Kabar Palestina Terkini Usai Pertempuran 11 Hari

Kabar Palestina Terkini Usai Pertempuran 11 Hari

Setelah 11 hari berhenti saling menyerang, bagaimana keadaan Palestina terkini? 

Melansir dari laman situs berita Independent, selama pertempuran baru-baru ini, Israel melepaskan ratusan serangan udara di seluruh Gaza pada yang mereka katakan sebagai target militan. Hamas dan kelompok bersenjata lainnya menembakkan lebih dari 4.000 roket ke kota-kota Israel, yang sebagian besar dihadang atau mendarat di daerah terbuka.

Pertempuran antara Israel dan Hamas dimulai pada 10 Mei saat militan Hamas di Gaza menembakkan roket jarak jauh ke Yerusalem. Serangan ini berkaitan dengan bentrokan berhari-hari yang terjadi antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di Al-Aqsa. 

Klik Untuk Donasi - Selamatkan Seni Budaya Lokal dan menanam kan pendidikan Al Quran sejak usia dini.
  1. Terdanai Rp.0
  2. Pencapaian 0.00%
  3. Donatur 0

Sepertinya kerugian akibat pertempuran masih sulit untuk dikalkulasi hingga kini. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, tewas dalam pertempuran itu. 12 orang di Israel, termasuk dua anak-anak, juga tewas dalam pertempuran itu. 

Pada Minggu pagi tanggal 23 Mei 2021, ratusan pekerja kota dan sukarelawan memulai kampanye satu minggu untuk membersihkan puing-puing dari jalan-jalan Kota Gaza. Di luar gedung tinggi yang rata, para pekerja memuat puing-puing ke dalam gerobak keledai dan truk pikap kecil. Tak jauh dari gedung pemerintah yang hancur, terlihat anak-anak mengumpulkan kabel dan sisa apa pun yang bisa didaur dijual seharga beberapa shekel.

Perkiraan Kehancuran Menurut PBB

Selama pertempuran 11 hari PBB memperkirakan bahwa sekitar 1.000 rumah hancur. Koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah setempat, Lynn Hastings, mengatakan ratusan unit rumah tambahan rusak sangat parah sehingga kemungkinan tidak dapat dihuni.

Jika dibandingkan dengan perang 50 hari yang terjadi pada tahun 2014, kehancuran ini tidak terlalu parah. Pada tahun 2014 tersebut seluruh lingkungan menjadi puing-puing dan 141.000 rumah musnah atau rusak. Namun setelah perang tersebut, para donor internasional dengan cepat menjanjikan $2,7 miliar bantuan rekonstruksi untuk daerah kantong yang babak belur itu. 

Akan tetapi sekarang masih belum jelas apakah komunitas internasional, yang sudah lelah menghadapi krisis global COVID-19 dan diplomasi Timur Tengah yang belum sukses selama bertahun-tahun, akan siap untuk membuka dompetnya lagi.

Peran Mesir dalam Pemberhentian Pertempuran 11 Hari

Ternyata dibalik gencatan senjata antara Israel dan militan Hamas ada peran negara Mesir. Melansir laman situs berita the Wall Street Journal, disebutkan bahwa Mesir memainkan peran penting dalam menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Beberapa jam sebelum pernyataan bahwa gencatan senjata telah tercapai, Presiden Biden mengadakan panggilan telepon pertamanya dengan presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi, dan keduanya membahas upaya untuk mengurangi eskalasi konflik.

Presiden Amerika Serikat dalam pidatonya pada hari Kamis, 27 Mei 2021, mengucapkan terima kasih yang tulus pada Presiden Al Sisi serta pejabat senior Mesir untuk peran pentingnya di dalam dipromasi tersebut. 

Efek Psikologis Pertempuran terhadap Kesehatan Mental Anak-Anak

Menurut pemberitaan dari Aljazeera, ketika Gaza mencoba untuk pulih dari serangan Israel 11 hari yang mematikan, para ibu dan pekerja kesehatan mental sudah menyuarakan keprihatinan bahwa efek psikologis dari pertempuran yang terjadi selama 11 hari itu akan bertahan lama di kalangan anak-anak di Jalur Gaza. Orang-orang muda termasuk di antara kelompok yang paling terkena dampak selama operasi terbaru Israel di daerah kantong pantai yang terkepung.

Walaupun gencatan senjata sudah disepakai oleh kedua belah pihak, pihak keluarga masih banyak yang menderita. Mereka kebanyakan sudah mengalami trauma dengan peristiwa pemboman 51 hari Israel di Gaza pada tahun 2014. 

Ghada Redwan yang merupakan seorang psikoterapis di Pusat Trauma Palestina Inggris menyampaikan bahwa selama serangan beberapa keluarga di Gaza telah menghubungi pusat tersebut. Mereka meminta bantuan untuk kesehatan mental anak-anak mereka.

Untuk menyembuhkan trauma dan gangguan stres pasca-trauma, Redwan menawarkan pelatihan berbasis fokus yang banyak digunakan oleh para ahli kesehatan mental. Dia memberikan keluarga serta anak-anak teknik yang dapat membantu para korban menghilangkan trauma yang berlangsung.

Beberapa dari para korban menderita kepanikan parah dan ketakutan yang hebat. Selain itu, ada anak-anak yang mengalami gejala psikologis berupa emosi yang kuat serta muntah-muntah.

Dia mengatakan menyarankan para ibu untuk mencoba dan tetap tenang di depan anak-anak mereka, khususnya saat terjadi pengeboman, sesuatu yang jelas lebih mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan. Menurut Redwan yang mempunyai dua anak perempuan dengan usia enam dan tiga tahun sangat sulit untuk bisa melewati pengalaman ofensif tersebut. Untuk mengalihkan fokus anak-anak dari perang dan pertempuran, mereka diajak menonton kartun atau melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan usia anak. Tiap kali mereka merasa ketakutan dengan bom, dia akan memeluk anak-anaknya dan menenangkan mereka.

Keadaan Palestina terkini sudah sedikit membaik dengan berhentinya perang, tetapi dampak pertempuran 11 hari tersebut ternyata sangat besar. Banyak penduduk kehilangan tempat tinggal dan yang tak kalah penting adalah trauma yang dirasakan oleh anak-anak. Jika kamu sudah berdonasi untuk Palestina, yuk berdonasi juga untuk masyarakat Indonesia yang tidak mampu. Mereka adalah pasien yang mengidap berbagai penyakit yang membutuhkan bantuan dana.

Kamu juga bisa berdonasi lebih mudah melalui aplikasi WeCare.id. Caranya, download aplikasi WeCare.id di ponselmu. Donasi yang kamu berikan tentu sangat berharga untuk teman-teman yang membutuhkan.

Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!

Referensi

After another war, displaced Gazans face familiar plight. (2021). Diambil kembali dari independent.co.uk.
Humaid, M. (2021). ‘Wake up screaming’: Gaza’s children traumatised by Israeli war. Diambil kembali dari aljazeera.com.
Reconstruction pledges don’t address Gaza’s ‘very immediate needs’. (2021). Diambil kembali dari trtworld.com.Salama, V. & Malsin, J. (2021). Egypt Played Central Role in Israeli-Palestinian Cease-Fire. Diambil kembali dari wsj.com.