7 Mitos Tuberkulosis yang Bisa Merugikan Penderitanya

Orang yang terkena tuberkulosis sudah biasa menderita diskriminasi sebagai akibat dari stigma dan mitos yang mengelilingi penyakit tersebut.

Mengapa tuberkulosis atau TB mengalami stigma

TB dikaitkan dengan sihir dalam beberapa budaya sehingga dianggap sebagai ‘kutukan’ bagi keluarga karena penyakit ini sering menyerang beberapa generasi. Hal ini disebabkan karena TB adalah penyakit yang ditularkan lewat udara sehingga lebih mungkin menyebar di antara orang yang tinggal berdekatan.

Orang-orang dengan TB yang mengalami diskriminasi kemungkinan terisolasi secara sosial, khususnya di lingkungan kecil. Mungkin bisa jadi seluruh keluarga dijauhi. 

Dampak stigma

Akibat dari stigma yang mereka alami, seringkali penderita TB merasa ketakutan akan diskriminasi sehingga mereka  dengan gejala TB memilih menunda mencari bantuan. Efek dari menunda pengobatan membuat mereka akan mengalami sakit yang lebih parah dan menulari orang lain. 

Stigma TB juga dapat membuat orang enggan untuk terus mengikuti pengobatan secara teratur karena takut akan ‘ketahuan’. Dengan tidak mengikuti pengobatan secara teratur, orang dengan TB berisiko mengalami resistensi obat tuberkulosis.

Mitos Seputar Tuberkulosis

Berikut ini beberapa mitos tentang TB yang sebenarnya bisa berbahaya jika Anda memercayainya karena Anda mungkin berisiko terkena TB tanpa menyadarinya. Anda mungkin mendiskriminasi seseorang yang memiliki TB tanpa mengetahui faktanya.

  • TB adalah penyakit keluarga

Penelitian gabungan yang dilakukan Universitas Amsterdam, Universitas Zambia, Pusat Medis Universitas Utrecht, Universitas Witwatersrand, dan Program Pengendalian TB dan Kusta Nasional Zambia menyebutkan bahwa beberapa penduduk di Zambia percaya bahwa TB adalah penyakit genetik. Faktanya TB tidak berhubungan dengan gen Anda. Penyakit ini tidak diturunkan dari anggota keluarga ke anggota keluarga. Sebenarnya TB adalah penyakit yang ditularkan melalui udara sehingga menyebar melalui partikel di udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Jika anggota keluarga Anda terinfeksi TB maka Anda berisiko terinfeksi karena Anda berada di ruang yang sama dengan orang yang terinfeksi untuk waktu yang lama, bukan karena diturunkan dari orang yang sakit.

  • TB tidak dapat diobati

Faktanya adalah TB dapat dicegah, disembuhkan dan bahkan diobati. Pengobatan untuk TB di Indonesia diberikan secara gratis.  Pemerintah memiliki program yang bernama DOTS atau Directly Observed Treatment Short-Course, yaitu program pemberian obat-obatan yang memiliki jangka waktu panjang, antara enam hingga delapan bulan, dan obat tersebut wajib dihabiskan atau dituntaskan. Program ini tidak dipungut biaya, namun banyak orang yang salah persepsi sehingga dampak TB cukup memprihatinkan.

  • TB hanya memengaruhi paru-paru 

Faktanya bentuk TB yang paling umum adalah TB paru tetapi ada juga TB ekstraparu yang merujuk pada infeksi tuberkulosis yang terjadi di bagian tubuh lain seperti kulit atau kelenjar getah bening. Tuberkulosis milier juga dikenal sebagai TB yang menyebar luas atau disebut juga TB diseminata yang dapat menginfeksi beberapa organ secara bersamaan.

  • TB sangat menular

Sebenarnya perlu kontak yang lama dalam ruangan dan berada dekat dengan orang yang menunjukkan gejala penyakit TB aktif untuk bisa tertular TB. Orang-orang terdekat dapat menghirup kuman TB dan masuk ke dalam paru-paru mereka dan terjangkit infeksi TBC. Namun saat Anda baru saja terinfeksi TB, tetapi tidak sakit, umumnya Anda tidak menularkan TB. Jika Anda mengalami gejala, maka Anda menderita penyakit TB.

  • Anda tidak akan terserang TB lebih dari satu kali

Sembuh dari penyakit TB tidak membuat Anda kebal. Anda masih dapat terinfeksi lagi. Selain itu, selalu pastikan bahwa Anda menyelesaikan pengobatan TB Anda jika Anda sedang dalam pengobatan TB, bahkan ketika tidak ada gejala yang Anda alami.

  • Setiap orang yang terinfeksi TB pasti menularkan TB

Kebanyakan orang yang terinfeksi TB memiliki sistem kekebalan yang dapat “menutup” TB ke dalam kapsul sehingga tidak membahayakan siapa pun. Pada kebanyakan orang, infeksi TB ditahan oleh sistem kekebalan tubuh seseorang dan infeksi itu tetap tersembunyi atau “tertutup”. Namun, infeksi tersembunyi tersebut dapat berkembang menjadi penyakit aktif kapan saja karena dipengaruhi beberapa faktor risiko, contohnya penyakit yang menganggu sistem imun seperti HIV. 

  • Jika Anda tidak mengalami gejala TB, Anda tidak menderita TB

Faktanya, orang yang terjangkit TB dapat mengalami atau tidak mengalami gejala berikut ini: batuk yang tidak berhenti; batuk darah; merasa lelah sepanjang waktu; demam; berat badan menurun; kehilangan selera makan; keringat malam. Gejala-gejala ini juga mirip dengan penyakit lain sehingga penting untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat kepastian apakah Anda menderita TB. Penting juga untuk diingat bahwa penderita TB mungkin merasa sangat sehat atau mungkin hanya batuk dari waktu ke waktu. Jika Anda merasa telah terpapar TB, lakukan tes kulit TB.

TB dapat disembuhkan dan dicegah, maka mengetahui fakta tentang TB dapat membantu menyelamatkan hidup Anda dan juga dapat membantu mengakhiri stigma yang dihadapi oleh orang-orang dengan TB. Ingatlah, jika Anda merasa telah terpapar TB, segera periksakan diri Anda ke dokter atau klinik terdekat.

Sumber:

https://www.tbalert.org/about-tb/global-tb-challenges/stigma-myths/

https://choma.co.za/articles/403/myths-and-misconceptions-about-tb

https://www.healthxchange.sg/heart-lungs/lung-conditions/tuberculosis-treatment-myths-facts

http://www.simcoemuskokahealth.org/Promos/TBfacts.aspx

https://hnhu.org/wp-content/uploads/Myths_Associated_With_Tuberculosis-1.pdf