Hari Ibu: Perjuangan Wondermom untuk buah hatinya

#temanPEDULI sudah tau kan kalau di Indonesia, tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Ternyata, Hari Ibu diresmikan oleh Presiden Soekarno untuk merayakan semangat dan perjuangan wanita Indonesia dan juga untuk meningkatkan kesadaran bernegara.

Di hari yang spesial ini, WeCare.id mengajak #temanPEDULI untuk mendengarkan cerita dari 3 ibu kuat yang buah hatinya tergabung dalam program SEHATI. Yuk, kita kenalan sama Mama Zahra, Qaiz dan Raisya!

MAMA ZAHRA

“Hati ibu mana yang nggak sedih kalau dibilang nggak bisa ngurus anak. Waktu umurnya 9 bulan, Zahra sempat mengalami gizi buruk dan kelihatan kurus sekali. Saya dibilang nggak bisa ngurus Zahra sama tetangga-tetangga disini. Akhirnya saya bawa ke klinik dan katanya pencernaan Zahra nggak ada masalah. Akhirnya saya bawa ke Rumah Sakit dan ketahuan kalau jantung Zahra bocor.
ㅤㅤ
Zahra juga sempat tertular TB paru dari om-nya, sekarang om-nya sudah nggak ada. Akhirnya Zahra diberi antibiotik untuk pengobatan. Waktu obatnya tinggal 10 hari, Zahra muntah-muntah dan saya langsung bawa Zahra ke RS jam 11 malam. Saya waktu itu cuman punya 20.000, tapi modal nekat aja saya pergi.
ㅤㅤ
Waktu dicek, ternyata Zahra juga punya masalah batu ginjal. Katanya batu ginjalnya ada 3 dan hampir nutup saluran kemih. Zahra harus dioperasi. Tapi dokter bilang, Zahra sadarnya bakal lama habis operasi karena ada masalah jantung. Saya langsung nangis histeris di RS, tapi saya putuskan untuk maju operasi. Waktu di-USG ulang, ada keajaiban! Batu ginjal Zahra hilang semua. Akhirnya, Zahra nggak perlu dioperasi. Saya langsung sujud sukur sama Allah.
ㅤㅤ
Melihat semua perjuangan Zahra, walaupun badannya kecil, Zahra itu anak yang benar-benar kuat. Zahra nggak pernah ngeluh sakit. Zahra menginsiprasi ibu agar kuat seperti Zahra.”

MAMA QAIZ

“Setiap malam saya nggak bisa tidur tenang karena sambil jaga Qaiz yang suka sesak, batuk-batuk, dan demam tinggi saat tidur dengan bantuan selang oksigen. Saya yakin ibu mana pun pasti rela berkorban demi keselamatan anaknya. Anak saya ada 3, Qaiz (7 tahun) dan dua adiknya yang masih kecil, adik-adiknya sudah ngerti kalau Qaiz butuh perawatan khusus.
ㅤㅤ
Kalau diumpamakan ini bagai badai yang menerjang bertubi-tubi, Qaiz mengidap PID hipogamaglobulinemia, penyakit kekurangan imun primer yang buat Qaiz ga memproduksi cukup antibodi untuk melawan infeksi. Karena itu, Qaiz sering infeksi berulang sejak masih usia 2 bulan, dari pneumonia yang terus datang kembali, diare, infeksi kulit berulang, infeksi perncernaan bahkan infeksi telinga. Saya sedih ngeliat Qaiz kesakitan tapi ga bisa berbuat apa-apa, kalau Qaiz lagi sesak saya dan suami benar-benar khawatir, ngapain aja jadi ga fokus.
ㅤㅤ
Waktu Qaiz lahir, tumbuh kembangnya tidak seperti anak-anak lain. Qaiz telat bisa ngomong dan jalan. Kita pikir Qaiz ga sakit apa-apa sampai pas umur 6 tahun Qaiz mulai sakit-sakitan dan terkena pneumonia, baru kita tau kalau Qaiz punya penyakit imun.
ㅤㅤ
Semakin lama Qaiz semakin gampang sesak, rentan kena infeksi, jadi Qaiz berhenti sekolah dan jarang main jauh-jauh dari rumah. Saya kerja di rumah sambil siaga jaga anak-anak, kadang kalau sore Qaiz main mobil-mobilan di depan rumah didorong adiknya.
ㅤㅤ
Pernah suatu hari Qaiz nanya kenapa dia berhenti sekolah dan harus belajar di rumah dan sesak terus ga seperti anak lainnya, hati saya hancur tapi harus tetap telihat kuat. Saya ingin Qaiz selalu percaya adanya harapan untuk sembuh, karena Tuhan tidak pernah tidur!”

MAMA RAISA

“Dulu waktu Raisa baru lahir, orang-orang pada ribut ‘Ibu, anaknya down syndrome!’. Saya nggak tau apa itu down syndrome, saya kira kayak cacat fisik gitu. Waktu lihat Raisa, saya sempet shock, kelopak matanya seperti kebalik dan matanya kecil sekali. Kasian, nggak tega lihatnya.
ㅤㅤ
Karena stress, saya pendarahan dan sempet nggak sadar 3 minggu. Selama tiga minggu itu, suami saya berhenti dari kerjaannya (supir taksi) buat nungguin Raisa. Akhirnya saya sadar dan bisa ngegendong Raisa.
ㅤㅤ
Setiap minum susu, Raisa muntah-muntah dan demam. Setelah diperiksa, ternyata Raisa alergi susu sapi. Raisa harus minum susu khusus dan harganya mahal sekali. Pernah waktu itu, kami lagi nggak punya uang dan kasih susu sapi ke Raisa. Raisa langsung diare dan badannya jadi biru. Kami langsung pergi ke Rumah Sakit. Kata dokter, Raisa harus dioperasi dan resikonya besar. Saya nggak mau Raisa dioperasi lagi, sudah terlalu sering Raisa dioperasi. Dokter akhirnya ngasih alternatif Raisa buat dikasih cairan pekat. Tapi efek sampingnya, kulit Raisa bakal kelihatan seperti melepuh. Saya setuju daripada Raisa harus dioperasi dan benar kulit Raisa langsung melepuh seperti terkena luka bakar.
ㅤㅤ
Saya pernah punya pengalaman nggak enak. Karena saking seringnya sakit dan kerumah sakit, saya sempat disuruh berhenti ngontrak sama yang punya kontrakan. Katanya takut kalau Raisa meninggal di rumah sini. Tapi saya nggak mau nyerah, saya harus terus berjuang untuk Raisa. Raisa harus punya kesempatan seperti anak-anak lainnya.”

Raisa, Qaiz, dan Zahra tergabung dalam program SEHATI yang diinisiasi oleh WeCare.id. Melalui program SEHATI, mereka telah mendapatkan berbagai bantuan yang dapat menjamin kelangsungan hidup mereka seperti susu non-sapi (Raisa dan Zahra), tabung oksigen (Qaiz) dan obat imun (Qaiz).

Dengan memberikan donasi rutin mulai dari Rp. 250.000,00 per bulan, Kamu bisa membantu anak-anak ini untuk mendapatkan gizi dan nutrisi yang lebih baik untuk tumbuh kembangnya. Ingin tau lebih lanjut mengenai program SEHATI?

Klik link ini https://wecare.id/sehati untuk bergabung dengan program SEHATI untuk Indonesia sehat, merata!