Benarkah Polusi Udara Dapat Mengganggu Kesuburan?

Benarkah Polusi Udara Dapat Mengganggu Kesuburan?

Jakarta dan beberapa daerah di sekitarnya sedang menghadapi dampak buruknya kualitas udara. Diberitakan banyak masyarakat yang menderita penyakit ISPA. Namun, ada bahaya lain yang mengintai dari buruknya kualitas udara saat ini. Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara polusi udara dengan menurunnya tingkat kesuburan. Lebih jelasnya akan dibahas di artikel berikut.

Apa Itu Polusi Udara?

Polusi udara adalah kondisi di mana udara di sekitar kita tercemar oleh berbagai zat kimia, partikel padat, atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.  Pencemaran udara dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk aktivitas industri, transportasi, pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran sampah, serta pola cuaca dan geografis.

Penelitian tentang Dampak Pencemaran Udara untuk Kesuburan

Dampak polusi udara terhadap kesuburan wanita tampaknya cukup merugikan. Meskipun usia merupakan faktor utama yang berpengaruh, paparan harian pada tingkat pencemaran udara yang tinggi juga berhubungan dengan penurunan potensi kesuburan. Beberapa peneliti melakukan studi mengenai dampak dari pencemaran udara untuk kesuburan wanita. Berikut ini di antaranya:

Penelitian di Modena Italia

Penelitian ini melibatkan 1318 wanita di Modena, Italia, dan fokus pada pengukuran hormon anti-Mullerian (AMH) yang dilepaskan oleh sel-sel indung telur. AMH dianggap mewakili jumlah sel telur yang dapat hidup dalam tubuh wanita, yang sering disebut sebagai cadangan indung telur.

Kemudian hasil pengukuran hormon AMH dibandingkan dengan tingkat paparan polusi udara yang dialami setiap individu setiap hari, termasuk partikel berbahaya dan gas nitrogen dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar. Walaupun usia tetap menjadi faktor yang paling signifikan dalam penurunan kadar AMH, ditemukan juga hubungan terbalik antara kadar AMH dan pencemaran udara. 

Peneliti Antonio La Marca dari Universitas Modena dan Reggio Emilia di Italia menjelaskan bahwa tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi meningkatkan risiko penurunan cadangan indung telur hingga dua atau tiga kali lipat. Namun, hasil penelitian ini belum melalui proses penelaahan sejawat.

Penelitian di California

Penelitian ini menggunakan eksperimen alamiah di California ketika pembangkit listrik batu bara dan minyak tutup, untuk memperkirakan hubungannya dengan tingkat kesuburan di sekitarnya.

Joan Casey, seorang sarjana pasca-doktoral di Universitas California di Berkeley, yang juga penulis  penelitian ini, mengatakan bahwa semakin banyak bukti yang mengindikasikan adanya kemungkinan hubungan antara pencemaran udara dan kesuburan. Dia menyebutkan bahwa ada indikasi kuat bahwa sesuatu sedang terjadi dalam hal ini.

Audrey Gaskins, seorang peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health, menyebutkan jika efek pencemaran batu bara tersebut terlihat pada kesuburan dan keguguran, itu menunjukkan bahwa polusi sedang berdampak buruk pada tubuh. Namun, ia menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dipahami lebih lanjut dalam hal ini.

Penelitian di Barcelona

Mark J. Nieuwenhuijsen melakukan penelitian yang menilai hubungan antara polusi udara terkait lalu lintas dan tingkat kesuburan pada manusia di Barcelona, Spanyol (2011–2012). Penelitian ini dipublikasikan pada tahun 2014. Hasilnya adalah setiap kenaikan sekitar 3,5 mikrogram per meter kubik partikel-partikel berbahaya mengakibatkan penurunan kesuburan sebesar 13 persen.

Penelitian di Taiwan dan Salt Lake City

Polusi udara tidak hanya tentang perempuan dan sistem reproduksi perempuan saja. Kualitas sperma juga terpengaruh oleh kualitas udara yang buruk.

Sebagai contoh, penelitian di Taiwan yang dipimpin oleh Dr Xiang Qian Lao menemukan bahwa setiap kenaikan 5 mikrogram per meter kubik partikel-partikel berbahaya terkait dengan penurunan bentuk dan ukuran sperma normal. Penelitian ini dipublikasikan pada tahun 2017. 

Di Salt Lake City, pria yang terpapar polusi udara juga mengalami penurunan kemampuan sperma untuk bergerak dengan baik. Selain itu, paparan polusi udara juga diketahui meningkatkan risiko fragmenasi DNA pada sperma, yang dapat menyebabkan masalah infertilitas dan risiko keguguran.

