Kasus Diabetes Melitus pada Anak Melonjak Tajam!

Kasus Diabetes Melitus pada Anak Melonjak Tajam!

Menyusul meningkatnya kasus diabetes melitus (DM) pada anak, Menkes RI, Budi Gunawan Sadikin, mengamanatkan agar masyarakat lebih waspada akan bahaya penyakit yang dijuluki silent killer ini. 

Menurut WHO, frekuenki diabetes melitus di seluruh dunia meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, anak-anak berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Penyakit diabetes disebut sebagai induk dari semua jenis penyakit karena DM bisa memicu munculnya penyakit kronis yang lain juga kematian dini.

Klik Untuk Donasi - Alami Luka Diabetes Hingga Membengkak dan Menimbulkan Bau, Bu Aminah Butuh Pertolonganmu Segera!
Diabetes
Aminah
Oleh Medikator
  1. Terdanai Rp.859,000
  2. Pencapaian 4.09%
  3. Donatur 11

Tipe Diabetes Melitus

Diabetes merupakan penyakit metabolik kronis. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah/gula darah yang meningkat. Dengan berjalannya waktu, diabetes melitus dapat menyebabkan kerusakan serius pada pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, dan saraf.

Terdapat dua tipe diabetes melitus, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling umum. Pengidapnya kebanyakan orang-orang dewasa. Tipe 2 terjadi saat tubuh menjadi resisten terhadap insulin ataupun tidak menghasilkan insulin yang cukup. 

Diabetes melitus tipe 2, dalam 3 dekade terakhir prevalensinya sudah meningkat secara dramatis di negara-negara dengan beragam tingkat pendapatan. Sementara itu, dahulu dikenal sebagai juvenile diabetes ataupun insulin-dependent diabetes, diabetes tipe 1 merupakan kondisi kronis di mana pankreas menghasilkan sedikit atau tidak ada insulin dengan sendirinya.

Diabetes melitus tipe 1 merupakan tipe yang paling umum terjadi pada anak-anak. Dua pertiga dari kasus baru penderitanya adalah anak-anak yang berasal dari semua kelompok etnis. Penyakit ini merupakan satu penyakit anak kronis yang paling umum. 1 dari 350 anak pada usia 18 tahun mengidap penyakit diabetes. Baru-baru ini kasusnya meningkat, khususnya pada anak-anak di bawah 5 tahun.

Walaupun tipe 1 bisa terjadi pada semua usia, umumnya penyakit ini terjadi pada anak antara usia 4-6 tahun atau antara 10-14 tahun. Banyak negara mendokumentasikan tingginya jumlah kasus diabetes tipe 1 yang baru didiagnosis, khususnya yang terjadi pada anak-anak yang lebih muda. 

Uniknya, sebagian pola penyakit yang terjadi pada anak-anak mirip wabah penyakit menular. Sekarang ini belum diketahui pencegahan untuk diabetes 1.

Meski diabetes melitus tipe 2 jarang terjadi pada anak-anak, namun kini kasusnya mengalami peningkatan akibat obesitas yang banyak dialami anak-anak dan kurangnya aktivitas fisik yang dipercaya memiliki peran penting dalam peningkatan kasus ini. Kasus obesitas di kalangan anak-anak mengalami peningkatan karena kebiasaan makan serta gaya hidup.

Penyebab Diabetes Melitus pada Anak

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab Diabetes Melitus tipe1, yaitu:

  • Ada kecenderungan genetik
  • Sistem imun
  • Faktor lingkungan
  • Sel β pankreas meskipun belum diketahui masing-masing perannya pada proses DM tipe-1. 

Sementara itu penyebab diabetes melitus tipe 2 sangat sekali hubungannya dengan gaya hidup yang tidak sehat, di antaranya:

  • kurang aktivitas fisik
  • berat badan berlebih
  • obesitas
  • diet tidak sehat/tidak seimbang
  • hipertensi
  • dislipidemia (gangguan metabolism lemak yang ditandai dengan kadar lipid (lemak) yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah)
  • merokok

Menurut Riskesdas (Data Riset Kesehatan Dasar) 2013 angka kejadian faktor risiko diabetes melitus tipe 2 yakni 18,8% anak dengan usia 5-12 tahun menderita kelebihan berat badan. Sementara itu, 10,8% menderita obesitas.

Gejala Diabetes Melitus yang Harus Diwaspadai

Gejala-gejala berikut ini penting untuk diwaspadai bila anak mengalami diabetes mellitus, yaitu:

Merasa haus terus-menerus

Anak yang menderita DM akan sering merasa haus. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin, akibatnya tubuh mengalami dehidrasi

Merasa lapar terus-menerus

Anak penderita diabetes melitus akan sering merasakan lapar walaupun baru selesai makan. Penyeab rasa lapar ini karena jumlah insulin yang tidak cukup sehingga gula tidak mampu diolah menjadi energi.

Sering buang air kecil dan mengompol

Anak sering merasa haus sehingga banyak minum, tapi hal ini tidak diimbangi oleh kemampuan tubuh dalam menyerap cairan. Akibatnya anak penderita DM menjadi lebih sering kencing dibandingkan frekuensi normal, khususnya di malam hari.

