Imunisasi adalah salah satu cara paling penting untuk menjaga agar anak Anda tetap sehat. Vaksin sangat aman. Namun, ada saja alasan untuk tidak imunisasi. Berbagai mitos tentang vaksin seringkali dipercayai kebenaran. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta umum tentang vaksin yang perlu Anda ketahui.
Mitos: Sebagian besar penyakit tidak serius.
Fakta: Semua penyakit yang divaksinasi anak-anak itu serius. Mereka semua bisa menyebabkan penyakit serius, komplikasi dan kematian, bahkan dengan perawatan medis terbaik.
Wabah campak masih terjadi dan mengancam dunia. Komplikasi terjadi pada sekitar 10% kasus. Untuk setiap 1.000 kasus campak, 1 atau 2 orang tersebut akan meninggal. Di Indonesia sendiri masih belum terbebas dari campak. Data pada tahun 2011 menunjukkan, sebanyak 11.704 kasus penyakit campak telah terjadi.
Pertusis (batuk rejan) termasuk penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Sekitar 1 dari 400 bayi yang bertahan pertusis memiliki kerusakan otak permanen. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun dan 90 persen terjadi di negara berkembang.
Tetanus membunuh 10% atau lebih korbannya.
Mitos: Anak saya tidak memerlukan vaksin karena tidak ada yang terkena penyakit ini lagi.
Fakta: Penyakit ini masih ada, meski jarang. Berkat program vaksin, semua penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin menurun di Indonesia. Campak misalnya, Indonesia berhasil menurunkan kematian sebesar 90% akibat campak pada 2010 dibandingkan 2000. Pemerintah saat ini terus berusaha menekan angka tersebut lebih jauh. Pasalnya pada saat tingkat imunisasi turun, penyakit ini bisa kembali. Selain itu banyak penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang jarang terjadi di Indonesia masih terjadi di belahan dunia lain. Dengan perjalanan dan imigrasi, ada risiko nyata dari penyakit ini dibawa ke Indonesia. Setiap anak yang tidak divaksinasi berisiko terkena infeksi ‘impor’,
Mitos: Jika udah banyak anak lain yang diimunisasi, maka anak saya tidak perlu diimunisasi.
Fakta: Mengandalkan tindakan orang tua lain untuk melindungi anak Anda yang tidak divaksinasi hanya bekerja jika semua orang divaksinasi. Jika banyak orang tua mengambil sikap ini, lebih sedikit anak yang akan diimunisasi dan penyakit akan mulai menyebar dengan cepat.
Mitos: Lebih baik mendapatkan vaksin satu per satu.
Fakta: Berkat kombinasi vaksin, anak Anda bisa mendapat perlindungan dari berbagai penyakit dengan satu suntikan (shot). Contohnya termasuk MMR (measles, mumps dan rubella) dan vaksin 5 in 1 (difteri, tetanus, pertusis, polio, penyakit Hib). Studi menunjukkan bahwa kombinasi vaksin aman dan efektif. Tidak ada alasan bagi anak Anda untuk mendapatkan vaksin satu per satu. Mendapatkan lebih dari satu vaksin sekaligus juga berarti tidak ada penundaan dalam perlindungan, lebih sedikit kunjungan medis dan lebih sedikit jarum suntik (yang bisa kurang traumatis).
Mitos: Efek samping vaksin akan lebih sedikit bila saya menunda vaksinasi bayi saya.
Fakta: Vaksin dimulai pada usia 0 bulan untuk melindungi bayi sedini mungkin terhadap penyakit. Bayi merespons dengan baik vaksin pada usia yang sangat muda. Efek samping dari vaksinasi tidak lebih sering terjadi pada bayi muda daripada anak yang lebih tua.
Mitos: Vaksin tidak diuji secara memadai untuk keamanan.
Fakta: Vaksin aman dan efektif. Seperti semua obat-obatan, vaksin harus melalui banyak langkah sebelum Departemen Kesehatan menyetujui penggunaannya. Vaksin harus terbukti aman dan efektif untuk mencegah penyakit yang pemerintah targetkan. Begitu vaksin digunakan, pemerintah akan terus memantau efek sampingnya. Efek samping yang serius terhadap vaksin sangat jarang terjadi.
