Takut Lockdown, Warga Beijing Lakukan Panic Buying

Takut Lockdown, Warga Beijing Lakukan Panic Buying

Tiba-tiba saja warga Beijing melakukan panic buying. Mereka rela mengantre di luar supermarket dan toko-toko walaupun jaminan dari pemerintah bahwa ada cukup makanan. Ini terjadi karena adanya lonjakan kasus Covid-19 di ibu kota Beijing. Meningkatnya kasus positif Covid-19 di Beijing membuat pemerintah gencar melakukan pengujian massal untuk jutaan penduduknya. Dilaporkan terdapat 26 kasus di Distrik Chaoyang selama akhir pekan. Sejauh ini angka tersebut merupakan jumlah tertinggi dalam lonjakan yang terbaru di Beijing. 

Daftar isi:

  1. 1. Tak Ingin Senasib dengan Warga Shanghai
  2. 2. Kebijakan Zero Case 
  3. 3. Rak-Rak di Supermarket Kosong
  4. 4. Bagaimana dengan Kasus di Kota Lain?

Tak Ingin Senasib dengan Warga Shanghai

Warga Beijing melakukan panic buying karena takut mengalami seperti warga Shanghai. Di kota tersebut diberlakukan lockdown total sehingga menyebabkan sekitar 25 juta orang mengurung diri di rumah mereka selama berminggu-minggu. Supaya terhindar dari nasib serupa, maka kota Beijing pun mulai melakukan tes massal pada 3,5 juta penduduk yang berada di Chaoyang, yaitu distrik terpadat di ibu kota. Tak hanya Chaoyang, pihak berwenang di sana juga mengikutkan 10 distrik lain serta satu zona pembangunan ekonomi dalam tes wajib tersebut. 

Pada 25 April, terdapat 33 kasus Covid-19 baru di Beijing. Sebelumnya kasus tersebut hanya berjumlah 19 dan tanpa kematian. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Shanghai yang ratusan ribu, jumlah ini tentu saja sangat sedikit. Di Kota Shanghai dilaporkan terjadi 52 kasus kematian baru, naik dari sebelumnya yang berjumlah 51 kasus. Jumlah resmi kasus kematian menjadi 190 walaupun banyak warga yang melaporkan teman atau kerabatnya meninggal sesudah tertular Covid-19 di awal Maret. Ini menimbulkan keraguan terhadap angka statistik tersebut. 

Sementara itu, panic buying di Beijing terjadi karena masyarakat mengetahui kondisi warga di kota Shangai. Di sana dilakukan pembatasan yang ketat. Setiap kompleks perumahan, setiap gerbang, dan setiap pintu diatur dengan ketat. Pihak berwenang di Shanghai menutup akses masuk ke banyak blok perumahan umum selama akhir pekan. Bahkan, seluruh jalan diberi pagar kawat hijau setinggi dua meter. 

Klik Untuk Donasi - Bantu Rawat ODGJ di Yayasan Jamrud Biru dapat hidup dengan sejahtera
  1. Terdanai Rp.837,000
  2. Pencapaian 1.45%
  3. Donatur 8

Kebijakan Zero Case

Meskipun menurut standar global, kasus Covid-19 di Beijing termasuk rendah, pemerintah Cina tetap dengan kebijakan Zero Case-nya. Di masa sebelumnya, kebijakan lockdown total, tes massal serta karantina terbukti sukses menahan wabah tersebut. Namun kemudian negara ini dihantam oleh varian Omicron yang terkenal cepat sekali penyebarannya. Sekarang ini pihak berwenang di Cina menekankan pencapaian Zero-Covid dalam lingkungan sosial, yang artinya tidak ada kasus yang ditemukan di luar sistem karantina. Karena itulah warga Beijing melakukan panic buying dan berbelanja lebih awal agar masalah yang dihadapi oleh penduduk Shanghai tidak mereka alami.

Karena kasus di Beijing cukup kecil jika dibandingkan Kota Shanghai, maka sebagian besar sekolah, toko serta kantor di Chaoyang tetap buka. Distrik ini merupakan tempat tinggal warga kaya dan kedutaan asing dan tempat hiburan juga kantor pusat perusahaan. 

Rak-Rak di Supermarket Kosong

Panic buying yang dilakukan masyarakat Beijing membuat rak-rak makanan di supermarket menjadi kosong. Tak hanya makanan jadi, mereka juga menyerbu bahan makanan. Bahkan sawi pun ludes diborong penduduk. 

Dikutip dari laman situs Economy.Okezone.com, masyarakat Beijing takut kalau pasokan akan terputus sehingga tak dapat memenuhi permintaan mereka. Karena itu mereka melakukan panic buying dengan membeli keperluan untuk satu minggu ke depan. Namun ada juga warga yang tidak khawatir, tapi tetap berbelanja untuk keperluan satu minggu karena memiliki anak. Warga yang berbelanja sebenarnya kebingungan harus membeli apa. Namun akhirnya mereka membeli makanan yang bisa disimpan lama dan sayuran. 

Bagaimana dengan Kasus di Kota Lain?

Tak hanya Shanghai dan Beijing, lebih dari 20 kota di luar dua kota tersebut juga diberlakukan lockdown. Di beberapa kota lain, seperti Sanya yang berada di selatan, orang hanya bisa masuk atau keluar jika mereka menunjukkan hasil tes Covid negatif dengan jangka waktu kurang dari 48 jam. Selain itu, mereka juga harus menunjukkan kode hijau di aplikasi Covid Cina. Untuk periode awal bulan ini, Provinsi Jiangsu menutup 129 stasiun tol dan 59 pusat layanan. Kementerian Perhubungan menyebutkan 11 stasiun tol dan 27 pusat layanan tetap ditutup di seluruh negeri. 

Untuk menghindari situasi yang terjadi di Beijing dan daerah Cina lainnya, yang menimbulkan panic buying, kita harus tetap mengikuti protokol kesehatan. Tetap memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun dan air agar tidak menularkan dan tertular virus tersebut. Jika kita bisa bekerja sama, maka kita bisa mencegah terjadinya kembali lonjakan kasus Covid-19 seperti saat terjadi serangan varian Delta. Daripada panic buying, yuk kita beramal dengan membantu pasien yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan. Untuk berpartisipasi, kamu hanya perlu mengunduh aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Alami Gagal Ginjal Stadium Akhir, Melissa Butuh Biaya untuk Transplantasi Ginjal!

Referensi

Beijing kicks off mass testing after spike in Covid cases. (2022). Diambil kembali dari bbc.com.

Beijing to test 20 million for COVID-19 as Shanghai lockdown misery looms large. (2022). Diambil kembali dari channelnewsasia.com.

Covid lockdown fears spark panic buying in Beijing as largest district begins mass testing. (2022). Diambil kembali dari theguardian.com.

Fears, P. b. (2022). Panic buying in Beijing stores amid COVID lockdown fears. Diambil kembali dari reuters.com.Panic Buying! Warga Beijing Mulai Timbun Makanan. (2022). Diambil kembali dari economy.okezone.com.

Sumber Featured Image : John Cameron on Unsplash