Yakin Kebal Usai Divaksin? Hati-hati Efek Peltzman

Yakin Kebal Usai Divaksin? Hati-hati Efek Peltzman

Setelah melakukan vaksinasi, beberapa orang mulai abai dengan prosedur kesehatan karena merasa sudah kebal terhadap virus. Itu yang terjadi dengan kasus negara Israel. Dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, negara tersebut sudah mulai membuka kegiatan ekonomi dan pemakaian masker sudah dicabut. Namun apa yang terjadi, memasuki bulan Juli hingga awal Septermber kasus positifnya meningkat. Banyaknya orang yang merasa kebal setelah vaksin ini merupakan fenomena efek Peltzman.

Klik Untuk Donasi - Vaksinasi Untuk Eliminasi COVID-19 | #SinergiUntukJakarta
  1. Terdanai Rp.1,259,000
  2. Pencapaian 0.81%
  3. Donatur 21

Mengenal Efek Peltzman

Asal nama “Efek Peltzman” diambil dari nama seorang ekonom Universitas Chicago yang bernama Sam Peltzman”. Pada akhir 1960-an, pemerintah AS mengharuskan penggunaan sabuk pengaman sebagai respon terhadap meningkatnya angka kecelakaan dan kematian kendaraan bermotor. Peltzman ingin mengetahui apakah penggunaan sabuk pengaman serta peningkatan teknologi keselamatan mobil mengakibatkan penurunan tingkat kematian karena kecelakaan mobil.

Kemudian Sam Peltzman mempublikasikan hasil temuannya dalam artikelnya dengan judul “The Effects of Automobile Safety Regulation”, pada Journal of Political Economy pada tahun 1975. Dia mendapati fakta ternyata tidak terjadi penurunan angka kematian akibat kecelakaan mobil. Karena menggunakan langkah-langkah keamanan baru pengemudi jadi merasa lebih aman dan mereka pun mengemudi secara sembrono sampai meningkatkan kecelakaan. Langkah-langkah untuk melindungi pengemudi dari konsekuensi mengemudi yang buruk justru mendorong cara mengemudi yang buruk.

Langkah-langkah keamanan seperti penggunaan airbag atau sabuk pengaman atau rem antilock membuat penumpang lebih aman. Namun hal tersebut jadi membuat orang yang lewat atau yang bukan penumpang, seperti pejalan kaki atau pengendara sepeda yang memakai helm, jadi kurang aman karena pengemudi yang mengemudi secara terburu-buru. Efek Peltzman menjelaskan bahwa individu kemungkinan akan mengambil risiko lebih besar saat mereka merasa terlindungi.

Kontroversi

Terdapat beragam bukti mengenai efek Peltzman dan apakah kesimpulan dari hasil penelitian Peltzman tahun 1975 itu valid atau tidak. Misalnya saja, analisis tahun 1977 mengenai data asli Peltzman menemukan banyak kesalahan. Analisis itu juga menemukan bahwa model yang digunakan oleh Peltzman gagal memprediksi tingkat kematian pra-peraturan. 

Selain itu, memang ada beberapa penelitian menemukan bahwa langkah-langkah keamanan dapat dikaitkan dengan peningkatan perilaku berisiko. Namun penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada bukti dampak tindakan keselamatan terhadap perilaku berisiko. 

Misalnya saja, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 yang berseberangan dengan temuan Peltzman. Penelitian itu tidak menemukan bukti bahwa peningkatan penggunaan sabuk pengaman berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku mengemudi. Faktanya, penelitian tersebut menemukan bahwa mandat sabuk pengaman sebenarnya terkait dengan pengurangan jumlah kematian lalu lintas.

Efek Peltzman dan Covid-19

Teori ini memiliki penerapan yang beragam yang berkaitan dengan perilaku pengambilan risiko, khususnya dalam domain perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Terdapat potensi penerapan Efek Peltzman berkaitan dengan pandemi Covid-19 sekarang ini, terutama dampak dan kesuksesan kampanye vaksinasi.

Berdasarkan Efek Peltzman, diperkirakan kalau orang yang sudah melakukan vaksinasi mungkin merasakan rasa aman yang lebih tinggi dan karena itu terlibat dalam perilaku berisiko yang bisa memfasilitasi penularan virus. Selain itu, karena semakin banyak orang mendapatkan vaksinasi, perilaku ini bisa meningkat karena orang mungkin percaya bahwa risiko semakin berkurang berkat herd immunity walaupun kekebalan meluas ini masih membutuhkan waktu yang lama untuk tercapai.

Selain itu, mungkin pesan positif yang terkait dengan manfaat keamanan dari vaksinasi bisa membantu dalam mendorong orang untuk melakukan vaksinasi. Namun hal itu berpotensi mengakibatkan penurunan persepsi risiko di antara mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi. Akibatnya, manfaat program vaksinasi dalam mengurangi penularan Covid-19 bisa berkurang sebagian karena orang yang divaksinasi meningkatkan interaksi sosial serta tidak patuh lagi terhadap prosedur kesehatan. 

Klik Untuk Donasi - Mari bantu renovasi Masjid Babussalam yang sudah mulai lapuk karena terendam banjir.
  1. Terdanai Rp.375,000
  2. Pencapaian 0.03%
  3. Donatur 28

Kesimpulan

Ternyata menurut Efek Peltzman, orang menjadi semakin berhati-hati ketika mereka merasakan risiko yang lebih besar dan kurang berhati-hati jika mereka merasa lebih terlindungi. Hal yang sama terjadi pada kasus vaksinasi. Orang-orang yang sudah mendapatkan vaksinasi jadi abai prokes karena merasa aman sehingga memungkinkan terjadi kenaikan kasus positif. 

Jadi, meskipun sudah melakukan vaksinasi tetap harus mengikuti prokes yang ditetapkan pemerintah. Kalau kamu sudah divaksin, tetap hindari kerumunan dan lebih baik di rumah saja agar fenomena Efek Peltzman tidak terjadi. Lebih baik di rumah sambil membantu pasien yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan dengan cara download aplikasi WeCare.id di Google Play atau App Store untuk donasi mudah dan praktis kapan saja. 

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

Bakshi, S. (2021). The Peltzman Effect and Cybersecurity. Diambil kembali dari isaca.org.

The Peltzman Effect . (2021). Diambil kembali dari thedecisionlab.com.The Peltzman Effect: How Safety Perception Increases Risk. (2019). Diambil kembali dari tradestops.com.

Sumber Features Image : ronstik dari Pixabay