Penurunan berat badan yang drastis (2-6 minggu sebelum terdeteksi DM)

Anak yang mengalami diabetes melitus banyak makan karena sering merasa lapar. Namun, badannya tidak bertambah besar, cenderung kehilangan banyak berat badan. Penyebabnya adalah tubuh tidak mampu menyerap gula darah dalam tubuh. Karenanya jaringan otot dan lemak menjadi menyusut.

Derita Diabetes diUsia Muda, Adik Abyan Butuh Pertolonganmu Segera!

Kelelahan serta mudah marah

Anak menjadi mudah lelah karena tubuhnya tidak mampu menyerap gula makanan sehingga menyebabkan dia kekurangan energi. Selain itu, anak penderita DM juga akan mengalami gangguan perilaku serta perubahan emosi. Dia menjadi lebih cepat marah dan murung.

Di samping tanda-tanda di atas, masih ada lagi beberapa tanda kedaruratan yang penting untuk diwaspadai, di antaranya:

  • dehidrasi
  • sesak napas
  • napas berbau keton
  • syok

Diabetes melitus tipe 1 tidak bisa dicegah. Semua orang dari berbagai umur dapat mengalaminya. Di Indonesia, pertama kali DM tipe 1 paling banyak dialami oleh kelompok usia 10-14 tahun. Jumlah kasusnya sebanyak 403. Untuk kelompok usia antara 5-9 tahun jumlah kasusnya 275. 

Sementara itu, untuk kelompok anak yang berusia kurang dari 5 tahun jumlah kasusnya 146. Adapun jumlah kasusnya yan paling sedikit yaitu usia di atas 15 tahun, sebanyak 25 kasus.

Untuk kasus Diabetes Melitus tipe 2, biasanya terjadi pada anak dengan usia puber atau lebih tua. Ciri lain dari DM tipe 2 adalah kulit menjadi lebih gelap. Gangguan pada kerja insulin atau resistensi insulin bisa membuat beberapa area kulit pada tubuh anak berubah menjadi terlihat lebih gelap, contohnya di ketiak serta leher.

Pencegahan Diabetes Melitus

Peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh obesitas, maka untuk mencegahnya perlu menerapkan gaya hidup yang sehat seperti:

Menjaga berat badan ideal

Bila anak mempunyai berat badan yang berlebih, usahakan untuk menguranginya hingga kira-kira 5-10% untuk menurunkan risiko. Dianjurkan untuk melakukan diet kalori serta rendah lemak. Ini adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan serta mencegah terkena DM tipe 2.

Banyak makan buah dan sayur

Dengan mengonsumsi bermacam jenis sayuran dan buah setiap hari, risiko DM tipe 2 bisa dikurangi.

Mengurangi konsumsi minum manis dan bersoda

Terlalu sering mengonsumsi minuman teh dalam kemasan atau minuman bersoda meningkatkan risiko terkena DM.

Aktif berolahraga

Untuk mendapatkan berat badan yang ideal serta menekan risiko terkena DM tipe 2, usahakan untuk berolahraga sekurang-kurangnya 30 menit tiap harinya. Berolahraga juga dapat menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan kadar insulin.

Batasi waktu penggunaan gawai

Terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai membuat anak jadi tidak aktif bergerak. Kondisi ini meningkatkan risiko anak terkena diabetes melitus tipe 2.

Diabetes Melitus di Indonesia

Kasus diabetes pada anak menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meningkat tajam pada 2023 hingga 70 kali lipat bila dibandingkan dari tahun 2010. Pada Januari 2023 prevalensi kasus yaitu 2 per 100.000 jiwa.

Laporan yang diterima oleh IDAI sampai 31 Januari 2023 malam hari, terdapat 1.645 pasien anak yang menderita diabetes melitus. Mereka tersebar di 13 kota, yaitu Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, Denpasar, Manado, dan Makassar. 

Menkes mengimbau masyarakat untuk secara rutin memeriksa hemoglobin A1c (HbA1c). Tujuannya adalah untuk mengukur rerata jumlah hemoglobin atau sel darah merah yang berhubungan dengan gula darah pada 3 bulan terakhir. 

Gula darah yang normal adalah bila HbA1c di bawah 5,7%. Bila jumlah HbA1c antara 5,7–6,4%, maka dinyatakan prediabetes. Sementara itu jika jumlah HbA1c hingga 6,5% atau lebih, maka dinyatakan diabetes melitus.

Itulah informasi mengenai diabetes melitus yang kasusnya pada anak kini meningkat drastis. Para orang tua harus melakukan pencegahan agar anak tidak terkena DM karena seperti diketahui diabetes dapat membuat seseorang terkena penyakit kronis lainnya, seperti jantung, gagal ginjal, ataupun mata. 

Banyak di antara anak-anak yang menderita diabetes melitus orang tuanya mengalami kesulitan biaya pengobatannya. Yuk, mari bantu mereka dengan berdonasi melalui WeCare.id. Caranya mudah sekali. Cukup buka situs web WeCare.id atau unduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

P2PTM Kemenkes RI. (2018). Anak Juga Bisa Diabetes. Diambil kembali dari p2ptm.kemkes.go.id.

Diabetes in Children. (2009). Diambil kembali dari healthychildren.org.

Diabetes: Risks for children. (2022). Diambil kembali dari who.int.Ulya, F. N. (2023). Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Menkes: Kalau Tak Ditangani, Bisa Stroke dan Sakit Jantung. Diambil kembali dari nasional.kompas.com.

Sumber Featured Image : Tesa Robbins dari Pixabay