Benarkah Gaya Parenting Bisa Menyebabkan Obesitas?

Benarkah Gaya Parenting Bisa Menyebabkan Obesitas?

Kasus Muhammad Kenzi Alfaro, bayi asal Bekasi yang menderita obesitas menjadi perbincangan publik. Bayi yang berusia 16 bulan tersebut sudah memiliki bobot 27 kilogram. Dia juga hanya bisa tidur dan duduk serta tidak bisa berdiri lama. Bayi tersebut sejak lahir telah diberi susu formula dan ketika berusia 1 tahun diberi susu kental manis. Menilik kasus bayi Kenzi, apakah gaya parenting orang tuanya menyebabkan dia menderita kondisi medis tersebut?

Klik Untuk Donasi - Alami Keterlambatan Pertumbuhan akibat Jantung Bocor, Damar Butuh Pertolonganmu Segera!
Bantu Damar Sembuh dari Penyakit Ja...
Damar Hanif Mahfuzi
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.4,427,200
  2. Pencapaian 24.80%
  3. Donatur 87

Penjelasan Tentang Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalah kondisi medis yang terjadi ketika seseorang memiliki kelebihan lemak tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Biasanya kondisi medis ini diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI) yang merupakan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Orang yang memiliki BMI di atas 30 dianggap mengalami kegemukan.

Obesitas dapat menjadi faktor risiko bagi sejumlah penyakit, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Selain itu, kegemukan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, seperti mengurangi mobilitas dan menurunkan tingkat energi.

Studi Mengenai Pengaruh Gaya Parenting Terhadap Obesitas

Melansir laman situs Live Science, sebuah studi baru yang dilakukan di Amerika Serikat, menemukan bahwa anak-anak cenderung makan apa yang dimakan oleh orang tua mereka, yang mengindikasikan kontribusi orang tua terhadap masalah obesitas yang semakin meningkat di antara anak-anak dan remaja.

Dijelaskan dalam laman situs The American Academy of Political dan Social Science, orang tua bisa bsa mempengaruhi anak-anak mereka secara lebih luas melalui gaya parenting mereka, yaitu pola umum pengasuhan yang memberikan latar belakang emosional pada hubungan orang tua-anak. Salah satu gaya pengasuhan tertentu, pendekatan otoritatif, dihubungkan dengan hasil anak yang lebih baik dalam banyak dimensi. 

Gaya parenting otoritatif bisa dijelaskan sebagai kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan perkembangan anak. Orang tua terlibat secara emosional dengan anak-anak mereka, tetapi juga mengekspresikan harapan tertentu dan menetapkan batas-batas yang jelas bagi mereka. Orang tua dianggap tegas, tetapi fleksibel, memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan kemandirian mereka, tetapi dalam batasan tertentu. 

Menariknya, gaya parenting ini juga dihubungkan dengan prevalensi obesitas anak yang lebih rendah. Mendorong penggunaan gaya pengasuhan ini bersamaan dengan perilaku yang mempromosikan kesehatan mungkin memiliki dampak terbesar pada pengembangan perilaku makan dan aktivitas sehat di antara anak-anak.

Hal yang Harus Diperhatikan Orang tua Agar Anak Terhindar dari Obesitas

Mengutip dari laman situs Kompas, dr. Frida Soesanti Sp.A(K), seorang dokter spesialis anak dan konsultan endokrinologi, menjelaskan cara agar anak terhindar dari obesitas.

Semenjak dini memperkenalkan kebiasaan makan yang sehat

Kebiasaan ini idealnya dimulai semenjak anak mulai menerima makanan pendamping ASI (MPASI), yaitu pada usia 6 bulan sesudah melewati masa ASI eksklusif. Asupan makanan tambahan sesudah ASI akan mempengaruhi pertumbuhan anak.

Memantau terus berat badan dan pertumbuhan anak mereka sejak bayi

Awasi pertumbuhan anak menggunakan kurva pertumbuhan sebagai alat pemantauan. Kurva ini akan memperlihatkan apakah kenaikan berat badan anak sejalan dengan tinggi dan usianya. Bila berat badan anak telah mencapai +2 SD dari tinggi badannya, ini menunjukkan anak mengalami kegemukan. Bila angkanya mencapai +3 SD, maka anak dianggap menderita obesitas.