Klik Untuk Donasi - Alami Penyumbatan Sel Darah, Farel Terancam Lumpuh Jika Tidak Operasi!
Farel Kurniawan
Farel Kurniawan
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.8,372,000
  2. Pencapaian 28.99%
  3. Donatur 138

Penelitian di Cina

Pemimpin penelitian mengenai infertilitas, Qin Li, dari Pusat Kedokteran Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Peking Ketiga di China, telah menyoroti pentingnya kesadaran calon orangtua terhadap dampak polusi udara. Ia mengatakan bahwa banyak studi telah menunjukkan keterkaitan polusi udara dengan peristiwa kehamilan yang merugikan. 

Ia juga menunjukkan bahwa sekitar 30% pasangan yang mengalami infertilitas menghadapi situasi infertilitas yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Temuan mereka memberikan indikasi bahwa polusi partikel kecil adalah faktor risiko infertilitas yang tidak bisa diabaikan.

4 Elemen Polusi Udara yang Mempengaruhi Tingkat Kesuburan

Dalam penelitian yang berjudul “Outdoor air pollution and human infertility: a systematic review”, telah diidentifikasi empat elemen polusi lalu lintas yang berpotensi berkontribusi pada penurunan tingkat kesuburan manusia:

  1. Partikel Partikulat (aerosol) merupakan salah satu polutan utama yang mempengaruhi kualitas udara. Partikel-partikel ini terkait erat dengan penurunan kesuburan, penurunan tingkat kelahiran hidup, dan risiko keguguran yang lebih tinggi dalam prosedur In Vitro Fertilization (IVF).
  2. Nitrogen dioksida adalah penyebab utama emisi nitrogen oksida ke atmosfer karena pembakaran bahan bakar fosil pada sumber tetap, seperti pemanasan dan pembangkit listrik, serta kendaraan bermotor. Walaupun dampak terhadap tingkat kesuburan tidak selalu konsisten, penelitian menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat kelahiran hidup, terutama pada wanita yang menjalani IVF.
  3. Belerang dioksida (SO2) berasal dari pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang. Saat bahan bakar terbakar, belerang dalamnya hampir seluruhnya berubah menjadi SO2. Polusi SO2 terkait dengan sedikit peningkatan tingkat keguguran pada populasi umum dan pada mereka yang mengalami kesulitan kesuburan.
  4. Karbon Monoksida (CO) muncul dari berbagai sumber, termasuk pembakaran industri, gas buang kendaraan, dan asap rokok. Dalam analisis ini, terlihat adanya hubungan statistik yang signifikan antara CO dan peningkatan tingkat keguguran.

Hal Penting yang Harus Diperhatikan

Semua hasil penelitian tersebut tentunya mengingatkan kita tentang bahaya polusi udara. Selain penyakit ISPA, pencemaran udara juga bisa mempengaruhi tingkat kesuburan baik perempuan maupun laki-laki. Karenanya jika tingkat polusi sedang tinggi, sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah. Jika harus keluar rumah, jangan lupa kenakan masker seperti himbauan dari Menteri Kesehatan.

Dampak pencemaran udara yang sudah dirasakan saat ini adalah banyaknya warga yang terkena penyakit ISPA. Menurut Menteri Kesehatan Indonesia, penyakit ISPA bisa juga menyebabkan penyakit kanker paru. Pengobatan penyakit ini tidak murah, sehingga beberapa pasien membutuhkan uluran tangan kita agar bisa mengobati penyakitnya. Kita bisa berdonasi melalui WeCare.id dengan mengirimkan bantuan lewat situs web WeCare.id atau aplikasi WeCare.id yang bisa diunduh di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja.

Tanam Pohon untuk Indonesia Lestari

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Air pollution may harm fertility. (2018). Diambil kembali dari hsph.harvard.edu.

Carrington, D. (2021). Air pollution significantly raises risk of infertility, study finds. Diambil kembali dari theguardian.com.

Casey, J. A. (2018). Increase in fertility following coal and oil power plant retirements in California. Environmental Health.

New Scientist & Press Association. (2019). Exposure to air pollution seems to negatively affect women’s fertility. Diambil kembali dari newscientist.com.

Exposure to ambient fine particulate matter and semen quality in Taiwan. (2017). Occupational & Environmental Medicine.

Nieuwenhuijsen, M. J. (2014). Air pollution and human fertility rates. Environment International.

Vizcaíno, M. A. (2016). Outdoor air pollution and human infertility: a systematic review. Fertility and Sterility.Wetsman, N. (2018). Air pollution might make it harder to get pregnant. Diambil kembali dari popsci.com.

Sumber Featured Image : Marcin dari Pixabay