Ragu dengan Kemampuan Diri? Mungkin Anda Mengalami Impostor Syndrome

Ragu dengan Kemampuan Diri? Mungkin Anda Mengalami Impostor Syndrome

Baru-baru ini media sosial diramaikan oleh unggahan mengenai impostor syndrom atau sindrom imposter. Sindrom ini bisa menyerang siapa saja, terlepas dari pekerjaan atau status sosialnya, tetapi yang sering mengalaminya adalah individu yang berprestasi.

Asal Istilah Impostor Syndrome

Istilah tersebut asalnya dari sebuah penelitian tahun 1978 yang dilakukan oleh Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes dari Georgia State University. Studi tersebut menggambarkan sindrom imposter sebagai istilah yang digunakan untuk “menunjukkan pengalaman internal kepalsuan intelektual” dan tercatat bahwa pada umumnya sindrom ini menyerang perempuan yang sukses. Sejumlah orang berprestasi, di antaranya Michelle Obama, Kate Winslet dan Emma Watson, dalam wawancara berbicara tentang pengalaman mereka dengan sindrom imposter.

Gelaja ini dialami oleh banyak orang dengan rentang waktu yang berbeda-beda, ada yang mengalaminya pada beberapa minggu pertama ketika bekerja di tempat baru. Namun ada juga yang mengalami gejala ini  seumur hidup.

Fenomena imposter terjadi di antara orang-orang yang sangat berprestasi yang tidak mampu menginternalisasi dan menerima kesuksesan mereka. Mereka sering mengaitkan pencapaian mereka dengan keberuntungan dibandingkan kemampuan, dan takut pada akhirnya orang lain akan membuka kedoknya sebagai seorang penipu.

Pengertian Impostor Syndrome

Sindrom imposter adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena psikologis dari perasaan ragu-ragu yang terus-menerus sampai orang tersebut merasa seperti penipu, baik dalam kehidupan pribadi dan kebanyakan dalam kehidupan profesional mereka.

Orang yang mengalami sindrom imposter tetap yakin bahwa mereka tidak pantas mendapatkan kesuksesan yang mereka miliki. Sederhananya, sindrom imposter adalah pengalaman merasa seperti orang palsu. Anda merasa seolah-olah setiap saat Anda akan diungkap sebagai seorang penipu. Selain itu,  Anda merasa tidak pantas berada di tempat Anda sekarang, dan Anda hanya sampai di tempat Anda sekarang hanya karena keberuntungan yang tak terduga.

Meskipun sementara ini, penelitian awal dari para psikolog yang berfokus pada perempuan berprestasi, sebenarnya sindrom tersebut ditemukan berdampak juga pada pria dalam jumlah yang kurang lebih sama.

Karakteristik

Seperti apa tanda-tanda orang yang mengalami impostor syndrom? Berikut ini beberapa tanda umum dari sindrom penipu yang di antaranya:

  • Ketidakmampuan untuk menilai kompetensi dan keterampilan Anda secara realistis
  • Meragukan diri sendiri
  • Mengkritik kinerja Anda
  • Meragukan diri sendiri
  • Mengaitkan kesuksesan Anda dengan faktor eksternal
  • Ketakutan bahwa Anda tidak akan memenuhi harapan
  • Berusaha melebihi yang diharapkan
  • Menyabotase kesuksesan Anda sendiri
  • Menetapkan tujuan yang sangat menantang dan merasa kecewa saat Anda gagal

Cara Mengidentifikasi Syndrome Imposter

Tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut bila Anda berpikir Anda mungkin menderita sindrom imposter:

  • Apakah Anda menderita bahkan untuk kesalahan atau kekurangan yang sangat kecil dalam pekerjaan Anda?
  • Apakah Anda mengaitkan kesuksesan yang Anda raih dengan keberuntungan atau faktor luar?
  • Apakah Anda sangat sensitif bahkan terhadap kritik yang membangun?
  • Apakah Anda merasa seperti orang pasti akan menemukan Anda sebagai penipu?
  • Apakah Anda meremehkan keahlian Anda sendiri, bahkan di bidang yang Anda benar-benar lebih terampil dibandingkan orang lain?

