Marak Penyakit Rabies, Ini Gejala & Penanganannya

Marak Penyakit Rabies, Ini Gejala & Penanganannya

Media sosial kini dihebohkan dengan video seorang anak balita berjenis kelamin perempuan meronta-ronta dan menolak minum ketika diberi air. Diketahui ternyata anak yang berasal dari Buleleng, Bali, tersebut terkena penyakit rabies. Setelah ditangani nyawanya tidak tertolong. Dikabarkan dia meninggal dunia.

Kronologi Kejadian

Anak dari Buleleng tersebut diketahui sebelumnya mempunyai riwayat digigit anjing yang dipelihara keluarganya. Balita perempuan tersebut ternyata mendapatkan luka goresan dari gigitan anjing peliharaannya sebulan yang lalu. 

Sayangnya orang tua balita tersebut tidak membawa anaknya ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit sehingga tidak mendapatkan penanganan medis berupa pemberian vaksin anti rabies (VAR). Luka goresannya hanya dicuci di rumah memakai sabun serta air yang mengalir. 

Orang tuanya tidak melaporkan ke fasilitas kesehatan karena mereka menganggap lukanya kecil dan aman. Anjingnya sendiri akhirnya dibunuh oleh ayah sang balita. 

Ketika dibawa ke RSUD Buleleng, pasien sudah mengalami gejala infeksi rabies, di antaranya tak bisa minum air, sakit ketika menelan, gelisah, dan takut angin. Kondisi anak tersebut semakin melemah, diikuti dengan gelisah, panas berkeringat, pandangan kosong, dan halusinasi. 

Pada pukul 20.20 WITA, balita tersebut dinyatakan meninggal karena penyakit rabies. Penyebabnya adalah gagal napas dengan encephalitis rabies sebagai penyebab dasarnya.

Klik Untuk Donasi - Bantu Nenek Aat Sembuh dari Kanker Payudara agar tetap bisa Menghidupi Anak Yatim!
Aat Supiat
Aat Supiat
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.294,500
  2. Pencapaian 0.65%
  3. Donatur 12

Mengenal Penyakit Rabies

Rabies merupakan infeksi virus yang serius yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini dapat menyerang sistem saraf pusat manusia dan mamalia, menyebabkan peradangan otak dan mengancam jiwa jika tidak diobati tepat waktu.

Virus rabies ditularkan melalui gigitan atau cakaran dari hewan yang terinfeksi, khususnya:

  • Anjing
  • Kucing
  • Rakun
  • Rubah
  • Kelelawar 

Setelah virus memasuki tubuh melalui luka gigitan atau kulit yang rusak, virus menyebar melalui sistem saraf perifer ke otak dan sumsum tulang belakang. Saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari serabut saraf dan sel-sel saraf di luar sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang). Fungsi dari saraf ini adalah mengirimkan sinyal sensorik (input) dan sinyal motorik (output) antara organ tubuh dan sistem saraf pusat. 

Virus yang menyebabkan penyakit rabies disebut Virus Rabies yang merupakan anggota dari famili Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus. Sifat penyakit rabies itu fatal. 

dr. Nadia dari Kemenkes RI menambahkan jika seseorang menderita rabies, dia akan menunjukkan tanda klinis, misalnya gejala encephalitis (radang otak akut) yang disertai hiperaktifitas, kejang, maupun kelumpuhan (paresis atau paralisis), lalu terjadi koma. Umumnya pasien meninggal dikarenakan gagal pernafasan yang terjadi di hari ke 7 sampai 10 semenjak timbul gejala pertama.

Gejala Infeksi Rabies

Gejala klinis penyakit rabies dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:

  1. Stadium prodomal atau awal tampak seperti infeksi virus lainnya. Pasien akan mengalami demam, sakit kepala, mual, anoreksia, dan sebagainya. 
  2. Stadium sensoris membuat pasien merasakan nyeri di bagian luka gigitan, kesemutan, panas, kebas, gelisah, gugup, berkeringat yang banyak, air liur berlebih, serta keluar air mata berlebih.
  3. Stadium eksitasi menunjukkan pasien yang menderita kegelisahan, kaget-kaget, kejang-kejang tiap ada rangsangan dari luar, sehingga terjadi takut angin (aerofobia) takut cahaya (fotofobia) hingga takut air atau hydrophobia. 

Menurut cuitan dari akun @afrkml di Twitter, takut air ini disebabkan pasien merasakan rasa sakit yang luar biasa ketika menelan air. Pasien merasakan sensasi terbakar seperti ditusuk-tusuk sehingga terasa sangat perih. 

Penderitaan tersebut sangat traumatis, sehingga ketika terciprat air akan membuat pasien teringat rasa sakit ketika menelan dan menjadi ketakutan. Hidrofobia muncul karena adanya spasme (kontraksi) otot inspirasi (kelompok otot yang terlibat dalam proses menghirup atau mengambil napas) yang diakibatkan oleh kerusakan pada batang otak saraf penghambat nukleus ambigus yang mengendalikan otot inspirasi.

Kemudian gejala berkembang menjadi manifestasi disfungsi batang otak. Adanya keterlibatan saraf kranial (saraf kepala) mengakibatkan diplopia dan neuritis optik (kondisi peradangan saraf optik). Diikuti juga dengan kelumpuhan saraf fasial (saraf yang berperan dalam mengatur gerakan otot wajah, kontrol ekspresi wajah, dan memberikan sensasi pengecapan pada sebagian lidah), serta kesulitan menelan yang khas. 

