebar ke dokter-dokter lain, dan gua-gua garam mulai muncul di seluruh Eropa sebagai terapi untuk penyakit paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis. 

Jenis Halotherapy

Halotherapy atau salt therapy umumnya dilakukan dalam ruangan garam. Ruangannya bisa berupa aktif atau pasif.

Ruangan garam aktif

Di dalam ruangan ini terdapat perangkat yang disebut halogenerator, tempat garam ditambahkan. Mesin ini mengubah garam menjadi partikel kecil yang kemudian tersebar di udara dalam ruangan.

Ruangan garam pasif

Jenis ruangan ini tidak dilengkapi dengan mesin untuk mengubah garam. Sebaliknya, ruangan ini diisi dengan berbagai jenis garam, seperti garam Himalaya. Ruangan ini memiliki penampilan seperti gua garam, dengan kontrol suhu dan kelembapan.

Halotherapy atau Salt therapy sendiri memiliki dua metode.

Curhatan Seorang Relawan Kemanusiaan, Aku Ingin Bisa Melihat Kembali!

Metode Kering

Ini dikenal sebagai halotherapy dan dilakukan di ruangan garam aktif dengan bantuan halogenerator. Hal ini memungkinkan partikel garam kecil dan kering untuk tersebar di udara dan masuk ke dalam paru-paru serta kulit kita.

Metode Basah 

Ini melibatkan mandi dengan air garam yang mengandung mineral, berkumur atau minum air garam, atau memasukkan air garam ke dalam saluran hidung kita.

Mengapa Orang Melakukan Salt Therapy?

Alasan mengapa orang melakukan terapi garam ada beberapa alasan, seperti:

  1. Meningkatkan Pernapasan

Beberapa sumber mengklaim bahwa ruangan garam dapat membantu mengatasi:

  • Asma
  • Bronkitis
  • Penyakit paru obstruktif kronis (COPD)
  • Fibrosis sistik
  • Alergi pernapasan
  • Batuk perokok (juga dikenal sebagai batuk kronis)
  1. Perlindungan dari Infeksi
  2. Kulit yang Lebih Sehat
  3. Pengurangan Stres

Penelitian Mengenai Terapi Garam

Keilmuan belum sepenuhnya mengikuti tren popularitas halotherapy. Penelitian mengenai topik ini masih terbatas. Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan manfaat positif, tetapi sebagian besar penelitian menghasilkan hasil yang tidak pasti atau bahkan kontradiktif.

Inilah beberapa temuan dari penelitian mengenai salt therapy yang dikutip dari laman situs Healthline.

  • Pada tahun 2007, sebuah studi yang dilakukan oleh Tudor Andrei Cernomaz dkk menemukan bahwa orang yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (COPD) mengalami gejala yang lebih sedikit dan peningkatan kualitas hidup setelah menjalani halotherapy. Namun, situs web Lung Institute tidak merekomendasikan hal ini karena belum ada pedoman medis yang resmi.
  • Menurut tinjauan tahun 2014 yang dilakukan oleh Rachael Rashleigh dkk sebagian besar penelitian tentang halotherapy untuk COPD mempunyai kekurangan dalam metodologi dan desain penelitian.
  • Studi tahun 2013 yang dilakukan oleh Bita Rabbani dkk menunjukkan bahwa salt therapy tidak memberikan perbaikan signifikan dalam hasil tes fungsi paru-paru atau kualitas hidup pada individu dengan bronkiektasis non-sistik. Ini adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan penumpukan lendir yang sulit dikeluarkan dari paru-paru.
  • Penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh Horia Lăzărescu menyatakan bahwa salt therapy dapat memicu respons antiinflamasi dan anti-alergi pada individu dengan asma bronkial atau bronkitis kronis.

Hampir semua penelitian tentang efektivitas halotherapy untuk mengatasi depresi atau masalah kulit bersifat berdasarkan pengalaman pribadi individu, bukan hasil penelitian ilmiah yang solid.

Bagaimana Pendapat Para Ahli tentang Terapi Garam?

Melansir laman situs Kompas, menurut dokter spesialis anak dari RSCM, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, SpA(K), salt therapy bisa menjadi metode pencegahan untuk dampak polusi udara, namun belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung klaim tersebut. 

Ia juga mengingatkan para orang tua agar berhati-hati dengan kadar garam yang digunakan dalam halotherapy atau terapi garam. Alasannya karena kadar garam yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan saluran napas dan peningkatan produksi lendir. 

Oleh karena itu, sebelum menjalani terapi garam, Prof. Bambang menyarankan untuk berkonsultasi secara komprehensif dengan dokter ahli, sehingga risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat terapi ini dapat diminimalkan.

Mengutip dari laman situs Healthline orang tua juga perlu mempertimbangkan mengenai ruangan-ruangan salt therapy. Sejauh mana ruangan-ruangan terapi garam ini dijaga dengan baik karena ruangan yang hangat dapat menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah terapi garam sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu dengan dokter.

Polusi Udara dan Penyakit ISPA

Menurut Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, SpA(K) polusi udara mempunyai dampak signifikan pada saluran pernapasan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Polusi udara sering kali menyebabkan berbagai infeksi saluran pernapasan akut, termasuk infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. WHO telah mengingatkan dampak buruk dari polusi udara, salah satunya kanker paru.

Penyakit yang terakhir ini pengobatannya tentu tidak murah dan tidak bisa disembuhkan dengan salt therapy. Butuh biaya yang banyak, sehingga banyak pasien yang kesusahan ketika berobat. Kita bisa membantu mereka dengan berdonasi melalui WeCare.id. Kirimkan bantuan donasi lewat situs web WeCare.id atau aplikasi WeCare.id yang dapat diunduh di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja.

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Do Salt Rooms Really Offer Health Benefits? (2022). Diambil kembali dari health.clevelandclinic.org.

McDermott, A. (2018). Does Halotherapy Really Work? Diambil kembali dari healthline.com.

Promising or Placebo? Halo Salt Therapy: Resurgence of a Salt Cave Spa Treatment. (2016). Diambil kembali dari lung.org.

Sicca, S. P. (2023). Salt Therapy, Efektifkah untuk Mencegah Dampak Polusi Udara? Diambil kembali dari health.kompas.com.

Watts, S. (2019). Does salt therapy actually work? I tried it to help ease my summer allergies. Diambil kembali dari nbcnews.com.What Is Halotherapy? (2021). Diambil kembali dari webmd.com.

Sumber Featured Image : Anastasia Zhenina on Unsplash