Bila Anda sering merasa bahwa Anda seorang penipu, sebaiknya bicaralah pada terapis. Pikiran negatif, keraguan diri, dan sabotase diri yang sering menjadi ciri sindrom imposter bisa berdampak pada banyak bidang kehidupan Anda.

Tipe Imposter Syndrome

Sindrom imposter bisa muncul dalam berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa jenis sindrom imposter yang telah diidentifikasi yaitu:

Perfectionist

Tipe perfeksionis, mereka tidak pernah puas dan selalu merasa bahwa hasil pekerjaannya bisa lebih baik lagi. Mereka cenderung terpaku pada kekurangan atau kesalahan apa pun daripada fokus pada kekuatan mereka,. Hal ini sering kali mengakibatkan tekanan diri yang besar dan kecemasan yang tinggi.

Superhero

Tipe pahlawan super, mereka merasa tidak mampu, mereka merasa harus memaksakan diri untuk bekerja sekeras mungkin.

Expert

Tipe ahli, mereka selalu berusaha belajar lebih banyak serta tak pernah merasa puas dengan tingkat pemahamannya sendiri. Kerap kali mereka itu terampil sekali, tapi mereka meremehkan keahliannya sendiri.

Natural Genius

Tipe jenius dari lahir, mereka menetapkan tujuan yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri, dan ketika mereka tidak berhasil pada percobaan pertama mereka, mereka akan merasa hancur.

Soloist

Tipe solois, mereka cenderung sangat individualistis dan lebih suka bekerja sendiri. Sering kali sumber harga diri mereka itu adalah produktivitas mereka, sehingga mereka sering menolak tawaran bantuan. Kecenderung mereka melihat meminta bantuan sebagai tanda kelemahan atau ketidakmampuan.

Tips Mengatasi Impostor Syndrome

Sampai sekarang belum ada pengobatan khusus untuk sindrom imposter, tetapi orang yang mengalami sindrom ini bisa mencari bantuan dari profesional kesehatan mental jika mereka khawatir tentang dampaknya pada kehidupan mereka.

Berikut ini tips untuk mengelola dan mengatasi rasa tidak mampu terkait sindrom imposter yang dirangkum dari beberapa sumber.

Bicaralah dengan Orang Lain

Bicarakanlah apa yang kamu rasakan pada orang lain. Keyakinan irasional ini cenderung semakin parah ketika disembunyikan dan tidak dibicarakan.

Fokus Pada Orang Lain

Walaupun ini mungkin terasa berlawanan dengan intuisi, cobalah membantu orang lain yang berada dalam situasi yang sama dengan Anda. Jika Anda melihat seseorang yang tampak canggung atau sendirian, ajaklah dia berbicara. Kepercayaan diri serta kemampuan Anda akan terbangun ketika Anda melatih keterampilan Anda.

Buat Daftar

Buat daftar setidaknya 10 hal yang menunjukkan bahwa Anda sama berkualifikasi seperti orang lain untuk peran yang Anda cari. Pertama tanyakan pada diri Anda sendiri bukti apa yang menunjukkan bahwa Anda kurang memenuhi syarat dibandingkan orang lain untuk melakukan pekerjaan ini. Adakah yang membuat Anda lebih berkualitas?

Ambil Langkah Kecil

Jangan fokus untuk melakukan sesuatu dengan sempurna, tetapi lakukanlah hal-hal dengan cukup baik dan beri penghargaan pada diri sendiri karena telah melakukan hal tersebut. Contohnya, ketika berada dalam percakapan kelompok, coba tawarkan pendapat Anda atau bagikan cerita mengenai diri Anda.

