Pernah lihat meme ‘Quarantine 15 di Twitter?’ Kira-kira apa artinya? Jadi istilah ini mengacu pada kenaikan berat badan sebesar 15 pon atau sekitar 6,8 kilogram. Istilah ini berkaitan erat dengan efek yang ditimbulkan oleh diam di rumah selama pandemi Covid-19. Anjuran untuk berada di rumah selama ini membuat orang-orang menjadi stres karena mereka tak bisa berjalan-jalan dan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman. Ketika stres, ada orang yang menjadi hobi makan atau bahkan jadi tidak makan sama sekali. Bagi mereka yang mengalami peningkatan porsi makan, masalah yang mereka hadapi adalah kenaikan berat badan atau obesitas.
Begitu mereka menyadari kalau pakaiannya sudah tidak muat lagi, susah bergerak, beberapa orang terdorong untuk melakukan berbagai macam diet ketat. Mereka takut akan menjadi gemuk setelah pandemi selesai. Selain itu juga takut terkena virus Covid-19 karena obesitas secara signifikan meningkatkan kemungkinan kematian di antara pasien COVID-19 dengan obesitas menurut studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitar North Carolina, Dewan Kesehatan Saudi, Universitas Raja Saud, Riyadh, dan Bank Dunia yang diterbitkan pada jurnal Obesity Review.
Apakah Intermittent Fasting, Diet yang Disarankan Saat Pandemi?
Orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan selama pandemi Covid-19 ini berusaha melakukan diet ketat dan olahraga ekstrem. Salah satu jenis diet yang dicoba dan semakin populer dalam beberapa tahun terakhir ini adalah puasa berkala atau intermittent fasting, yaitu gaya makan yang membatasi asupan makanan pada waktu tertentu, dan ada bukti yang menjanjikan untuk manfaat kesehatan dari jenis puasa ini.
Namun mengutip pendapat Alissa Rumsey, MS , RD, pemilik Alissa Rumsey Nutrition and Wellness di Insider, sekarang bukan saatnya untuk mencoba berpuasa. Ini karena puasa berkala secara tidak sengaja melemahkan sistem kekebalan Anda dan membuat Anda merasa lebih buruk. Hal senada juga diamini oleh Dr. Peter Attia yang merupakan Chief Medical Officer dari aplikasi puasa berkala Zero. Dia menyarankan agar tidak berpuasa multi-hari karena alasan yang sama yang disebutkan Rumsey. Bila ingin tetap berpuasa, lakukalah puasa berkala 10-hour window, yaitu kalau Anda makan makanan pertama pada jam 8 pagi, Anda harus mengonsumsi kalori terakhir pada hari itu pada jam 6 sore.
Tidak ada bukti penelitian yang cukup untuk menunjukkan puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan dalam jangka pendek. Memang ada bukti yang mendukung manfaat jangka panjang puasa, contohnya mencegah gejala penuaan dan kemungkinan mencegah penyakit kronis seperti diabetes dan kanker. Akan tetapi salah satu manfaat aktivitas tersebut bukanlah untuk meningkatkan kekebalan Anda dalam jangka pendek.
Meskipun ada yang menyatakan bahwa puasa dapat membersihkan mikroba, virus, bakteri, parasit dari tubuh, bukti puasa dapat menyembuhkan atau mencegah virus korona tidak ada. Rumsey mengatakan hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk kekebalan kita adalah dengan mendapatkan tidur yang cukup dan mengembangkan berbagai keterampilan untuk mengatasi stres.
Bahaya Diet Ekstrem di Masa Pandemi
Diet ekstrem memberikan hasil yang ekstrim juga, tapi hasilnya tidak selalu seperti yang Anda inginkan. Justru diet ekstrem lebih cenderung membuat Anda merasa murung, lesu, mual dan pegal. Selain itu, dalam jangka panjang, diet ini dapat mengakibatkan Anda menghadapi masalah metabolisme, dan kondisi medis yang mengancam jiwa. Diet ekstrem dikaitkan dengan yo-yo effect atau berat badan yang hilang saat diet kembali lagi. Selain itu, diet ekstrem juga berkontribusi terhadap resistensi insulin dan berpotensi diabetes Tipe 2, sesuai studi Diabetes 2013.
Berikut ini bahaya yang mengintai bila kamu melakukan diet ketat:
Perubahan Kadar Gula Darah
Ketika seseorang melakukan diet ekstrem, tubuh mengalami defisit kalori dan tingkat energi turun, metabolisme secara alami akan melambat untuk menghemat energi. Ini dapat menghentikan penurunan berat badan dan menyebabkan hilangnya kekencangan otot.