Tips Agar Anak Terhindar dari Obesitas  

dr. Frida Soesanti Sp.A(K) menjelaskan beberapa cara agar anak tidak mengalami obesitas, di antaranya:

  1. Membuat jadwal makan teratur yang terdiri dari tiga kali makan besar (sarapan, makan siang, makan malam), serta dua kali selingan. 
  2. Hindari diet ketat atau mengurangi jumlah kalori secara drastis karena bisa membuat anak kelaparan dan berakibat pada efek yoyo.
  3. Pilih menu yang berwarna-warni dalam satu piring, yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, karbohidrat, dan protein. Warna-warni pada piring menandakan bahwa menu tersebut sehat.
  4. Seluruh anggota keluarga di rumah harus bekerja sama membentuk pola makan yang baik. Berikan contoh langsung dengan mengonsumsi makanan yang sehat karena anak akan meniru apa yang dimakan anggota keluarga lain.
  5. Orang tua dapat mengajak anak berolahraga bersama-sama atau melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan seperti bersepeda atau berenang.
  6. Batasi waktu anak menggunakan gadget untuk mencegah aktivitas fisik yang berlebihan dan kurangnya waktu untuk bermain dan berolahraga. Anak sebaiknya hanya diperbolehkan menggunakan gadget selama 1-2 jam per hari.

Alami Sesak akibat Jantung Bocor dan Kelainan pada Pembuluh Darahnya, Fathan Butuh Biaya untuk Operasi Segera!

Cara Mengajarkan Pola Makan yang Sehat Pada Balita

Orang tua kerap menghadapi kesulitan ketika akan mengajarkan pola makan sehat pada anak. Biasanya orang tua menghadapi masalah anak yang menunjukkan ketidaksukaan pada makanan tertentu. Berikut cara untuk mengatasi hal ini menurut psikolog Irma Gustiani, M.Psi, Psikolog, PGCertPT dan dr. Frida Soesanti.

  1. Berikan porsi makan anak dalam jumlah kecil dan tampilan visual menarik agar anak bisa melihat bahwa makanan tersebut cukup buat dia.
  2. Bersabar dan menjaga suasana hati selama kegiatan makan agar tidak berkonflik dengan anak. Kegiatan makan di usia ini merupakan waktu yang penting bagi anak.
  3. Konsumsi semua jenis bahan makanan yang sesuai dengan peruntukan dan usia anak serta jumlahnya tidak berlebihan.
  4. Cermati label pada produk makanan, seperti label kental manis, yang sudah tertulis bahwa produk tersebut tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.
  5. Tingkatkan aktivitas fisik anak dengan ajak anak bergerak aktif minimal 30 menit setiap hari untuk mencegah obesitas.

Pada akhirnya, orang tua yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mereka, dan yang mengadopsi, menerapkan, dan mencontohkan perilaku lebih sehat, lebih mungkin berhasil dalam mencegah anak mereka mengalami obesitas atau membantu mereka menurunkan berat badan. 

Agar kasus yang sama seperti yang terjadi pada bayi Kenzi tidak terjadi lagi, peran serta orang tua dalam menerapkan pola makan yang sehat pada anak-anak sangatlah penting. Dengan terbiasa mengonsumsi makanan yang bergizi semenjak dini, kasus obesitas pada anak bisa dihindari. Selain kasus kegemukan, bayi-bayi juga banyak yang menderita kondisi medis lain yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan. Kita bisa membantu mereka dengan berdonasi melalui WeCare.id. Untuk memberikan bantuan bisa dengan mengunjungi situs web WeCare.id atau mengunduh aplikasi WeCare.id di  Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Gaya Parenting Pengaruhi Risiko Obesitas Anak. (2023). Diambil kembali dari health.kompas.com.

Obesity. (2010). Diambil kembali dari ucsfbenioffchildrens.org.

Live Science Staff. (2009). Parents Blamed for Childhood Obesity. (2009). Diambil kembali dari livescience.com.Rhee, K. (2008). THE ROLE OF PARENTS IN PREVENTING CHILDHOOD OBESITY. Diambil kembali dari aapss.org.

Sumber Featured Image : -Rita-👩‍🍳 und 📷 mit ❤ dari Pixabay