Ucapkan Nama Anda dengan Lantang

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Michigan, Ann Arbor dan Universitas California, Barkeley, Amerika Serikat yang dipublikasikan pada jurnal Personality and Social Psychology berkesimpulan bahwa peserta penelitian yang menggunakan bukan kata ganti orang pertama, seperti kamu atau nama sendiri, selama introspeksi dilakukan, mereka melakukan tugas pidato mereka dengan lebih baik dan mengalami pengaruh negatif dan rasa malu yang lebih sedikit. Tindakan sederhana dengan mengambil penegasan positif dan menambahkan nama Anda ke dalamnya, contohnya “Dian, kamu hebat” mampu memberikan efek yang kuat pada cara Anda memandang diri sendiri. Bahkan, LeBron James pun melakukannya. Dia mengatakan “Saya ingin melakukan yang terbaik untuk LeBron James,” ketika menjelaskan keputusannya meninggalkan Cleveland Cavaliers untuk Miami Heat pada 2010. Peraih Nobel Malala Yousafzai juga melakukannya. Ketika dia ditanya oleh Jon Stewart dalam acara The Daily Show “Saya berkata, ‘Jika dia datang , apa yang akan kamu lakukan, Malala?” “Malala, ambil saja sepatu dan pukul dia.”  

Terimalah Fakta Bahwa Tidak Ada yang Sempurna

Untuk memiliki perasaan bahwa dirimu berharga dan rasa percaya diri yang sehat, seseorang perlu menerima kekuatan dan kelemahannya. Tidak ada orang yang sempurna, dan kesalahan adalah bagian hidup yang tak terhindarkan.

Berhenti Membandingkan

Tiap kali Anda membandingkan diri Anda dengan orang lain dalam situasi sosial, Anda akan menemukan kesalahan pada diri sendiri yang memicu perasaan tidak cukup baik atau tidak diterima. Sebaliknya, selama percakapan, fokuslah untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Bersikaplah secara tulus untuk belajar lebih banyak.

Gunakan Media Sosial Secukupnya

Penggunaan media sosial yang berlebihan mungkin berhubungan dengan perasaan rendah diri. Jika Anda mencoba menampilkan gambar di media sosial yang tidak sesuai dengan siapa Anda sebenarnya atau yang tidak mungkin dicapai, itu hanya akan membuat perasaan Anda sebagai imposter atau penipu semakin buruk.

Visualisasikan Kesuksesan

Visualisasikan secara tepat bagaimana Anda akan berhasil menangani situasi sebelum hal itu terjadi. Self-talk atau berdialog dengan diri sendiri bisa membantu Anda terkendali dan berada dalam pola pikir yang ‘benar’ untuk situasi tersebut. Keyakinan Anda tidak harus datang dari pengalaman saja, jika tidak, kita tidak akan pernah mencoba sesuatu untuk pertama kalinya. Bayangkan diri Anda berhasil melakukan wawancara kerja, memakukan presentasi, atau meraiah kemenangan. Cobalah.

Hai #TemanPeduli! Bagaimana kabarnya hari ini? Sebagai pelengkap hari dan penenang hati, yuk beri bantuin kepada orang-orang yang sangat membutuhkan melalui link berikut : https://wecare.id/untuksemua/

Terimakasih sudah turut membantu untuk kesembuhan mereka!

Sumber:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/real-women/201809/the-reality-imposter-syndrome

https://www.apa.org/gradpsych/2013/11/fraud?4AEE5BE8-0516-1746-8DDF-AF788D4314B9_kis_cup_C6FA3ED5_6D17_47D1_B6E2_F4B02CC905E0_

https://www.verywellmind.com/imposter-syndrome-and-social-anxiety-disorder-4156469

https://www.medicalnewstoday.com/articles/321730

https://www.independent.co.uk/life-style/imposter-syndrome-what-it-psychological-disorder-career-a8666471.html