Gejala lainnya adalah kombinasi air liur berlebihan serta kesulitan dalam menelan mengakibatkan mulut berbusa. Munculnya disfungsi batang otak di awal penyakit adalah hal yang membedakan virus rabies dengan virus penyebab peradangan otak lainnya.

  1. Stadium akhir dinamakan paralitik dan lebih jarang dijumpai. Paralitik terjadi setelah pasien melewati ketiga stadium tersebut. Gejala awalnya adalah kelemahan atau kehilangan fungsi otot dimulai dari bagian tubuh yang lebih rendah dan naik secara progresif ke bagian tubuh yang lebih tinggi.

Tahapan gejala tersebut sulit dibedakan disebabkan durasi sakitnya singkat sekali. Yang paling penting adalah penanganan lanjutan. Ini karena kasus gigitan tidak bisa menunggu hingga gejala-gejala tadi muncul.

Sel Kanker terus Menjalar di Tubuh Ibu Tini, Bantuanmu sangat diharapkan!

Cara Penanggulangan Infeksi Rabies

Mengutip laman situs Kementerian Kesehatan RI, berikut penjelasan dari dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tentang cara penanggulangan luka gigitan supaya tidak menimbulkan penyakit rabies. 

  1. Cuci luka gigitan menggunakan air serta detergen selama kurang lebih 10-15 menit di bawah air yang mengalir. Tindakan ini sangat penting dan perlu dilakukan segera sesudah terjadi jilatan, cakaran maupun gigitan Hewan Penular Rabies (HPR). Tujuannya untuk membunuh virus rabies yang ada di sekitar area luka gigitan.
  2. Berikan antiseptik pada luka agar virus rabies yang masih tersisa di luka gigitan mati.  Jenis antiseptik yang bisa diberikan yaitu povidon iodine atau alkohol 70% serta zat antiseptik lainnya.
  3. Pasien harus mendapatkan Vaksin Anti Rabies atau VAR dan Serum Anti Rabies atau SAR. Umumnya keduanya bisa didapatkan di rumah sakit. Tujuan pemberian keduanya adalah untuk membangkitkan sistem imunitas di dalam tubuh pada virus rabies. Harapannya antibodi tersebut akan menetralkan virus rabies.

Akan tetapi vaksin rabies jadi tidak berarti jika virus rabies sudah mencapai susunan saraf pusat. Vaksin jadi tidak bermanfaat lagi.

Dosis Vaksin 

Penjelasan dari dr. Nadia, vaksin anti rabies diberikan pada pasien di hari ke-0 sebanyak dua dosis di lengan kanan dan kiri. Pada hari ke-7 diberikan lagi satu dosis di lengan kanan atau kiri. Di hari ke-21 diberi satu dosis di lengan kanan atau kiri.

Pemberian SAR dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksin di hari ke-0 dengan cara disuntikan di sekitar area luka sebanyak mungkin. 

2 Jenis Luka Akibat Gigitan Hewan Rabies

Luka karena rabies ada 2 macam, yaitu:

  1. Luka risiko tinggi: jilatan, luka pada jaringan kulit, luka pada leher, muka serta kepala, luka di jaringan tangan juga jari kaki, luka di daerah genitalia, luka yang cukup lebar atau dalam, dan luka multiple. Jenis luka ini harus mendapatkan VAR dan SAR. 
  2. Luka risiko rendah: jilatan di kulit yang terbuka maupun cakaran ataupun gigitan kecil yang menghasilkan luka lecet di daerah badan, kaki, tangan yang tidak banyak saraf. Kategori ini hanya memerlukan VAR.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia sampai April 2023 terdapat 31.113 kasus gigitan dengan jumlah kematian sebanyak 11 kasus. 95% kasus penyakit rabies tersebut penyebabnya adalah gigitan anjing. Jika memiliki peliharaan anjing atau hewan penular rabies, terutama anjing, maka hewan peliharaan kita harus diberi vaksin rabies agar tidak membahayakan keluarga dan orang lain. 

Selain penyakit rabies, banyak lagi kasus penyakit yang menjangkiti anak-anak seperti kasus gagal ginjal akut. Orang tua dari pasien anak tersebut banyak juga yang mengalami kesulitan membayar biaya pengobatan. Kita bisa berdonasi melalui WeCare.id untuk membantu mereka. Cukup dengan kunjungi situs web WeCare.id atau unduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Balita di Buleleng Bali Meninggal karena Rabies Usai Digigit Anjing. (2023). Diambil kembali dari cnnindonesia.com.

Rokom. (2018). Rabies Bisa Dicegah dan Disembuhkan. Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Rokom. (2019). Ini yang Harus Dilakukan Jika Digigit Hewan Penular Rabies. Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Rokom. (2023). Hingga April 2023 ada 11 Kasus Kematian Karena Rabies, Segera ke Faskes jika Digigit Anjing! Diambil kembali dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.Tanzil, K. (2014). PENYAKIT RABIES DAN PENATALAKSANAANNYA. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, 61-63.

Sumber Featured Image : Andr Sommerh dari Pixabay