Melemahkan Sistem Imun
Dikutip dari Cosmopolitan, Dr Julianne Barry, Dokter Umum di Klinik Dokter London, mengatakan Anda berisiko melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda ketika tidak mengkonsumsi mineral dan vitamin esensial. Sistem kekebalan yang rendah membuat lebih mungkin jatuh sakit. Jika Anda menghentikan semua makanan berlemak dari diet Anda, tubuh Anda akan mengalami masalah dengan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E dan K. Vitamin-vitamin ini diperlukan karena membantu mendukung sistem kekebalan tubuh Anda, jadi kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan masalah di masa depan.
Dehidrasi
Ketika Anda merasa berhasil dengan diet ketat Anda karena berat badan yang hilang, kemungkinan besar berasal dari air dan bukan lemak. Ketika pada asupan kalori atau karbohidrat yang dibatasi, sumber energi pertama yang dibakar tubuh sebelum lemak adalah glikogen. Glikogen merupakan bentuk karbohidrat yang disimpan di hati dan otot dan pada setiap gramnya melekat air. Gejala dehidrasi termasuk sakit kepala, kelelahan, dan pusing.
Otot Rusak
Memotong kalori di bawah sekitar 1.000 dan 1.200, berdasarkan kebutuhan pribadi Anda, dan tubuh Anda akan memecah protein otot Anda untuk energi. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Maastricht yang dipresentasikan pada Kongres Obesitas Eropa 2014 menunjukkan bahwa ketika Anda menurunkan berat badan dengan cepat, Anda kehilangan sekitar tiga kali lebih banyak otot daripada jika Anda melakukannya dengan diet lambat. Jadi, meski berat badan Anda turun, fisik Anda mungkin tidak terlihat jauh lebih baik.
Bagaimana Diet yang Sehat Selama Pandemi?
Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Mahatma Gandhi Ayurveda College, India, teknik terbaik adalah minum banyak cairan, yaitu sekitar 6-7 liter per hari, untuk melawan virus. Sertakan air kelapa, air kunyit, buttermilk, teh hijau, air lemon, dan air mineral dalam makanan sehari-hari kita.
Dalam periode karantina atau di rumah saja selama Covid-19, seseorang harus memilih dan mengkonsumi makanan yang mudah dicerna, seperti yogurt, pisang, ubi jalar, bit, kacang dan kacang hijau dalam makanan sehari-hari. Diet rendah kalori dapat mencerna dengan cepat dan membantu untuk tetap bugar.
Asupan makanan pada interval waktu yang tepat diperlukan. Jadi sebaiknya makan makanan yang cepat dicerna, interval 3-4 jam setelah sarapan, dan sebelum makan siang dan antara makan malam dan sarapan pagi berikutnya harus ada interval 11-12 jam. Setiap orang harus memprioritaskan makanan yang mudah dicerna, berada di rumah pada saat pandemi Covid ini mempraktikkan hal-hal yang bermanfaat bagi kesehatan kita.
Pentingnya Tidur Dalam Diet
Tidur malam yang nyenyak sangat penting untuk kesehatan karena sama pentingnya dengan makan sehat dan berolahraga. Sayangnya, banyak hal yang dapat mengganggu pola tidur alami. Orang-orang sekarang tidur lebih sedikit daripada sebelumnya, dan kualitas tidur juga menurun. Tidur yang buruk dikaitkan dengan kenaikan berat badan, risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih besar. Orang yang tidur nyenyak cenderung makan lebih sedikit kalori, memengaruhi metabolisme glukosa, dan risiko diabetes tipe 2. Tidur yang nyenyak juga meningkatkan fungsi kekebalan tubuh Anda.
Hai #TemanPeduli! Bagaimana kabarnya hari ini? Sebagai pelengkap hari dan penenang hati, yuk beri bantuin kepada tenaga medis yang sedang berjuang melawan pandemi COVID-19 melalui link berikut : https://wecare.id/apdcorona/
Terimakasih sudah turut membantu untuk melindungi mereka!
Sumber:
https://pharmascope.org/ijrps/article/view/2295/4506
https://medicalxpress.com/news/2014-05-fast-weight-loss-muscle.html
https://www.insider.com/avoid-intermittent-fasting-diets-during-coronavirus-pandemic-2020-3
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/obr.13128
https://www.cosmopolitan.com/uk/body/diet-nutrition/a21943527/are-crash-diets-healthy-doctor/