Mitos: Vaksin tidak ada label halalnya, saya menolak anak saya divaksinasi.
Fakta: Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menerbitkan Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang imunisasi. Fatwa ini diterbitkan pada 23 Januari 2016. Dalam fatwanya MUI menyebut imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Mitos: Vaksin MMR menyebabkan autisme.
Fakta: Tidak, vaksin MMR tidak menyebabkan autisme. Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini. Karena tanda-tanda autisme mungkin muncul sekitar usia yang sama bahwa anak-anak menerima vaksin MMR, beberapa orang percaya vaksin tersebut menyebabkan kondisinya.
Sebagian besar kontroversi mengenai vaksin MMR dan autisme berasal dari satu makalah yang diterbitkan pada tahun 1998 yang menyarankan sebuah tautan. Laporan tersebut ternyata palsu, dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Banyak penelitian ilmiah besar di seluruh dunia tidak menemukan kaitan antara vaksin MMR dan autisme.
Tidak ada bukti untuk menghubungkan vaksin lain dengan autisme. Jumlah anak autis nampaknya meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ini karena diagnosis autisme sekarang termasuk anak-anak dengan gejala ringan yang tidak akan pernah disertakan di masa lalu. Ada juga kesadaran publik yang lebih besar akan autisme, dan lebih banyak orang tua yang mencari pertolongan. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan sebuah gen yang terkait dengan autisme.
Mitos: Thimerosal dalam vaksin menyebabkan autisme.
Fakta: Tidak ada bukti yang menghubungkan thimerosal (pengawet yang pernah digunakan dalam vaksin) terhadap autisme atau gangguan perkembangan lainnya. Selain itu, thimerosal belum digunakan pada vaksin bayi dan anak selama bertahun-tahun. Namun jumlah anak autis terus meningkat, bahkan setelah thimerosal berhenti digunakan dalam vaksin.
Mitos: Saya sedang menyusui, jadi bayi saya terlindungi dari infeksi.
Fakta: Menyusui bukan pengganti vaksinasi. Menyusui memberikan beberapa perlindungan terhadap infeksi tertentu, terutama infeksi pernapasan, infeksi telinga dan diare. Tapi perlindungan ini tidak lengkap, sementara, dan bisa diatasi jika bayi Anda terkena sejumlah besar kuman tertentu.
Fakta: Menyusui bukan pengganti vaksinasi. Menyusui memberikan beberapa perlindungan terhadap infeksi tertentu, terutama infeksi pernapasan, infeksi telinga dan diare. Tapi perlindungan ini tidak lengkap, sementara, dan bisa diatasi jika bayi Anda terkena sejumlah besar kuman tertentu.
Mitos: Alam lebih baik. Kita seharusnya tidak memasukkan zat asing seperti vaksin ke dalam tubuh kita.
Fakta: Alam tidak selalu lebih baik. Kuman yang dilindungi vaksin adalah bagian dari alam, tapi berbahaya. Banyak hal di alam seharusnya tidak tertelan: Beberapa racun paling kuat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah beri. Vaksin dibuat dari sumber alami. Beberapa vaksin dibuat dari kuman hidup yang telah mengalami perubahan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Yang lain hanya berisi bagian kuman yang telah ditarik keluar dan dimurnikan. Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh kita dengan cara yang sama dengan infeksi, tapi tanpa membuat kita sakit.
Fakta: Alam tidak selalu lebih baik. Kuman yang dilindungi vaksin adalah bagian dari alam, tapi berbahaya. Banyak hal di alam seharusnya tidak tertelan: Beberapa racun paling kuat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah beri. Vaksin dibuat dari sumber alami. Beberapa vaksin dibuat dari kuman hidup yang telah mengalami perubahan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Yang lain hanya berisi bagian kuman yang telah ditarik keluar dan dimurnikan. Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh kita dengan cara yang sama dengan infeksi, tapi tanpa membuat kita sakit.
Ditinjau oleh: dr. Jezy Reisya
Artikel ini merupakan kerjasama antara Meetdoctor dan WeCare.id
https://meetdoctor.com/article/mitos-fakta-vaksin
Kunjungi https://meetdoctor.com untuk mendapatkan berbagai informasi menarik tentang kesehatan!