Kehilangan penciuman merupakan salah satu gejala Covid-19 pada OTG atau orang tanpa gejala. Hilangnya penciuman tersebut dinamakan dengan anosmia. Anosmia bisa menjadi kondisi sementara atau permanen. Kita bisa kehilangan sebagian atau seluruh indra penciuman ketika selaput lendir di hidung teriritasi atau terhalang seperti ketika menderita pilek parah atau infeksi sinus, misalnya. Tetapi jika ketidakmampuan untuk mencium tidak terkait dengan pilek atau infeksi sinus atau tidak kembali setelah hidung tersumbat sembuh, kita harus memeriksakan diri ke dokter. Ini bisa menjadi gejala masalah lain, salah satunya adalah COVID-19.
Klik Untuk Donasi - Ramadan Berbagi Masker Untuk Saudara Dhuafa- Terdanai Rp.1,948,000
- Pencapaian 1.69%
- Donatur 42
Bagi kebanyakan orang, kehilangan penciuman mulai memburuk setelah usia 60 tahun dan sebagian besar orang tua kehilangan indra penciuman mereka hampir sepenuhnya. Spesialis mulut dan hidung melaporkan bahwa kemampuan mencium mencapai puncaknya antara usia 30 dan 60 tahun. Selain itu, wanita memiliki indra penciuman yang lebih baik daripada pria.
Daftar isi:
Kehilangan Penciuman Karena COVID-19
Salah satu indikator yang paling awal dari COVID-19 dan paling sering dilaporkan yaitu kehilangan penciuman. Studi menunjukkan ternyata kehilangan penciuman memprediksi COVID-19 lebih baik dibandingkan dengan gejala lainnya seperti demam dan batuk, tetapi mekanisme yang mendasari hilangnya penciuman pada pasien dengan COVID-19 belum jelas.
Melansir laman situs web Harvard Medical School, temuan para peneliti menunjukkan bahwa infeksi jenis sel nonneuronal mungkin bertanggung jawab atas anosmia pada pasien COVID-19 dan membantu menginformasikan upaya untuk lebih memahami perkembangan penyakit.
Penulis senior yang juga Associate Profesor neurobiologi di Blavatnik Institute di HMS, Sandeep Robert Datta, menjelaskankan bahwa temuan mereka memperlihatkan bahwa perubahan indra penciuman yang disebabkan oleh virus corona baru yang terjadi pada pasien COVID-19 tidak menginfeksi neuron langsung tapi dengan cara mempengaruhi fungsi sel pendukung.
Menurut beberapa penelitian, anosmia pada COVID-19 ini tidak sama dengan anosmia yang diakibatkan oleh infeksi virus lain, juga virus corona lainnya. Contohnya, biasanya pasien COVID-19 indera penciumannya akan pulih dalam hitungan minggu. Ini berbeda dengan anosmia yang diakibatkan oleh subset infeksi virus yang diketahui secara langsung merusak neuron sensorik penciuman, penciumannya akan kembali dalam waktu berbulan-bulan. Pada beberapa pasien COVID-19, anosmia yang dialami tanpa disertai penyumbatan hidung, sementara pada banyak virus lain mengakibatkan hilangnya penciuman sementara dengan memicu masalah pernapasan bagian atas seperti hidung tersumbat.
Penyebab Hilangnya Penciuman
Anosmia yang bukan diakibatkan oleh penuaan terjadi ketika pembengkakan atau penyumbatan saluran hidung lainnya mencegah bau mencapai area penciuman atau ketika bagian dari area penciuman atau hubungannya dengan otak hancur. Area penciuman, tempat bau terdeteksi, terletak di bagian atas hidung.
Akibat Penyakit TBC Paru, Safira Alami Kekurangan Gizi!
Penyebab Umum
Penyebab paling umum di antaranya:
- Flu biasa
- Influenza (flu)
- Infeksi sinus (sinusitis akut)
- Demam alergi serbuk bunga
- Rinitis non alergi (hidung tersumbat dan bersin bukan karena alergi)
- COVID-19
Penyebab yang Tidak Umum
Obat-obatan bisa mengakibatkan anosmia pada orang yang rentan. Polip, tumor, infeksi lain di hidung, dan alergi musiman (rinitis alergi) dapat mengganggu kemampuan penciuman. Kadang-kadang, infeksi serius pada sinus hidung atau terapi radiasi untuk kanker menyebabkan hilangnya bau atau rasa yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan menjadi permanen. Kondisi ini dapat merusak atau menghancurkan reseptor bau. Peran tembakau pada kehilangan penciuman tidak pasti. Sedikit sekali orang yang terlahir tanpa indra penciuman.
Gejala dan Tanda
Anosmia dan rasa saling terkait. Banyak orang yang kehilangan indra penciuman atau mereka yang lahir tanpa indra penciuman, juga kehilangan kemampuan untuk mengecap. Para ilmuwan percaya hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang “mencicipi” makanan berdasarkan bau, tekstur, dan suhunya. Selain itu, banyak orang yang bisa mengenali makanan atau minuman dari baunya. Kopi merupakan minuman yang tidak hanya dinikmati oleh rasa, tetapi juga baunya.
Jika merasakan banyak gejala dan tanda yang menyertai anosmia, pertimbangkan untuk memeriksakan diri ke spesialis hidung dan mulut. Gejala yang perlu dikhawatirkan antara lain:
- Ketidakmampuan untuk mencium
- Ketidakmampuan untuk mencicipi
- Hidung dan hidung tersumbat
- Bersin terus-menerus, hidung mengalir keluar, dan mata berair yang gatal
- Penurunan berat badan
- Sakit kepala
- Pendarahan Hidung
Di masa pandemi ini, mengalami gejala anosmia tidak bisa dianggap biasa-biasa saja. Ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan penyakit yang sebenarnya. Selalu jaga kesehatan dan jangan lupa untuk kamu juga bisa meluangkan waktu dengan membantu pasien tidak mampu yang mengidap berbagai penyakit.
Kamu juga bisa berdonasi lebih mudah melalui aplikasi WeCare.id. Caranya, download aplikasi WeCare.id di ponselmu. Donasi yang kamu berikan tentu sangat berharga untuk teman-teman yang membutuhkan.
Yuk, ulurkan tanganmu untuk bantu sesama bersama WeCare.id!
Klik Untuk Donasi - Muliakan Yatim di Tengah Pandemi- Terdanai Rp.1,791,958
- Pencapaian 1.71%
- Donatur 21
Referensi
Fried, M. P. (2020). Loss of Smell. Diambil kembali dari msdmanuals.com.
JIANG, K. (2020). How COVID-19 Causes Loss of Smell. Diambil kembali dari hms.harvard.edu.
Loss of Smell (Anosmia). (2020). Diambil kembali dari yalemedicine.org.Loss Of Smell. (2020). Diambil kembali dari entofwarrensburg.com.
Sumber Featured Image : Freepik.com